
Pajak 0% Ditolak, Pasar 'Gemuk' Mobil Bekas Tak Terkoyak

Jakarta, CNBC Indonesia - Kabar Menteri Keuangan Sri Mulyani tidak mempertimbangkan pajak mobil baru 0% disambut gembira oleh para pelaku usaha mobil bekas. Adanya insentif pajak tersebut dinilai dapat merusak harga mobil bekas yang pasarnya tergolong besar di dalam negeri, bahkan permintaan bulanan lebih besar dari pasar mobil baru.
"Kita tidak mempertimbangkan saat ini untuk memberikan pajak mobil baru sebesar 0% seperti yang disampaikan oleh industri dan Kementerian Perindustrian," ujar Sri Mulyani melalui video conference, Senin (19/10/2020).
Pelaku industri mobil bekas menilai kebijakan pajak nol persen hanya akan menguntungkan perusahaan otomotif besar yang notabene perusahaan Jepang maupun perusahaan Negeri Sakura yang berkongsi dengan konglomerat di dalam negeri.
"Efeknya lebih banyak mudhorat daripada manfaatnya. Manfaat yang diuntungin cuma pabrik. Mereka mau jual stok yang sudah mereka bikin. Gimana caranya stok mereka kejual, itu tujuannya, tapi menghancurkan yang sudah ada, yang exist," kata pemilik Nava Sukses Motor yang berada di Jl. Madrasah No. 23, Cilandak, Jakarta Selatan, Fahmi kepada CNBC Indonesia, dikutip Selasa (20/10).
Bayangkan saja jika pajak mobil baru nol persen diterapkan, mobil Toyota Avanza sebagai mobil sejuta umat yang harga on the road-nya bisa mencapai Rp 200 juta - Rp 230 juta per unit bisa diskon sampai 40% menjadi Rp 120 juta per unit.
Jelas diskon yang sangat besar tersebut bakal membuat harga pasaran mobil bekas hancur. Pernyataan Sri Mulyani tersebut setidaknya membuat industri mobil bekas boleh sedikit bernapas lega.
Mengacu pada platform e-commerce penjualan mobil bekas olx, harga jual mobil bekas Avanza untuk tahun 2014 saja dipatok di Rp 90 juta - Rp 100 juta. Selisih harga jual yang tadinya bisa terpaut 50% atau 100 juta, kini tinggal puluhan juta saja.
Sementara untuk harga jual mobil ramah lingkungan low cost green car (LCGC) yang sedang naik daun juga terkena diskon 25% untuk seri barunya.
Menurut studi perusahaan riset pasar Nielsen enam tahun silam, memiliki mobil adalah impian masyarakat Indonesia dan menjadi simbol dari kesuksesan. Kenaikan populasi masyarakat kelas menengah di Indonesia juga turut mendongkrak permintaan mobil.
Harga mobil bekas yang jauh lebih murah menjadi alternatif bagi masyarakat untuk mewujudkan impiannya tersebut. Alhasil penjualan mobil bekas terus meningkat. Ken Research dalam publikasinya memperkirakan penjualan mobil bekas bisa mencapai 4,3 juta unit pada 2023 nanti.
Melansir Pautan.org, sebuah situs berita otomotif Negeri Jiran dalam wawancaranya dengan Johnny Widodo selaku CEO BeliMobilGue (kini bernama OLX Autos) mengatakan penjualan mobil bekas per bulan bisa mencapai 300 ribu unit.
Wawancara tersebut dilakukan Agustus tahun lalu. Artinya kala itu penjualan mobil bekas sudah tiga kali lipat dari penjualan mobil baru setiap bulannya. Dengan angka tersebut maka penjualan mobil bekas dalam setahun sudah menembus angka 3,6 juta unit.
Dengan begitu pertumbuhan penjualan mobil bekas untuk dua tahun ke depan rata-rata per tahunnya mencapai laju 9,3%. Tentu ini asumsi dibuat secara kasar saja dengan tidak memperhatikan pandemi Covid-19. Jika memperhatikan faktor pandemi Covid-19 tentu lajunya akan lebih lambat.
Saat ini jumlah mobil bekas yang dijual di platform olx mencapai lebih dari 110 ribu unit. Total mobil bekas siap jual yang dipasarkan di platform tersebut masih didominasi oleh wilayah DKI Jakarta dan Jawa Barat yang sumbangsihnya mencapai hampir 45% dari total.
Tentu angka ini tak bisa dijadikan patokan utama karena masih banyak juga dealer mobil bekas yang belum migrasi ke platform e-commerce maupun jika sudah ke lapak yang lain.
Berbeda dengan industri mobil baru yang dikuasai oleh perusahaan-perusahaan Jepang dan dealer milik Grup Astra yang dominan, pasar mobil bekas cenderung terfragmentasi (fragmented).
Masih banyak dealer mobil bekas milik individu yang tidak terafiliasi dengan perusahaan manapun. Ada juga kelompok dealer yang membentuk pasar seperti yang dijumpai di WTC Mangga Dua dan WTC Kemayoran di DKI Jakarta.
Namun, ada juga dealer mobil bekas yang terafiliasi dengan perusahaan dalam hal ini Grup Astra sebagai market leader industri otomotif Tanah Air. Mobil88 contohnya. Dealer mobil bekas tersebut dimaksudkan untuk menjaga ekosistem dan harga pasaran mobil-mobil keluaran grup seperti Toyota.
Pada 2018, Mobil88 berhasil menjual 21.000 unit mobil bekas. Volume penjualannya meningkat 5% dari tahun sebelumnya yang hanya di angka 21.000 unit saja.
Selain size pasarnya yang tak bisa dianggap remeh, tren penjualan mobil bekas juga turut bergeser yang tadinya didominasi oleh MPV (Multi Purpose Vehicle) seperti Avanza kini penjualan sedan dan segmen LCGC juga mengalami pertumbuhan signifikan sehingga pangsa pasar MPV menjadi tergerus.
Mengutip situs resmi Perusahaan Serasi Autoraya (Sera) yang juga merupakan anak usaha Grup Astra, lima tahun terhitung dari 2019 pangsa pasar mobil bekas untuk MPV mencapai 55%. Namun turun menjadi 45% saja tahun lalu.
Memang pangsa pasar mobil bekas tipe MPV masih mendominasi sampai sekarang, tetapi pangsanya lambat laun tergerus oleh tipe lain seperti City Car yang mencapai 27%, kemudian disusul oleh SUV dengan pangsa pasar mencapai 15% dan 13% sisanya oleh tipe sedan dan tipe lain.
Jadi, ditolaknya pajak 0% untuk mobil baru memang cukup beralasan. Bila mengutip omongan Menkeu Sri Mulyani "...setiap insentif yang diberikan kita akan evaluasi lengkap sehingga kita jangan berikan insentif di satu sisi yang berikan dampak negatif ke kegiatan ekonomi lain," tegas Sri Mulyani.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pabrik Minta Pajak Mobil Baru 0% Segera Diputuskan, Oktober?