
Marak Alih Fungsi Lahan, Prabowo: Apa Kita Bisa Makan Beton?

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Pertahanan Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto menyoroti alih fungsi lahan pertanian yang marak terjadi di tanah air. Menurut dia, hal itu dapat berdampak negatif terhadap kehidupan masyarakat.
Hal tersebut dipaparkan Prabowo saat menghadiri Rapat Senat Terbuka Dies Natalis ke-57 Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada yang berlangsung secara virtual pada Jumat (23/10/2020).
Mulanya, dia mengatakan, sejarah telah menunjukkan strategi pangan banyak digunakan untuk menguasai sebuah negara. Ketergantungan pangan, kata Prabowo, akan membuat suatu bangsa sulit untuk lepas diri dari cengkraman bangsa lain.
"Pada dasarnya, pangan memang tidak serta merta dapat memenangkan suatu pertempuran. Tetapi sering perang dikalahkan oleh yang tidak punya pangan. Sering pihak yang tidak punya logistik kalah dalam peperangan. Tanpa logistik perang tidak dapat dimenangkan," ujar Prabowo.
"Ini adalah kenyataan sejarah. Demikian semboyan yang terkenal di kalangan militer dalam menggambarkan betapa pentingnya logistik dalam sebuah operasi. Karena itu kemenangan pasukan juga sangat ditentukan seberapa besar cadangan logistik yang dimiliki," lanjutnya.
Prabowo membenarkan, saat ini, Indonesia memang tidak dalam suasana perang. Namun, banyak ahli yang memprediksi perang masa depan itu adalah perang menguasai sumber alam dan terutama pangan.
"Hal ini seakan memutar kembali jarum sejarah. Bukankah kolonialis bangsa Eropa dulu masuk ke Indonesia pada awalnya untuk mencari komoditas pangan, yaitu rempah-rempah. Dan bukankah mereka memandang kepulauan kita sebagai sumber kekayaan yang harus diperas habis," kata Prabowo.
Ia menyebut kekhawatiran itu akan terulang semakin beralasan apabila mencermati perkembangan dan dinamika lingkungan strategis global, regional, dan nasional. Misalnya pertumbuhan jumlah penduduk semakin meningkat, sementara lahan pertanian malah menyusut karena masifnya alih fungsi lahan.
"Begitu banyak lahan untuk pertanian berolah menjadi real estate. Pertanyaannya adalah apakah kita bisa makan semen? Apakah kita bisa makan beton? Untuk apa menara-menara apartemen real estate yang hebat-hebat kalau rakyat tidak bisa makan," ujar Prabowo.
"Hal ini semakin mempertegas thesis Robert Malthus bahwa pertumbuhan penduduk cenderung melampaui pertumbuhan persediaan makanan. Karena penduduk menurutnya tumbuh seperti deret ukur, sedangkan persediaan makan bertambah seperti deret hitung," lanjutnya.
Oleh karena itu, Prabowo mengingatkan ketahanan pangan (food security), kemandirian pangan (food resilience), dan terutama kedaulatan pangan (food sovereignty), harus menjadi tekad bersama untuk kita wujudkan bersama-sama.
Lebih jauh lagi, kata Prabowo, kedaulatan nasional harus didukung oleh semua pihak, didukung oleh semua program terkait, didukung oleh sumber daya lahan yang cukup, sumber daya manusia yang tangguh serta dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi.
(miq/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Terungkap! Ini Alasan Jokowi-Prabowo Kebut Proyek Food Estate