
PSBB Anies Memang Nggak Total, Tapi PDB RI Bakal Tetap Minus

Jakarta, CNBC Indonesia - Langkah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menerapkan pengetatan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mulai besok diyakini akan berpengaruh kepada pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan di 2020.
Ekonom Indef Bhima Yudhistira mengatakan, dibandingkan PSBB transisi, PSBB Jilid II akan berlaku lebih ketat. Misalnya saja di perkantoran, di masa PSBB transisi, PSBB hanya dibatasi 50%, sementara di PSBB Jilid II, karyawan yang boleh bekerja dari kantor atau work from office (WFO) hanya 25%.
Ditambah dengan ketentuan, apabila ada salah satu pegawai yang kemudian diketahui positif Covid-19, seluruh aktivitas perkantoran pun dipaksa harus tutup kurang lebih selama 3 hari.
"Dari sektor properti perkantoran, pasti efeknya akan lebih negatif dibandingkan PSBB yang pertama. Pekerja yang masuk kantor ke Jakarta kan banyak dari luar Jakarta. Efeknya ke konsumsi rumah tangga secara nasional akan terkontraksi," ujar Bhima kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Minggu (13/9/2020).
Sementara itu, jika dibandingkan dengan PSBB pertama kali diberlakukan, di mana ojek online (ojol) tidak boleh mengangkut penumpan, dalam PSBB Jilid II, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memperbolehkan agar ojek online bisa beroperasi, dengan mengangkut penumpang atau mengantarkan barang.
Kendati demikian, menurut Bhima, langkah itu tidak serta merta positif. Sebab, pesanan mereka menurun seiring pembatasan karyawan yang masuk di kantor-kantor.
Karena sektor konsumsi yang menurun, maka tidak heran Indonesia akan terkontraksi di kuartal III-2020 dan kuartal IV-2020. Mengingat sektor konsumsi menyumbang hampir 60% pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Dengan situasi ini kuartal ke III tetap akan resesi. Saya awalnya berharap 100% kantor di tutup dulu dan karyawan diminta WFH [Work From Home]. Tapi sepertinya gubernur [Anies Baswedan] ambil opsi tengah ya. Saya gak paham juga berarti ini bukan PSBB total," kata Bhima melanjutkan.
"Lebih baik dari PSBB pertama, tapi harusnya full ditutup dua minggu baru benar-benar efektif. Kuartal III minus 3% sampai minus 6%. Kuartal IV-2020 masih minus 2% sampai 4%," kata Bhima.
Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah menilai pengetatan PSBB yang sudah diputuskan Anies Baswedan tergolong bijak. SEbab, pemerintah pusat bisa sepakat untuk mengambil langkah untuk menahan kenaikan jumlah kasus Covid-19, tapi di sisi lain tidak mengorbankan ekonomi sepenuhnya.
PSBB Jilid II yang berlaku mulai besok ini, menurut Piter, harus dioptimalkan untuk mendisplinkan masyarakat untuk melaksanakan protokol kesehatan dan melakukan tracing secara ketat.
"Dengan PSBB yang menurut saya masih memberikan ruang yang cukup untuk aktivitas ekonomi, proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2020 tidak banyak berubah," kata Piter.
Ia memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2020 ada pada kisaran -3% hingga -3,5%. Sementara pada kuartal IV-2020, apabila tidak ada perubahan jumlah penularan kasus di masa PSBB Jilid II, ekonomi juga akan kembali minus.
"Di kisaran minus 2% hingga minus 3% [di kuartal IV-2020]. Dengan demikian pertumbuhan ekonomi 2020 akan berada di kisaran minus 2% hingga minus 3%," ujar Piter.
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Anies Ungkap Alasan Tak Tarik 'Rem Darurat' di DKI Jakarta