Apakah Banten & DKI Aman Dari Tsunami? Cek Sejarahnya Nih

Yuni Astutik, CNBC Indonesia
29 September 2020 15:57
A high wave hits a seawall in Tanohata village, Iwate Prefecture, Japan, March 1, 2018. REUTERS/Kim Kyung-Hoon  SEARCH
Foto: REUTERS/Kim Kyung-Hoon

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah daerah di Indonesia, termasuk wilayah Banten dan DKI Jakarta sudah menjadi langganan bencana alam seperti tsunami bahkan sejak ratusan tahun yang lalu.

Mengutip catatan Katalog Tsunami Indonesia yang dibuat oleh BMKG, Selasa (29/9/2020) pada tahun 416 pernah terjadi gempa di selat Sunda. Dalam sebuah kitab Jawa yang berjudul Pustaka Raja ("Book of Kings") gempa ini yang diduga sebagai gunung api Krakatau kuno.

Kitab Jawa yang berjudul "Book of Kings" (Pustaka Radja), mencatat adanya beberapa kali erupsi dari Gunung Kapi yang menyebabkan naiknya gelombang laut dan menggenangi daratan hingga memisahkan Pulau Sumatera dan Pulau Jawa. Gunung Kapi ini diyakini sebagai Gunung api Krakatau saat ini.

Kedua adalah gempa yang terjadi pada 24 Agustus 1757 dengan kekuatan 7,5 SR. Catatan pengamatan atas kejadian ini, selama terjadi gempa, permukaan air sungai Ciliwung naik hingga di atas 0,5 meter dari kondisi normal.


Kemudian gempa juga sempat terjadi pada 18 Maret 1863 yang juga berasal dari Laut Jawa. 20 Tahun kemudian, tepatnya pada 26 Agustus 1883, kembali terjadi gempa di selat Sunda. Gunung Krakatau Meletus. Pemukiman tersapu gelombang. Tercatat 36 ribu orang tewas. Setidaknya 297 desa mengalami kerusakan.

Memasuki tahun 1900-an tepatnya pada 17 Maret 1930, gempa kembali melanda. Kejadian pada pukul 13.07 WIB ini juga terjadi di Selat Sunda dengan. Berselang 33 tahun kemudian, tepatnya pada 16 Desember 1963, gempa berkekuatan 6,5 SR kembali mengguncang Banten. Di wilayah Labuan, dilaporkan adanya tsunami kecil.


Selanjutnya pada 22 Desember 2018, terjadi gempa di Gunung Anak Krakatau. Badan Informasi Geospasial) mencatat akibat kejadian ini sempat terjadi gelombang tsunami di beberapa wilayah yaitu Marina Jambu, Ciwandan, Kota Agung dan Pelabuhan Panjang di Bandar Lampung.

Akibat kejadian ini, tercatat korban Meninggal sebanyak 431 orang, Korban luka-luka 7,200 orang, Korban hilang 15 orang dan Korban mengungsi 46,646 orang.

Terkait dengan Tsunami, baru-baru ini sejumlah peneliti Indonesia kembali memperbarui penelitian tsunami akibat gempa bumi besar yang terjadi di zona megathrust. Sejumlah wilayah termasuk Pulau Jawa bagian selatan berpotensi terkena tsunami hingga ketinggian 20 meter

Namun, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang mendukung dalam penelitian tersebut menyatakan tidak perlu panik terhadap wacana ini. BMKG menegaskan bahwa sebuah penelitian gempa bumi dan tsunami di Indonesia dilakukan untuk mendukung penguatan sistem mitigasi bencana, sehingga bisa mencegah dampaknya terutama jatuhnya korban jiwa.

"Potensi terjadinya tsunami dengan ketinggian sekitar 20 meter, dalam waktu 20 menit gelombang tiba di pantai sejak terjadinya gempa. Penelitian tersebut antara lain dilakukan oleh Widjo Kongko (2018), Ron Harris (2017 - 2019), dan yang terakhir oleh tim lintas lembaga yang dipimpin oleh ITB dan didukung oleh BMKG," ujar Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waspada Tsunami, BMKG Kembangkan Sistem Peringatan Dini

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular