Riset Tinggi Tsunami Jawa: di Barat 20 Meter, Timur 12 Meter

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
30 September 2020 21:10
Cover Fokus, dalam, isi, panjang, Tsunami
Foto: Cover Topik/Tsunami/Edward Ricardo

Jakarta, CNBC Indonesia - Peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) Sri Widiyantoro menyatakan riset tentang potensi tsunami di selatan Pulau Jawa yang tengah ramai diperbincangkan merupakan hasil penelitian 2019. Berawal dari temuan pada 2016 ditemukan tsunami deposit atau jejak endapan tanah bekas tsunami di Pangandaran, Jawa Barat, dari gempa yang cukup besar pada 1584-1596.

Dari hasil penelitian tersebut ditemukan di lokasi megathrust pernah terdampak beberapa gempa kuat di bagian barat dan timur Jawa. Selain itu dengan model yang diturunkan dari GPS anggota tim riset melakukan simulasi.

"Simulasinya sebenarnya tidak hanya tiga skenario yang dilakukan, dan sebenarnya yang tepat maksimum 20 meter, dan semakin ke timur semakin kecil karena sumbernya di barat. Kalau bagian timur yang pecah, yang sebelah timur lebih tinggi dari yang barat," kata Widiyantoro, Rabu (30/09/2020).

Skenario terburuk yang terjadi jika sumber berada sebelah barat dan timur pecah bersamaan maka terjadinya 20 meter di sebelah barat dan 12 meter di timur dan di tengah-tengah sekitar 4,5-5 meter

"Risetnya multi disiplin tetapi ujungnya skenario kalau megathrust terjadi. Inilah worst case scenario," kata dia.

Dalam kesempatan yang sama Peneliti Geoteknologi LIPI Danny Hilman Natawidjaja mengatakan zona subduksi ada di Jawa dan Sumatera, namun lempeng yang menunjang Pulau Jawa lebih tua umurnya dibandingkan Sumatera sehingga tidak menekan ke arah Jawa.

Namun di selatan Jawa justru menjadi tantangan yang lebih besar, karena di Jawa tidak ada deretan pulau yang di selatan yang bisa berfungsi untuk pemasangan alat, berbeda dengan Sumatera.

"Jadi yang diperbincangkan sekarang adalah megathrust dan menjadi fokus dari riset. Ini pengetahuan umum megathrust saat akumulasi energi gempa, maka yang terjadi adalah bagian di atas megathrust menekan ke bawah," kata dia.

Yang terpenting menurutnya adalah apakah dalam sejarah Jawa pernah terjadi gempa besar, karena dengan begitu dapat dipetakan peridoe perulangan gempa apakah lebih panjang itu perkiraan umumnya.

"Paling tidak selama 160 tahun ke belakang tidak pernah ada gempa di selatan Jawa. Pada 1700-1600 tidak ada juga, masih misteri kapan terakhir. Kalau tahu kapan terakhir terjadi dan bisa tahu berapa ratus tahun sekali berarti kan bisa tahu pengulangannya," ujar Danny.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gempa Turki Menewaskan 64 Orang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular