Berat Disiplin 3M? Maaf, Itu Tak Sebanding Perjuangan Dokter

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
08 October 2020 12:42
Anggota perawat dan staf Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) melakukan aksi di tengah penyebaran penyakit COVID-19, di luar Downing Street di London, Inggris. (AP/Kirsty Wigglesworth)
Foto: Anggota perawat dan staf Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) melakukan aksi di tengah penyebaran penyakit COVID-19, di luar Downing Street di London, Inggris. (AP/Kirsty Wigglesworth)

Jakarta, CNBC Indonesia- Di masa pandemi Covid-19 masyarakat diminta disiplin menerapkan protokol kesehatan. Apalagi saat ini masih belum ada obat dan vaksin yang ditemukan untuk mengobati penyakit akibat Covid-19.

Kedisiplinan masyarakat melakukan 3M masih belum sebanding dengan perjuangan dokter dan tenaga kesehatan yang berjuang di garda terakhir untuk menangani Covid-19. Bahkan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mencatat hingga 3 Oktober 2020 sudah ada 130 dokter yang meninggal dunia akibat terpapar virus ini.

"Ini pesan dari Ketua #Satgas Covid-19 Pak Doni Monardo, apa yang kita lakukan untuk disiplin, yakni #pakaimasker, #jagajarak, #cucitanganpakaisabun, belum sebanding dengan beratnya perjuangan dokter dan tenaga kesehatan yang merawat pasien di rumah sakit karena Covid-19," ujar dr. Lula Kamal dalam talkshow Covid-19 dalam Angka, Rabu (7/10/2020).

Tim Pakar Satgas Penanganan Covid-19 dr. Dewi Nur Aisyah mengatakan ketika mau memutus penularan maka protokol kesehatan, minimal 3M wajib diterapkan. Apalagi di Indonesia masih ada 10 provinsi yang angka kasusnya cukup tinggi dibandingkan yang lainnya, dan berkontribusi 75,64% dari angka nasional.

Per 6 Oktober 2020 sejak awal yang DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, dan Kalimantan Selatan, yang memang yang tertinggi secara kumulatif dari awal sampai sekarang. Kemudian untuk kasus di Bali dan Papua juga masuk ke provinsi prioritas, serta Aceh karena penambahan kaus dalam beberapa pekan terakhir signifikan dibandingkan pekan sebelumnya.

"Ketika kita memfokuskan kesana harapannya bisa menurunkan kasus yang ada di nasional," kata Dewi, Rabu (07/10/2020).

Dari 10 Provinsi yang menjadi prioritas ada yang menunjukkan penurunan kasus, dan juga kenaikan. Dewi mengatakan Sumatera Utara pada pekan terakhir penambahannya -3,9% dibandingkan jumlah kasus pekan sebelumnya. Sebesar 50% kasus di Sumatera Utara disumbangkan dari kota Medan.

"Kita juga harus taju dimana harus berfokusnya, untuk melihat penanganan kasus yang ada," katanya.

Kasus di DKI Jakarta turun 0,8% dan belum signifikan, sehingga harus lebih didorong penurunannya. Kemudian Jawa Barat pada dua minggu lalu peningkatannya tinggi dan sekarang sudah berkurang -28,5%. Kenaikan kasus di Jabar diperkirakan karena banyak terbentuk klaster industri yang mempengaruhi peningkatan signifikan.

Jawa Timur juga mengalami penurunan sebesar -8% dengan kenaikan kasus tertinggi pada Agustus- September meski tetap tidak setinggi bulan sebelumnya. Kalimantan Selatan juga menunjukan penurunan -8,1%, Sulawesi Selatan tercatat turun -30,1% dan konsisten dalam 3 pekan terakhir.

Sementara Jawa Tengah berdasarkan catatan Satgas trennya masih naik 1,35% dibandingkan pekan sebelumnya. Begitu juga dengan Papua yang masih naik dalam 3 minggu terakhir dengan angka signifikan.

"Harus dilihat apa yang terjadi disana, dan apa yang harus dilakukan untuk penanganan dan pengendalian kasus, meski kenaikannya tinggi kurvanya masih naik ke atas," kata dia.

Yang perlu dilihat bukan hanya sejauh mana penularan di suatu daerah, tetapi juga penanganannya. Jika sudah sakit bagaimana hasil akhirnya apakah banyak yang sembuh atau malah meninggal dunia. Dewi menyebutkan dengan begitu Satgas dapat melihat apa saja yang dapat dibantu untuk masing- masing daerah.

"Ketika ada fatalitas yang tinggi di suatu daerah, apa yang bisa kita bantu supaya fatilitasnya tidak meningkat," ujar Dewi.

Untuk angka kematian, DKI Jakarta mengalami kenaikan pada pertengahan hingga akhir September. Namun pada pekan lalu angka dapat ditekan 52,4% turunnya. Penurunan ini terjadi salah satunya adalah karena adanya peningkatan fasilitas kesehatan di Wisma Atlet ataupun di hotel yang ditunjuk sudah mulai membawa dampak positif.

Di Jawa Barat tren kematian justru meningkat dalam sepekan terakhir. Jawa Tengah yang sempat mengalami kenaikan angka kematian selama 3 pekan lalu, berhasil menekan pada sepekan terakhir. Sementara Jawa Timur yang mencatat angka kematian yang tinggi dibandingkan provinsi lain, masih ada kenaikan 5,9%.

"Dari Pemerintah daerah harus bisa menghandel melihat dari pekan terakhir, apakah kematian tinggi karena yang sakit makin banyak sehingga tenaga kesehatan harus dikerahkan agar bisa menangani pasien," katanya.

Untuk kasus aktif, saat ini yang paling tinggi adalah Papua 39,42%, kemudian Aceh 39,31% dan Jawa barat 38,84% karena kenaikan di beberapa pekan terakhir. Sementara saat ini Jawa Timur kasus aktifnya hanya 7,16%, Kalimantan Selatan 10,3%, Jakarta 16,32%
dan Bali 13,43%.

Rendahnya kasus aktifnya menurutnya bukan berarti angka kematiannya rendah, karena tidak saling terkait. Saat ini Papua paling kecil angka kematiannya diantara 10 provinsi yakni 1,52%, Jawa Barat 2,01%, Jakarta 2,23%.

Yang tertinggi dari 10 provinsi prioritas adalah Jawa Timur 7,31% karena di awal sangat tinggi dan butuh effort yang besar untuk menurunkan. Kemudian Jawa Tengah 6,08%, Sumatera Utara 4,14%.

Untuk angka kesembuhan di provinsi prioritas yakni Kalimantan Selatan 85,59%, Jawa Timur 85,53%, Bali 83%, Sulawesi Selatan 81%, DKI Jakarta 81,4%.

"Time series pergerakan dalam satu bulan terakhir, beberapa ada naik turun dan ini tergantung kasus di lapangan. Jadi tidak akan selamanya naik atau turun tergantung kondisi pengendalian berjalan," kata Dewi. 


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Data Baru Sebut China Sudah Kaji Covid Sebelum Pandemi Meledak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular