Luhut Ungkap Ekspor Batu Bara RI Bakal Turun, Ada Apa Nih?

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
20 October 2020 14:37
Aktivitas bongkar muat batubara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara, Senin (19/10/2020). Dalam satu kali bongkar muat ada 7300 ton  yang di angkut dari kapal tongkang yang berasal dari Sungai Puting, Banjarmasin, Kalimantan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)  

Aktivitas dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan meskipun pemerintan telah mengeluarkan aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) transisi secara ketat di DKI Jakarta untuk mempercepat penanganan wabah virus Covid-19. 

Pantauan CNBC Indonesia ada sekitar 55 truk yang hilir mudik mengangkut batubara ini dari kapal tongkang. 

Batubara yang diangkut truk akan dikirim ke berbagai daerah terutama ke Gunung Putri, Bogor. 

Ada 20 pekerja yang melakukan bongkar muat dan pengerjaannya selama 35 jam untuk memindahkan batubara ke truk. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Tidak hanya mineral, pemerintah juga berencana melakukan hilirisasi pada komoditas batu bara. Akibatnya, batu bara yang selama ini didominasi untuk ekspor ke luar negeri, akan lebih banyak dimanfaatkan di dalam negeri.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Pandjaitan, mengatakan pemerintah akan mengembangkan hilirisasi batu bara sehingga batu bara juga bernilai tambah.

Dia mengatakan, batu bara akan diubah menjadi sejumlah produk seperti methanol yang dapat dijadikan campuran untuk biodiesel (Fatty Acid Methyl Esters/ FAME), lalu Dimethyl Ether (DME) yang bisa digunakan sebagai substitusi LPG.

"Batu bara Indonesia saat ini lebih banyak diekspor. Kita juga ingin mengubahnya, meng-convertnya juga agar kita punya nilai tambah jadi DME, methanol, dan lain-lain. Produk turunan bernilai tambah 2-3 kali," tuturnya, dalam acara INDY FEST 2020 dalam rangka memperingati hari ulang tahun ke-20 PT Indika Energy Tbk yang ditayangkan dalam kanal YouTube Netmediatama kemarin, Senin (19/10/2020).

Menurutnya, salah satu perusahaan batu bara nasional milik Bakrie group, berencana melakukan hilirisasi batu bara ini dengan bekerja sama dengan perusahaan asal Amerika Serikat yakni Air Product.

Luhut juga mengatakan, hilirisasi batu bara ini juga bisa dikembangkan menjadi DME untuk menggantikan LPG, sehingga bisa mengurangi impor LPG. Menurutnya, hilirisasi batu bara menjadi DME ini bisa mengurangi impor LPG sebesar Rp 40 triliun.

Dia menyebut, impor LPG dalam lima tahun terakhir terus meningkat. Pada 2019 impor LPG bahkan mencapai 5,7 juta ton atau senilai US$ 2,5 miliar.

"Kita, Indonesia, ke depan akan bicara tentang penghematan, efisiensi," ujarnya.

Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), dari rencana produksi batu bara pada 2020 sebesar 550 juta ton, rencana ekspor mencapai 395 juta ton dan domestik hanya sekitar 155 juta ton. Pada 2019, dari produksi mencapai 610 juta ton, penyerapan domestik hanya sekitar 138 juta ton, dan berarti sisanya diekspor.

Adapun cadangan batu bara pada 2019 mencapai 37,6 miliar ton dan sumber daya 149 miliar ton.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Meneropong Nasib Proyek DME Batu Bara Kala Pandemi Kian Ganas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular