
Ekonomi AS Lompat 33%, tapi Jangan Senang Dulu!

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Amerika Serikat (AS) tumbuh 33,1% secara tahunan pada kuartal III-2020, membalik posisi kuartal sebelumnya yang minus 31%. Kelihatan kinclong, tapi jangan keburu senang dulu!
Berdasarkan pembacaan awal Departemen Perdagangan AS, Produk Domestik Bruto (PDB)-yang mengukur jumlah barang dan jasa yang diproduksi di suatu negara-AS pada Juli-September bertambah 33,1% menjadi US$ 21,7 triliun.
Angka ini berbalik dari posisi sebelumnya yang anjlok hingga 31,4%, dan juga terhitung lebih baik atau melampaui ekspektasi ekonom dalam survei Dow Jones yang hanya memperkirakan angka 32%.
![]() |
Belanja masyarakat membal ke atas sebesar 40,7%, investasi swasta juga melesat 83%, dan pasar perumahan mencatatkan kenaikan permintaan di tengah pandemi sebesar 59,3%. Suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) yang kini di level terendah sepanjang masa menjadi pemicunya.
Namun apakah berarti perekonomian AS telah kembali normal dan situasi sudah membaik? Tentu saja tidak. Kenaikan sebesar 30% itu terjadi setelah sebelumnya anjlok 30%. Artinya, posisi sekarang baru mendekati titik impas. Belum impas.
Jika ukuran produk domestik bruto AS adalah US$ 20 triliun, maka koreksi 30% berarti ukuran PDB AS pada kuartal kedua kemarin mengerut menjadi US$ 14 triliun, alias US$ 6 triliun. Nah, ketika ekonomi AS kembali menguat 30%, maka nilai PDB AS pada kuartal ketiga kemarin menjadi US$ 18,2 triliun, alias belum kembali ke titik mula.
Jika kita menarik pelajaran dari krisis keuangan sebelumnya yakni pada era subrime mortgage loan tahun 2009, Saat itu, pertumbuhan ekonomi AS mengkerut sebesar 3% dan perlu bertahun-tahun untuk kembali normal.
Di sisi lain, akar persoalan krisis pandemi yakni virus corona masih belum menunjukkan titik terang, karena kandidat vaksin belum juga membuahkan hail nyata untuk penggunaan skala global. Virus Covid-19 telah merenggut 228.000 nyawa di AS, dan menginfeksi 9 juta orang-setara dengan 90% populasi di DKI Jakarta.
Selama belum ada vaksin atau obat Corona, maka selama itu pula kebijakan pembatasan sosial hingga karantina wilayah (lockdown) terus berjalan, mengganggu roda perekonomian dan proses rantai pasokan barang-jasa.