Internasional

Xi Jinping Sebut China Siap Perang, Warning ke AS?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
23 October 2020 15:03
Soldiers of People's Liberation Army (PLA) are seen before a giant screen as Chinese President Xi Jinping speaks at the military parade marking the 70th founding anniversary of People's Republic of China, on its National Day in Beijing, China October 1, 2019. REUTERS/Jason Lee
Foto: Parade Militer Memperingati Hari Kemerdekaan 70 Tahun Republik Rakyat China (RRC) di Beijing pada Selasa, 1 Oktober 2019 (REUTERS/Jason Lee)

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden China Xi Jinping disebut memperingatkan Amerika Serikat (AS) bahwa China tidak takut akan perang. Ini disampaikan secara tak langsung dalam pidatonya yang sangat nasionalis, di tengah peringatan 70 tahun masuknya China di Perang Korea, melawan AS.

Berbicara di Balai Besar Rakyat di Beijing, Jumat (23/10/2020), ia menyebut Perang Korea adalah tindakan melawan agresi AS dan membantu Korea di tahun 1950-1953. Konflik militer yang terjadi 'harus menjadi pengingat' demonstrasi kekuatan militer China melawan imperialis.



"Tujuh puluh tahun lalu, penjajah imperialis menembaki China yang baru," katanya dikutip dari media Hong Kong, South China Morning Post (SCMP).

"Rakyat China memahami bahwa kita harus menggunakan bahasa yang dapat dimengerti para penjajah, untuk berjuang dengan perang dan untuk menghentikan invasi dengan kekuatan militer, mendapatkan perdamaian dan rasa hormat melalui kemenangan."



"Orang-orang China tidak akan membuat masalah tetapi kami juga tidak takut pada mereka. Dan, tidak peduli kesulitan atau tantangan yang kami hadapi, kaki kami tidak akan gemetar."

Xi juga menekankan bahwa negara manapun dan tentara manapun, tak peduli seberapa kuat mereka dulu, akan babak belur jika melawan. Ia pun meminta negerinya agar semakin cepat memodernisasi militernya untuk menjadi kelas dunia.

"Di dunia saat ini, setiap unilateralisme, proteksionisme, dan ideologi kepentingan pribadi yang ekstrim sama sekali tidak bisa dibiarkan. Dan, setiap pemerasan, blokade, dan tekanan ekstrim sama sekali tidak akan sukses," katanya lagi.

"Tindakan apa pun yang hanya berfokus pada diri sendiri dan upaya apa pun untuk terlibat dalam hegemoni dan penindasan tidak akan berhasil ... dan juga akan menjadi jalan buntu."

AS dan China memang terlibat dalam sejumlah ketegangan. Yang paling baru adalah di Laut China Selatan (LCS).

Kedua negara bahkan rela bersafari untuk mencari dukungan. China sempat datang ke Malaysia dan meminta ASEAN bersatu melawan AS.

AS sendiri masuk ke kawasan LCS dengan dalih kebebasan navigasi. Ini terkait klaim China pada 80% kawasan perairan itu, termasuk sejumlah pulau yang dicap milik Filipina, sekutu AS.

Sebelumnya di tengah melakukan kunjungan kerja ke pangkalan militer di Guangdong, Xi meminta Angkatan Laut (AL) negeri itu meningkatkan kesiapan berperang. Bukan cuma karena LCS, ini juga diyakini terkait konflik yang kian memanas dengan Taiwan, yang juga didukung AS.

Rabu (21/10/2020), Pentagon mengumumkan telah setuju menjual rudal senilai lebih dari US$ 1 miliar ke Taiwan. China menganggap Taiwan bagian dari negaranya meski Taipe sebaliknya.

AS dan China bersitegang di banyak hal. Bukan hanya soal LCS dan Taiwan, keduanya juga terlibat perang dagang dan teknologi.

AS dan China sebenarnya 'bergantung' secara perdagangan satu sama lain. Data Biro Analisis Ekonomi (Bureau of Economic Analysis/BEA) menunjukkan perdagangan bilateral barang dan jasa masih mencapai US$ 636,8 miliar tahun 2019 lalu.

AS mengimpor jauh lebih banyak dari China daripada mengekspornya ke negara Asia itu. Tetapi kebalikannya di perdagangan jasa, China membeli lebih banyak dari AS daripada jumlah yang dijual.


(sef/sef) Next Article Ngeri, Rencana Besar China Kuasai Dunia Terbongkar!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular