Jurus BKS & Doni Cegah Covid-19 Meledak di Libur Panjang

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
21 October 2020 21:10
Doni Monardo Apresiasi Upaya Pengendalian COVID-19 di Sulawesi Utara. (Dok :BNPB)
Foto: Doni Monardo Apresiasi Upaya Pengendalian COVID-19 di Sulawesi Utara. (Dok :BNPB)

Jakarta, CNBC Indonesia- Pemerintah dan Satgas Penanganan Covid-19 melakukan berbagai upaya untuk mencegah libur panjang pekan depan menjadi momen penambahan kasus baru, seperti yang terjadi pada Agustus lalu. Apalagi setelah 7 bulan menghadapi pandemi Covid-19 dan banyak di rumah, masyarakat berpotensi memanfaatkan momentum libur panjang ini untuk berwisata.

Ketua Satuan Tugas Penanganan COVID-19 sekaligus Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo mengatakan jangan sampai cuti panjang ini menimbulkan masalah baru. Salah satu upaya yang disiapkan ada dari Kementerian Dalam negeri membuat edaran pada Gubernur untuk mengelola dan mengendalikan tempat wisata yang menjadi pusat keramaian.

Kerjasama ini juga melibatkan dunia usaha, seperti pemilik hotel, restoran, dan pengelola tempat wisata untuk menaati arahan Pemda. Nantinya kapasitas tempat wisata tidak boleh lebih dari 50%.

"Yang terpenting adalah masyarakat tetap patuh protokol kesehatan saat liburan yakni #jaga jarak dan menghindari kerumunan, memakai masker, dan mencuci tangan dengan sabun," kata Doni, Rabu (21/10/2020).

Dia mengakui sebelumnya pihaknya kurang sigap dalam mengantisipasi libur panjang, sehingga sempat membuat kasus melonjak hingga rumah sakit penuh. Masyarakat menurutnya harus lebih waspada dan memilih tempat wisata atau restoran yang menerapkan protokol kesehatan dengan baik, untuk menghindari penularan.

"Makanya Presiden Jokowi juga mengatakan jangan sampai liburan panjang ini justru menambahkan masalah baru buat kita. Kita sudah bekerja keras 7 bulan terakhir," tambahnya.

Dalam kesempatan yang sama Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan diperkirakan ada kenaikan laju penumpang 10-20% di masa libur panjang ini. Terutama untuk kereta api dan pesawat, untuk itu salah satu upaya yang dilakukan adalah menambah jumlah penerbangan dan armada yang beroperasi untuk menghindari penumpukan.

"Kalau angkutan relatif kita menerapkan protokol kesehatan yang baik, katakan bis itu kita tetapkan maksimal 70%, kereta api 70%, bahkan di kereta api kami berikan face shield, pesawat juga demikian. Semua tuntutan protokol kesehatan harus dijalankan," kata Budi.

"Sekarang bandara kapasitasnya baru 43% dan kereta api 30% mereka masih punya spare menambah pesawat. Besok atau lusa kami akan koordinasi, dan tidak ada alasan melanggar protokol kesehatan," tambahnya.

Pihaknya pun sudah melakukan koordinasi dengan daerah, terkait bagaimana protokol kesehatan dikawal di daerah dan kemacetan yang biasanya menajdi masalah diatasi. Budi mengakui Tanggal 27-28 Oktober merupakan hari-hari kritis terjadi kemacetan.

"Kami mengidentifikasi daerah yang akan mengalami kemacetan yakni ke arah timur. Kedua kapal ke arah sumatera, ketiga pesawat dari Jakarta," katanya.

Dia juga menghimbau masyarakt agar tidak bertumpu melakukan perjalanan pada 28 Oktober, namun bisa pada 29 atau 30 Oktober. Jika perjalanan dilakukan secara bersamaan maka kemungkinan akan terjadi kemacetan, misalnya pada 27 Oktober malam atau 28 Oktober yang menjadi puncaknya. 


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Data Baru Sebut China Sudah Kaji Covid Sebelum Pandemi Meledak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular