
'Jadi Macan 60 Tahun, Ekonomi Asia Kini Bagaikan Kucing'

Jakarta, CNBC Indonesia - Tahun 2020 tinggal tersisa satu kuartal saja, tetapi dunia belum bisa merdeka dari pandemi Covid-19. Ancaman teror virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) masih terus mengintai dan membuat ekonomi global tenggelam dalam lumpur resesi, tak terkecuali Benua Kuning.
Asian Development Bank (ADB) melihat Asia akan jatuh ke jurang resesi untuk pertama kalinya sejak enam dekade terakhir. Resesi kali ini tak pandang bulu, baik negara maju maupun negara berkembang semuanya berpeluang mengalami kontraksi pada perekonomiannya.
Contohnya sudah banyak terlihat pada data PDB kuartal kedua lalu. Jika menggunakan definisi resesi sebagai penyusutan output selama dua kuartal berturut-turut maka, lima negara di kawasan Asia sudah sah mengalami resesi.
Mereka adalah Hong Kong, Jepang, Thailand, Singapura dan Filipina. Sepanjang tahun ini, kelima negara tersebut telah mengalami kontraksi selama dua kuartal berturut-turut.
Ekonomi negara-negara tersebut mengalami kontraksi yang sangat dalam pada kuartal kedua seiring dengan semakin merebaknya wabah Covid-19 serta pembatasan mobilitas publik sebagai bentuk upaya pengendalian wabah.
Bayangkan saja, untuk sekelas negara berkembang seperti Thailand dan Filipina yang biasanya memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi harus merasakan getirnya penyusutan output sampai dobel digit.
Lockdown yang marak diterapkan di banyak negara telah membuat pukulan ganda bagi perekonomian, baik dari sisi permintaan maupun sisi rantai pasok.
Jika melihat fenomena krisis tahun 1997 di Asia dan tahun 2008 secara global, pemicunya adalah krisis di sektor keuangan yang merembet ke sektor riil. Namun yang ini berbeda karena krisis dimulai dari fenomena kesehatan masyarakat yang merembet ke sektor riil dan ke sektor keuangan.
Ekonomi Asia menurut ADB diproyeksikan menyusut ke 0,7% di 2020. Namun di 2021, ADB memproyeksikan Asia akan tumbuh 6,8%. ADB juga memperkirakan ekonomi kawasan Asia masih sulit tumbuh di sisa tahun ini lantaran pandemi Covid-19 masih belum teratasi.
"Sebagian besar ekonomi di kawasan Asia cukup sulit untuk tumbuh di sisa 2020 ini," kata Yasuyuki Sawada dalam keterangan resminya, Selasa (15/9/2020).
Asia bagian selatan akan menjadi kawasan yang terkena dampak paling parah. India terkontraksi 9% di tahun ini dan hanya China yang diperkirakan bisa tumbuh 1,8%. Sementara, Asia Tenggara akan terkoreksi 3,8%.
Namun ADB juga memperingatkan bahwa pemulihan dapat digagalkan oleh pandemi yang berkepanjangan dan tindakan penahanan yang lebih keras.
"Ancaman ekonomi yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19 tetap kuat, karena gelombang pertama yang berkepanjangan atau wabah yang berulang dapat mendorong tindakan penanggulangan lebih lanjut," kata Sawada.