
Sawit RI-Malaysia Diserang Lagi, Disebut Eksploitasi Pekerja

Jakarta, CNBC Indonesia - Beberapa perusahaan makanan dan kosmetik terbesar di dunia, serta beberapa bank raksasa, telah dikaitkan dengan pelanggaran ketenagakerjaan kelapa sawit di Malaysia dan Indonesia. Hal ini dibeberkan melalui laporan penyelidikan yang dilakukan Associated Press (AP News).
Laporan tersebut menyebut perusahaan seperti Unilever, L'Oreal, Nestle, Procter & Gamble (P&G), Colgate-Palmolive, dan Ikea, serta beberapa nama bank raksasa, seperti Deutsche Bank, BNY Mellon, Citigroup, HSBC, dan Vanguard Group, dan Maybank, terlibat dalam masalah pelanggaran ini.
Meskipun begitu, Ikea, Colgate-Palmolive, dan Unilever, secara langsung mengkonfirmasi penggunaan minyak sawit atau turunannya dalam produk mereka. Sementara yang lain menolak untuk menyatakan atau memberikan sedikit informasi, bahkan ketika bahan "minyak sawit" secara jelas tercantum pada label produk mereka.
Laporan tersebut juga mengklaim bahwa jutaan pekerja dari beberapa wilayah termiskin di Asia, yang bekerja untuk memproduksi minyak sawit, mengalami berbagai bentuk eksploitasi. Dengan yang paling parah adalah adanya pekerja anak di bawah umur, perbudakan, dan tuduhan pemerkosaan.
Malaysia dan Indonesia sendiri memproduksi sekitar 85% dari perkiraan pasokan minyak sawit senilai US$ 65 miliar di dunia. Sebagian besar produk minyak sawit mereka mudah ditemukan di rak supermarket dan di sebagian besar merek kosmetik. Produk ini juga mendapat kecaman karena pengaruhnya terhadap lingkungan.
AP News mengatakan telah mewawancarai lebih dari 130 karyawan serta mantan karyawan dari 24 perkebunan kelapa sawit di kedua negara, yang dilaporkan memasok untuk banyak merek makanan dan kosmetik global dan menerima pembiayaan dari lusinan bank dan lembaga keuangan besar.
Pekerja yang diwawancarai kebanyakan berasal dari Indonesia, Malaysia, Bangladesh, India, Nepal, Filipina, Kamboja, dan Myanmar, serta Muslim Rohingya tanpa kewarganegaraan.
"Ini telah menjadi rahasia tersembunyi industri selama beberapa dekade," kata Gemma Tillack dari Rainforest Action Network yang berbasis di Amerika Serikat, mengungkap pelanggaran ketenagakerjaan di perkebunan kelapa sawit. "Uang berhenti di bank. Pendanaan merekalah yang memungkinkan sistem eksploitasi ini."
Lebih dari 100 aktivis hak, juru kampanye, anggota ulama, pejabat pemerintah, dan akademisi juga diwawancarai. Reporter AP News bahkan mengaku telah menyaksikan beberapa dugaan pelanggaran secara langsung bersama dengan meninjau laporan polisi dan pengaduan yang dibuat untuk serikat pekerja, dan mendapatkan rekaman dan foto yang diselundupkan dari perkebunan, juga menggunakan cerita media lokal untuk menguatkan laporan tersebut.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Berlumur Minyak CPO, Potret Pekerja Penguras Kapal di Priok