Sri Mulyani Sebut Uang Triliunan dari Ekspor Makanan Halal RI

Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
24 October 2020 15:36
Sertifikasi halal dinilai menjadi aspek penting dalam bisnis makanan di Tanah Air. Hal itu berkaitan dengan rasa aman seiring garansi yang diberikan atas produk atau jasa yang dibeli.

Ketua Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC) Sapta Nirwandar mengatakan, untuk perusahaan besar seperti PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), tak bisa dimungkiri sertifikasi halal menambah penjualan produk yang dihasilkan.

"Begitu ada lambang hijau MUI (Majelis Ulama Indonesia), (produknya) laku keras. Mayora dan Garuda Food juga begitu. Sertifikasi itu penting," katanya di gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (19/2/2020).

"Kenapa sushi tei rajin buat sertifikasi karena naikkan sales (penjualan)," imbuhnya lagi.

Dia juga mencontohkan bagaimana rantai pasok restoran siap saji seperti KFC. Di Kuala Lumpur, bisa dipastikan 99,99 persen restoran itu sudah melalui sertifikasi halal. Mulai dari rantai pasok ayam hingga sampai ke meja konsumen. Prosesnya sudah diawasi dengan ketat.

"Ini lebih profitable, masyarakat sadar, tak akan makan kalau tak ada sertifikasi halal. Sertifikasi itu membuktikan," ujarnya lagi.

Tak hanya menyoal produk berupa makanan hingga kosmetik, sertifikasi halal dalam sektor pariwisata juga penting dilakukan. Namun sayangnya, banyak yang salah kaprah perihal yang satu ini.

"Yang dihalalkan bukan destinasinya, tapi servisnya. Borobudur tak bisa dihalalkan, tapi kalau servisnya jadi ada musholla, restoran, boleh," tegasnya.

Pelaksanaan wajib sertifikasi halal efektif mulai 17 Oktober 2019. Itu adalah mandat dari UU Nomor 33 Tahun 2014. Semua produk yang beredar di republik ini harus memiliki sertifikat halal yang dikeluarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) yang berada di bawah Kementerian Agama. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Supermarket (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan potensi ekspor produk halal Indonesia sangat besar. Terutama makanan dan minuman yang bisa mencapai US$ 229 juta atau setara Rp 3,36 triliun (kurs Rp 14.700/US$).

"Indonesia saat ini ada 10 produk makanan halal dengan total nilai potensi ekspornya capai US$ 229 juta," ujarnya dalam webinar virtual, Sabtu (24/10/2020).

Ia menjelaskan, 10 produk tersebut adalah margarin, waffle, biskuit, nanas olahan, dan kopi kemasan. Selanjutnya ada ekstrak kopi, ekstrak malt, saos, makanan bayi serta roti dan kue.

"Ini memang produk-produk yang dikonsumsi oleh berbagai negara terutama dengan mayoritas penduduk Muslim," kata dia.

Menurutnya, 10 produk makanan tersebut sudah mulai diekspor ke 29 negara di dunia yang mayoritas Muslim. Saat ini akan semakin dikembangkan apalagi melihat potensinya yang sangat besar.

Tidak hanya potensi negara nya yang masih besar, ia melihat bahwa produk makanan dan minuman Indonesia juga bisa dikembangkan lagi agar bisa lebih banyak yang di ekspor.

"Tentu kita masih memiliki peluang besar untuk pangsa ekspor kita hingga 61% yang mestinya dipakai Indonesia untuk meningkatkan berbagai produk," jelasnya.

Untuk pengembangan dan perluasan serta daya saing produk halal ini, Pemerintah pun memberikan berbagai dukungan. Melalui instrumen fiskal ada instrumen perpajakan seperti PPh Impor dan cukai seperti tarif Bea Masuk yang ditujukan untuk melindungi produk dalam negeri.

"Juga insentif pajak lainnya bagi perusahaan yang memberikan pelatihan vokasi maupun yang lakukan riset and development. Fasilitas perpajakan ini juga diberikan untuk di kawasan-kawasan industri seperti tadi yang disampaikan di kawasan industri khusus yaitu industri halal," tegasnya.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Setujui Pusat Industri Halal di RI, Ini Skenarionya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular