Prabowo 'Blusukan' ke AS Hingga Turki, Apa Sih Hasilnya?

Muhammad Iqbal, CNBC Indonesia
26 October 2020 06:00
Malaysia Indonesia
Foto: Prabowo Subianto (Dokumentasi AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Pertahanan RI Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto melakoni kunjungan kerja ke empat negara dalam kurun waktu 15 Oktober hingga 23 Oktober 2020. Keempat negara yang disambangi Prabowo, yaitu Amerika Serikat (AS) (15 Oktober-19 Oktober), Austria (20 Oktober), Prancis (21 Oktober) dan Turki (23 Oktober).

Lalu, apa hasil dari kunjungan kerja Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya itu? Secara normatif, negara-negara yang dikunjungi menyatakan komitmen untuk memperkuat hubungan bilateral, terutama di bidang pertahanan, dengan Indonesia.

Terlepas dari hal itu, perjalanan ke luar negeri mau tidak mau harus dilakukan Prabowo. Ia pernah membeberkan alasannya dalam wawancara khusus yang bersumber dari DPP Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang ditayangkan Youtube resmi iNews, seperti dikutip Selasa (13/10/2020).

"Dalam pembelanjaan alutsista, saya ingin harga terbaik. Harga murah, tapi kualitas paling tinggi. Ini perjuangan saya. Itu yang membuat saya harus banyak keliling, keluar negeri karena kita banyak teknologi dari luar," kata Prabowo.

Ia menjelaskan, perjanjian kerja sama alutsista dengan negara lain pun tidak semudah membalikkan telapak tangan. Pemerintah pun harus berkomunikasi dulu dengan otoritas pertahanan negara lain.

"Saya harus datang ke menteri pertahanan negara-negara itu, sowan, minta izin, dan kalau mereka baik dan kalau mereka memandang Indonesia bersahabat, kita bikin perjanjian kerja sama pertahanan. Dari situ baru kita bisa negosiasi sama pabrik," ujar Prabowo.

"Jadi kadang-kadang itu capek, harus datengi semua negara untuk dapat izin boleh atau tidak. Kadang-kadang dia nggak kasih. Negara ini boleh, negara ini tidak boleh. Jadi ada tingkatannya. Karena itu persahabatan, diplomasi sangat penting," lanjutnya.

Indonesia, kata Prabowo, selama ini menganut politik bebas aktif. Pemerintah Indonesia pun ingin bersahabat dengan semua negara, selama negara-negara tersebut tidak menganggu kepentingan dalam negeri.

"Saya sering katakan politik itu adalah 1.000 kawan terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak. Jadi positif, kita baik pada semua tapi ada tantangan juga," katanya.

Berikut adalah intisari perjalanan Prabowo dari AS hingga Turki yang dihimpun CNBC Indonesia:

Pada 16 Oktober 2020, Prabowo menemui Menteri Pertahanan AS Mark Esper di Pentagon, Washington DC, AS. Pertemuan bertujuan membahas keamanan regional, prioritas pertahanan bilateral, dan akuisisi pertahanan.



Esper menyampaikan pentingnya menegakkan hak asasi manusia, supremasi hukum, dan profesionalisasi saat kedua negara memperluas kerja samanya.

Sementara Prabowo menyatakan pentingnya keterlibatan militer di semua tingkatan, dan menyampaikan apresiasinya atas dukungan AS untuk modernisasi pertahanan Indonesia.



Seperti dikutip laman resmi Kemhan RI, Esper dan Prabowo berbagi keinginan untuk meningkatkan kegiatan militer-ke-militer bilateral dan bekerja sama dalam keamanan maritim.



Kedua menteri juga menandatangani Memorandum of Intent untuk memajukan upaya Defense Prisoner of War/Missing in Action Accounting Agency untuk memulai kembali pekerjaannya di Indonesia untuk merepatriasi jenazah personel AS yang hilang di Indonesia selama Perang Dunia II.



Tidak ketinggalan, Esper dan Prabowo menyatakan simpati kepada mereka yang terdampak Covid-19 di AS dan Indonesia.

Beberapa hari berselang, Esper mengungkapkan maksud dan tujuan mengundang Prabowo.

Dalam sebuah artikel di laman AFP, Rabu (21/10/2020), undangan itu merupakan bagian dari upaya AS memperkuat dan memperluas aliansi dengan negara-negara dengan "like-minded democracies" seperti Indonesia untuk melawan pengaruh Rusia dan China. Esper memperkenalkan inisiatif baru itu pada Selasa (20/10/2020) waktu setempat.

Menurut dia, Pentagon secara sistematis akan memonitor dan mengelola relasi dengan negara-negara mitra, seraya memperkuat koordinasi militer dan juga meningkatkan penjualan senjata buatan AS. Inisiatif yang disebut dengan Guidance for Development for Alliances and Partnerships (GDAP) itu hadir dua minggu jelang pemilihan presiden AS. 


"Jaringan sekutu dan mitra AS akan memberikan kita keuntungan asimetris yang tidak dapat ditandingi oleh musuh kita," ujar Esper.

Ia menyebut aliansi itu "tulang punggung tatanan berbasis aturan internasional.


Ia lantas mengutip kemitraan lama macam NATO hingga Malta yang membantu AS melepaskan diri dari Inggris pada abad ke-18.



"Contoh seperti ini menggambarkan pentingnya menyelaraskan negara-negara yang berpikiran sama, besar dan kecil, untuk mempertahankan tatanan bebas dan terbuka yang telah melayani kita semua dengan baik selama beberapa dekade," kata Esper.



"Jika digabungkan, China dan Rusia kemungkinan memiliki kurang dari 10 sekutu," lanjutnya.



Dalam kesempatan itu, Esper juga menilai China menggunakan 'paksaan' dan 'perangkap keuangan' untuk membangun aliansi dengan negara-negara lemah seperti Myanmar, Kamboja, dan Laos.

"Semakin kecil negara dan semakin besar kebutuhannya, maka tekanan Beijing akan semakin berat," ujar Esper.



Ia kemudian memamerkan kunjungan yang telah dilakukannya untuk membangun hubungan pertahanan dengan Malta, Mongolia, dan Palau. Ia juga mengungkapkan rencana AS membangun pangkalan pasukan di Polandia.



Esper kemudian menggarisbawahi perlunya membangun hubungan yang lebih dekat dengan "negara demokrasi yang berpikiran sama seperti India dan Indonesia".

Seperti diketahui, Esper telah bertemu dengan Prabowo pekan lalu. Senin depan, Esper akan bertandang ke India.



"Mereka semua mengakui apa yang sedang dilakukan China," katanya.



Bagian penting dari upaya ini, menurut Esper, adalah memperluas penjualan senjata AS. Tujuannya membantu sekutu meningkatkan kemampuan pertahanan dan mengerek industri pertahanan AS melawan persaingan dari Rusia dan China. Ia akan menggunakan GDAP untuk mengidentifikasi peluang penjualan senjata sekaligus melindungi pasar AS.

Prabowo lantas menemui Menteri Pertahanan Republik Austria Klaudia Tanner di kantor Kementerian Pertahanan Austria di Wina, Austria, Selasa (20/10/2020) waktu setempat.



Pertemuan Tanner dan Prabowo bertujuan membicarakan rencana penjualan 15 unit jet tempur Eurofighter Typhoon milik Austria. Seperti dilaporkan media terkemuka Austria Kronen Zeitung, pertemuan pada Selasa (20/10/2020) pagi diawali oleh penghormatan militer dari militer Austria kepada Prabowo. Kemudian dilakukan pembicaraan terkait 15 unit jet tempur Eurofighter Typhoon.

"Hari saya dapat berbicara secara langsung dengan counterpart saya asal Indonesia untuk pertama kali. Kami membicarakan ketertarikan (Indonesia) membeli Eurofighter yang kami miliki," ujar Tanner.



"Ini merupakan titik awal untuk diskusi permulaan dalam level teknis," lanjutnya.



Di sisi lain, tidak ada pernyataan resmi dari Juru Bicara Menhan RI, Dahnil Anzar Simanjuntak, terkait pertemuan antara Prabowo dan Tanner.

Satu hal yang pasti, perjumpaan dua menhan kemarin merupakan puncak dari korespondensi yang dilakukan Prabowo sejak bulan Juli lalu.



Seperti diketahui, pada 10 Juli 2020, Prabowo mengirimkan surat kepada Tanner perihal rencana pembelian 15 Eurofighter Typhoon. Sebagaimana dikutip dari newsabc.net, Senin (20/7/2020), Kementerian Pertahanan Austria mengonfirmasi tentang keberadaan surat dari Prabowo.

"Tolong izinkan saya untuk menghubungi Anda secara langsung mengenai masalah yang sangat penting bagi Republik Indonesia," kata Prabowo dalam surat tersebut.

"Untuk memodernisasi angkatan udara Indonesia, saya ingin mengadakan perundingan resmi dengan Anda untuk membeli semua 15 Eurofighter untuk Republik Indonesia," ujarnya mengutip keterangan pers tertanggal 10 Juli 2020.

Prabowo menyadari adanya persoalan terkait Eurofighter Typhoon di Austria.

"Namun demikian, saya yakin penawaran saya merupakan peluang bagi kedua belah pihak," ujar Prabowo.



Surat itu baru direspons hampir tiga bulan berselang. Respons itu disampaikan Tanner kepada Prabowo dalam sebuah surat tertanggal 4 September 2020.



Seperti dilaporkan oleh Kronen Zeitung, Senin (7/9/2020), surat itu merupakan jawaban atas surat yang dikirimkan oleh Prabowo pada 10 Juli 2020. Tepat sepuluh hari kemudian, Kronen Zeitung merilis laporan perihal ketertarikan Prabowo terhadap jet tempur bekas milik Austria tersebut.



"Kami dengan senang hati menerima ketertarikan Anda untuk membeli 15 Eurofighter Typhoon untuk memordenisasi armada TNI AU Anda," tulis Tanner.

Dalam pemberitaan Kronen Zeitung, Tanner menyebut staf militer merekomendasikan agar pemerintah Austria memanfaatkan opsi penjualan apapun. Menurut Tanner, pemerintah Austria akan mengkaji penjualan dari sisi legal.

"Itu adalah tanggung jawab kami kepada semua pembayar pajak," ujarnya.

Sebulan berselang, Kronen Zeitung, seperti dikutip oleh CNBC Indonesia, Rabu (14/10/2020), melaporkan pertemuan Tanner dan Prabowo akan segera terwujud.



"Pekan depan kemungkinan akan ada pertemuan bersejarah di Kementerian Pertahanan Austria. Prabowo Subianto secara pribadi akan menemui menteri Klaudia Tanner untuk mendiskusikan kesepakatan pembelian Eurofighter Typhoon," tulis Kronen Zeitung.



Kronen Zeitung lantas melampirkan surat yang dikirimkan Prabowo kepada Tanner. Dalam surat tertanggal 8 Oktober 2020 tersebut, Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya itu mengucapkan terima kasih atas surat yang dikirimkan Tanner tertanggal 4 September 2020. Surat itu berisi kesediaan Tanner menegosiasikan pembelian 15 unit Eurofighter Typhoon.



"Sebagaimana yang saya sampaikan sebelumnya, kami sedang berupaya untuk melakukan pengadaan peralatan pertahanan vital untuk melindungi wilayah dan masyarakat Indonesia," tulis Prabowo.



Oleh karena itu, Prabowo mengungkapkan keinginan untuk melakukan courtesy call dengan Tanner.

"Saya akan berada di Wina (ibu kota Austria) pada 20 Oktober 2020 dan kita dapat menggunakan kesempatan itu untuk mendiskusikan isu-isu pertahanan yang menjadi perhatian bersama," tulis Prabowo.

Menutup surat itu, Prabowo menyatakan kesediaan untuk terus memperkuat hubungan bilateral pertahanan antara kedua negara. Eks Danjen Kopassus TNI AD itu pun yakin kalau kerja sama pertahanan antara Indonesia dan Austria akan terus tumbuh dan berkembang. Tanner merespons positif keinginan Prabowo. Ia mengaku sudah tidak sabar menemui Prabowo.

"Setelah kunjungan kehormatan, para ahli kami akan memulai diskusi yang lebih detail. Tujuan saya adalah mengeksplorasi semua kemungkinan sehingga kami dapat mengakhiri isu terkait Eurofighter Typhoon," ujar Tanner.

Prabowo kemudian menemui Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly di kantor Kementerian Pertahanan Prancis, Paris, Rabu (21/10/2020) malam waktu setempat. Keduanya sepakat mempererat kerja sama pertahanan antara kedua negara.

Dalam keterangan pers yang disampaikan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) RI untuk Prancis, Andorra, Monako, serta Delegasi Tetap RI untuk UNESCO Arrmanatha Christiawan Nasir kepada CNBC Indonesia, Jumat (23/10/2020) dini hari WIB, kedua menhan membahas perkembangan situasi dan dinamika kawasan Indo-Pasifik.

Prancis menaruh perhatian khusus terhadap kawasan Indo-Pasifik, mengingat selain memiliki teritori, sekitar 1,6 juta warga Prancis berada di kawasan Indo-Pasifik. Dalam konteks ini, Prabowo dan Parly menegaskan pentingnya untuk terus berkontribusi dalam menjaga stabilitas dan keamanan kawasan.

Kedua menhan secara khusus membahas kerangka kerja sama pertahanan ke depan. Berbagai kemajuan yang telah dicapai dalam mempererat kerja sama pertahanan kedua negara tahun ini, termasuk dalam upaya memajukan industri pertahanan Indonesia disambut baik kedua menhan.

"Saya mencatat kemajuan yang cukup pesat dari kemitraan strategis Indonesia-Prancis di bidang pertahanan dalam setahun ini. Indonesia ingin terus mengembangkan kerja sama dengan Prancis di berbagai sektor pertahanan, termasuk dalam memperkuat alutsista TNI dan memajukan kapasitas industri pertahanan Indonesia sebagai bagian dari global production chain produk alutsista," kata Prabowo.



Seperti diketahui, dalam pertemuan bulan Januari lalu, kedua menhan sepakat membuat Perjanjian Kerja Sama Bidang Pertahanan (Defense Cooperation Agreement/DCA). Perjanjian tersebut akan memayungi kerja sama pertahanan secara komprehensif seperti kerja sama bidang pendidikan dan latihan militer, keamanan maritim, pemberantasan terorisme, pengembangan industri pertahanan hingga penguatan kapasitas dalam penanganan bencana seperti pandemi Covid-19 yang saat ini melanda kedua negara.

Dalam kaitan ini, Prabowo dan Parly meminta agar tim perunding dapat segera menyelesaikan DCA untuk dapat ditandatangani oleh kedua menhan pada akhir tahun ini, sebagai bagian dari peringatan HUT ke-70 hubungan diplomatik kedua negara.

Pertemuan kedua menhan untuk kedua kali di 2020 menunjukkan semakin intensifnya komunikasi dan kerja sama pertahanan kedua negara.

"Di tengah pandemi Covid-19, yang mengharuskan berbagai kegiatan tertunda, kerja sama Indonesia-Prancis di bidang pertahanan semakin erat, tidak saja terlihat dari intensitas komunikasi kedua menhan namun juga dengan kegiatan kelompok kerja Strategic Defense Equipment cooperation yang sudah dua kali bertemu tahun ini," kata Arrmanatha.

Kerja sama Indonesia-Prancis di bidang pertahanan selama ini dilandaskan kesepakatan kedua negara pada tahun 2017 melalui Letter of Intent (LoI) atau Pernyataan Kehendak untuk peningkatan kerja sama pertahanan termasuk kerja sama kelautan dan keamanan maritim.

Setiap tahunnya, sejak tahun 2013, kerja sama pertahanan bilateral di beberapa bidang seperti pelatihan dan pendidikan, saling kunjung, dan pemberantasan terorisme dibahas melalui forum Dialog Pertahanan Indonesia-Prancis (Indonesia-France Defense Dialogue/IFDD).

Kendati demikian, Arrmanatha tidak menjawab pertanyaan CNBC Indonesia perihal apakah persamuhan itu secara spesifik membahas jet tempur racikan Dassault Aviation, yaitu Rafale.

Pada Jumat (23/10/2020), Prabowo menemui Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar di kantor Kementerian Pertahanan Turki di Ankara, Turki. Saat menemui Hulusi, Prabowo disambut dengan upacara militer.

Dalam pertemuan ini, Prabowo dan Hulusi membicarakan mengenai kerja sama pertahanan antara kedua negara yang telah terjalin baik selama ini, perkembangan situasi pertahanan dan keamanan di kawasan serta kerja sama di bidang industri pertahanan.



Pada kunjungan sebelumnya ke Turki pada 26 November 2019, Prabowo juga menemui Hulusi untuk melaksanakan pertemuan bilateral yang membicarakan kerja sama pertahanan yang termasuk didalamnya kerja sama industri pertahanan antara kedua negara.

Seperti dikutip dari siaran pers Biro Humas Setjen Kemhan RI, kunjungan Prabowo ke Turki kali ini adalah lanjutan dari rangkaian perjalanannya mempererat hubungan kerja sama pertahanan dengan menteri pertahanan negara-negara sahabat.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular