Optimisme Jokowi yang Ingin PDB Kuartal III-2020 Positif

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
16 September 2020 17:11
Presiden Joko Widodo dalam Rapat Terbatas “Lanjutan Pembahasan Persiapan Pelaksanaan Pilkada Serentak“ (Tangkapan Layar Youtube Sekretariat Presiden)
Foto: Presiden Joko Widodo dalam Rapat Terbatas “Lanjutan Pembahasan Persiapan Pelaksanaan Pilkada Serentak“ (Tangkapan Layar Youtube Sekretariat Presiden)

Jakarta, CNBC Indonesia - Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) yang disebabkan oleh virus corona jenis baru tidak hanya menjadi penyakit dalam sistem kesehatan, tetapi juga bagi perekonomian global. Sudah banyak negara baik maju maupun berkembang terseret ke jurang resesi karenanya. Indonesia pun ikut terancam.

Soal resesi, memang tidak ada definisi yang jelas. Namun konsensus para ekonom menyebutkan jika ekonomi mengalami kontraksi sepanjang dua kuartal berturut-turut maka sudah bisa dikatakan negara tersebut mengalami resesi.

Hanya saja jika mengacu pada data Produk Domestik Bruto (PDB), harus menunggu dua kuartal. Jadi fenomena resesi baru diketahui setelah terjadi. Hanya saja ada beberapa indikator yang bisa digunakan untuk memprediksi apakah suatu negara berpotensi resesi atau tidak yaitu data-data ekonomi yang sifatnya bulanan atau memiliki frekuensi rilis yang tinggi.

Hingga saat ini, sudah ada puluhan negara yang mengalami resesi termasuk negara di kawasan. Indonesia, pun diperkirakan akan ikut terseret masuk ke dalam jurang resesi. Data-data perekonomian nasional terkini pun sudah menunjukkan gelagat Indonesia bakal mengalami resesi.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa waktu lalu mengakui bahwa Indonesia cuma punya waktu satu bulan untuk melakukan upaya agar perekonomian domestik tak masuk dalam jurang resesi.

Dalam bulan September yang akan berakhir kurang dari 15 hari, pemerintah pun akan menggelontorkan dana triliunan kepada masyarakat untuk menggenjot konsumsi rumah tangga yang loyo karena dampak dari Covid-19.

Keputusan ini terbilang tak lepas dari kontribusi konsumsi rumah tangga sebagai penyokong utama Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, dengan persentase lebih dari 50% dari PDB.

"Kami akan terus mencoba meningkatkan angka penyaluran [bantuan] ini sampai akhir September," kata Ketua Satuan Tugas Pemulihan Ekonomi Nasional Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers di Kantor Presiden, kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.

"Di mana akhir September ini merupakan akhir dari kuartal III untuk menjaga, atau mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia sebisa mungkin," jelasnya.

Sebelum mengakhiri pernyatannya, Budi sempat menyebut bahwa bantuan tersebut diharapkan Presiden Jokowi dapat menjaga pertumbuhan ekonomi nasional atau setidaknya bisa seperti capaian pada kuartal III pada tahun lalu.

"Sesuai arahan bapak presiden agar bisa ada di kisaran yang sama, dengan angka di kuartal III tahun lalu," jelasnya.

Budi menjelaskan, dana pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang dikelola Satgas PEN saat ini sudah terealisasi hingga Rp 87,5 triliun. Pemerintah akan mengejar serapan anggaran hingga Rp 100 triliun sampai akhir tahun.

"Jadi kita masih punya waktu 2 minggu plus 2 hari. Insya Allah akan kita kejar angkanya bisa sampai Rp 100 triliun," jelasnya.

Budi mengatakan, pemerintah akan memfokuskan untuk mempercepat penyaluran bantuan sosial tunai non Jabodetabek, kartu pra kerja, serta bantuan subsidi gaji bagi para pekerja berpenghasilan di bawah Rp 5 juta.

Sebagai informasi, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2019 mencapai 5,02%. Apabila pertumbuhan ekonomi Indonesia mencatatkan capaian serupa, maka perekonomian Indonesia mencatatkan kinerja positif dan tak masuk jurang resesi.


(dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kasus Baru Covid-19 di RI Tiba-tiba Naik, Nyaris Tembus 1.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular