Kemenkeu Ungkap Dampak PSBB Ketat DKI ke Perekonomian

Lidya Julita S, CNBC Indonesia
25 September 2020 14:20
Petugas memeriksa kendaraan roda dua yang diduga untuk berpergian mudik di Jalan Raya Kalimalang, Jakarta Timur, Jumat (22/5). Dua hari jelang lebaran para pengendara motor masih ada yang nekat untuk pergi mudik. Petugas kepolisian dan Dishub memberhentikan motor yang memiliki muatan lebih. Pengendara motor diperiksa juga KTP asalnya. Jika ketahuan dari mereka mudik petugas menyuruh para pemudik motor untuk putar balik. Petugas kepolisian yang berjaga di check point jalan raya Kalimalang ini terus memantau, mengawasi dan melakukan pemeriksaan secara ketat agar pemudik yang berusaha keluar dari Jakarta bisa dihalau. Seperti diketahui Pengendara yang melintas masuk atau keluar ibu kota di 12 titik checkpoint, wajib menunjukkan SIKM. Ketentuan ini sesuai Peraturan Gubernur Nomor 47 Tahun 2020 tentang Pembatasan Berpergian Keluar Masuk DKI Jakarta. SIKM diperuntukan bagi warga yang karena tugas dan pekerjaannya harus melakukan perjalanan dinas keluar dan/atau masuk wilayah DKI Jakarta atau Jabodetabek selama masa pandemi.  (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Pengecekan PSBB DKI

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan perpanjangan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta hingga dua pekan mendatang, tidak terlalu berdampak besar bagi perekonomian.

"Jadi untuk PSBB, kita lihat tidak terlalu besar dampaknya. Tapi kita terus pantau," ujarnya melalui video conference, Jumat (25/9/2020).

Menurutnya, meski PSBB diperketat masih terjadi kegiatan perekonomian meski tidak maksimal. Hal ini berbeda dengan PSBB pertama kali saat masyarakat tidak memiliki pengalaman sehingga semua aktivitas terhenti total.

Namun, ia mengakui kondisi saat ini memang sangat berbeda dibandingkan dengan tahun lalu sebelum adanya Covid-19.

"Masyarakat kan sudah mulai terbiasa new normal. Tapi kemudian makan nggak berkurang, bahkan variasi. Ini luar biasa perekonomian kita sangat agile, meski sangat rendah dibandingkan 2019," kata dia.

Lanjutnya, bahkan perpanjangan PSBB ini juga tidak berdampak besar untuk proyeksi perekonomian Indonesia yang dilakukan oleh Kementerian Keuangan.

"Dampak terhadap estimasi kita cukup minimal. Bahkan kalau dilihat tren mobilitas untuk ritel, ke arah positif. Tadinya turun dalam di April dan Mei, sekarang menuju territory positif," jelasnya.




(dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Orang Terkaya RI Versi Sri Mulyani Punya Rp 6.000 T, Siapa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular