
Kebal Corona! Mobil Mewah Laris Manis Saat Pandemi

Jakarta, CNBC Indonesia - Penjualan mobil dengan harga di atas Rp 500 juta, termasuk mobil mewah seharga miliaran rupiah masih diminati konsumen. Kondisi ini seolah jadi anomali di tengah kondisi pandemi Covid-19 dan resesi yang terjadi.
Hal ini terlihat pada penjualan Juli lalu, di mana mobil sekelas Toyota Fortuner justru menempati posisi teratas dengan mencatat angka penjualan 1.667 unit. Padahal, harganya berada di kisaran Rp 500 juta.
Satu bulan sebelumnya, mobil pabrikan Toyota lainnya yakni Alphard juga masuk tiga besar penjualan mobil terlaris. Harganya pun tidak murah, yakni di kisaran Rp. 1 miliar per unitnya.
Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Kukuh Kumara mengungkapkan bahwa mobil dengan harga tinggi tetap terserap meski kondisi pandemi. Ia mengatakan segmen atas memang kondisi finansialnya tidak terlalu terganggu bila dibandingkan dengan masyarakat kebanyakan.
"Daya beli memang ada, tinggal mau spending atau nggak," katanya kepada CNBC Indonesia, Selasa (13/10).
Namun, untuk menopang pasar dan industri otomotif tak hanya mengandalkan segmen paling atas, karena pasar tergemuk adalah mobil dengan harga Rp 200-300 juta.
Untuk itu perlu kebijakan yang dapat memacu orang untuk membeli mobil segala segmen, di antaranya adalah relaksasi pajak.
Di sisi lain, secara umum, tren penjualan mobil menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Pada September 2020, penjualan mobil kembali melonjak dibandingkan bulan sebelumnya.
Bahkan angka penjualan mobil mencapai yang tertinggi di masa pandemi Covid-19 yaitu mencapai hampir 50.000 unit.
Data Gaikindo mencatat, penjualan mobil di September mencapai 48.554 unit, artinya meningkat dari bulan sebelumnya atau Agustus yang berada di 37.291 unit.
Di bulan Juli, penjualan hanya menyentuh di angka 25.283 unit, bahkan jauh lebih baik di bulan sebelumnya hanya 12.623 unit.
"Untuk penjualan wholesales [dari pabrik ke dealer] bulan September naik menjadi 48.554 unit atau naik 30%. Sementara ritel naik menjadi 43.362 unit atau ada peningkatan 15,2%," kata Kukuh.
Namun Kukuh menyoroti adanya jarak selisih penjualan yang cukup jauh antara wholesales dan ritel, yakni berjumlah 5.192 unit. Ia menilai selisih tersebut terjadi karena konsumen masih menahan pembelian.
"Tampaknya ada dampak dari wacana [pembebasan pajak] 0% itu. Jadi kalau ritel kan di end user, mereka cenderung menahan," sebutnya.
Dia mengatakan calon pembeli pada umumnya masih menunggu, sembari berharap relaksasi pajak yang sudah didengungkan oleh Menteri Perindustrian Agus Gumiwang terjadi. Ini karena bila pajak 0% terealisasi maka harga mobil baru bisa lebih murah mencapai 40%.
Hanya saja kebijakan tersebut hingga saat ini masih menggantung di Kementerian Keuangan.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Penjualan Mobil Mulai Nanjak, Pertanda Apa Nih?