
Rusia Panas! Oposisi Diracun, Putin Disebut Pelakunya?

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Rusia, Vladimir Putin dituduh berada di balik peristiwa keracunan yang menyerang pemimpin opisisi Rusia Alexei Navalny. Ini ditegaskan Navalny dalam wawancara pertamanya sesaat setelah meninggalkan rumah sakit Jerman, tempat di mana ia dirawat.
"Saya menegaskan bahwa Putin berada di balik tindakan ini," katanya kepada mingguan Jerman Der Spiegel, yang menerbitkan kutipan dari wawancara di situsnya Kamis (1/10/2020) sebagaimana dimuat AFP.
"Saya tidak melihat penjelasan lain."
![]() Alexei Navalny. (AP/Dmitri Lovetsky) |
Sebelumnya, Navalty dilarikan ke rumah sakit secara mendadak karena tak sadarkan diri dalam penerbangan dari Tomsk ke Moskow. Ia melakukan perjalanan kampanye untuk mendukung oposisi dalam pemilihan lokal Rusia.
Dokter yang merawatnya di negeri itu mengaku tak menemukan zat beracun apapun. Ini membuat kritikus Kremlin itu dilarikan ke Berlin dalam keadaan koma 22 Agustus lalu.
Di negeri Panser, dokter mengatakan tes toksikologi menunjukkan bahwa Navalny diracuni oleh racun saraf yang biasa dipakai intelijen Uni Soviet, Novichok. Prancis dan Swedia juga secara independen menguatkan temuan Jerman.
Rusia membantah hal tersebut. Bahkan, menuduh barat melancarkan kampanye disinformasi pada penyakit Navalny.
Lelaki berusia 44 tahun itu kini dipulangkan setelah lebih dari sebulan dirawat. Dokter mengatakan dia bisa sembuh total.
Sementara itu, dalam postingan di media sosial, Navalny memuat ada tiga laboratorium Eropa yang menemukan Novichok di tubuhnya. Ia mengatakan Rusia tak membuka penyelidikan soal hal ini meski memang itu sudah sesuai dengan perkiraannya.
Ini membuat hubungan Rusia dan Barat khususnya Jerman memburuk. Meski meminta dialog, Kanselir Jerman Angela Merkel sempat mempertegas sikapnya ke Rusia.
Ia mengaitkan kejadian pembunuhan di sebuah taman Berlin. Di mana menurut jaksa penuntut Jerman peristiwa itu diperintahkan oleh Rusia.
Novichok juga digunakan untuk meracuni mantan agenintelijen Sergei Skripal di Salisbury, Inggris, pada 2018. Namun ia selamat.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Amandemen Konstitusi Memungkinkan Putin Berkuasa Sampai 2036
