Sering Dituding Merusak Lingkungan, Begini Respons Penambang

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
29 September 2020 17:55
Tambang Kaltim Prima Coal
Foto: Wahyu Daniel

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertambangan batu bara kerap sekali dituding sebagai penyumbang utama emisi karbon yang berdampak negatif pada lingkungan dan juga perubahan iklim. Lantas, bagaimana pelaku industri tambang merespons hal tersebut?

Hendra Sinadia, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI), mengatakan perusahaan tambang juga terus memperbaiki pengelolaan tambang sesuai dengan kaidah tambang yang baik (good mining practices) salah satunya dengan menggunakan teknologi yang lebih ramah lingkungan.

"Permasalahan utama sektor pertambangan antara lain adanya sentimen negatif atas dampak lingkungan. Tapi penggunaan teknologi dan inovasi adalah kunci untuk mengurangi intensitas karbon," tutur Hendra dalam sebuah webinar terkait pengembangan EBT pada Senin (29/09/2020).

Dia mengatakan, beberapa upaya yang bisa dilakukan penambang untuk mengurangi intensitas karbon ini antara lain dengan mengganti bahan bakar terutama untuk jasa angkutan atau kendaraan tambang dengan menggunakan bahan bakar biodiesel dengan kandungan FAME 30% (B30).

Selain itu, perusahaan bisa memperbaiki proses penambangan dengan meningkatkan produktivitas dan menghilangkan redundansi. Lalu, penambang juga bisa menambahkan sumber terbarukan ke pasokan listrik dengan memasang solar PV untuk menggantikan sebagian genset yang menggunakan bahan bakar diesel.

Penambang juga harus mengoptimalkan aktivitas transportasi atau logistik dengan menggunakan GPS untuk memantau pergerakan truk dan menghindari hambatan kemacetan di lapangan. Lalu, membangun pembangkit listrik dengan teknologi ultra supercritical (USC) boiler yang memiliki tingkat efisiensi lebih tinggi dan menghasilkan polusi yang lebih rendah.

"Bisa juga menjajaki penggunaan teknologi terbaru dalam peningkatan dan pemrosesan batubara, serta melaksanakan rehabilitasi dan reklamasi di lahan bekas tambang secara efektif," tuturnya.

Meski kerap dinilai menimbulkan masalah lingkungan, tapi di sisi lain menurutnya batu bara masih berperan penting dalam bauran energi nasional, apalagi kini masih banyak pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batu bara yang beroperasi.

"Batu bara juga berperan untuk menciptakan peluang investasi," ujarnya.

Pihaknya memperkirakan konsumsi batu bara domestik tahun ini mencapai 125-230 juta ton, lebih rendah dari target yang ditetapkan pemerintah sebesar 155 juta ton. Berdasarkan data Minerba One Data Indonesia (MODI), konsumsi batu bara domestik hingga Agustus baru mencapai 86.09 juta ton atau sekitar 55,5% dari target 155 juta ton tahun ini.

Dari sisi produksi, pemerintah menargetkan produksi batu bara pada tahun ini mencapai 550 juta ton. Berdasarkan data Minerba One Data Indonesia (MODI), produksi batu bara hingga Agustus mencapai 370,01 juta ton atau 67,3% dari target 550 juta ton.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tambang Batu Bara Meledak, 11 Orang Tewas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular