Benarkah Ganjil-Genap Bikin Corona di Jakarta Menggila?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
10 September 2020 12:47
Ganjil Genap Jakarta (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Ganjil Genap Jakarta (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan mengumumkan bahwa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akan kembali berlaku mulai pekan depan. Tidak ada lagi pelonggaran atas nama PSBB Transisi, yang ada malah PSBB yang diterapkan secara murni dan konsekuen. Kembali seperti dulu lagi.

"Kita akan menarik 'rem darurat' yang itu artinya kita terpaksa kembali menerapkan PSBB seperti pada masa awal pandemi dulu. Bukan lagi PSBB Transisi, tetapi kita harus melakukan PSBB sebagaimana masa awal dulu.

"Kita bersepakat menarik 'rem darurat' dan kita akan menerapkan seperti arahan Bapak Presiden di awal wabah dahulu. Bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan usahakan beribadah juga dari rumah," papar Anies.

Langkah ini diambil setelah melihat perkembangan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di Ibu Kota. Dengan jumlah pasien positif corona sebanyak 49.397 orang per 9 September, Jakarta menyumbang 24,3% dari keseluruhan pasien di level nasional.

Airlangga Hartarto, Menko Perekonomian, angkat bicara soal keputusan Gubernur Anies dan sejawat, Menurutnya, salah satu penyebab peningkatan kasus corona di Ibu Kota yang memaksa PSBB diketatkan lagi adalah kebijakan ganjil-genap nomor polisi kendaraan roda empat. Mobil dengan pelat nomor ganjil hanya boleh melalui jalan-jalan tertentu di tanggal ganjil, demikian pula yang genap.

"DKI melakukan PSBB penuh, PSBB transisi, dikenakan penuh kembali karena sebagian besar dari yang terpapar berdasarkan data yang ada, 62% di Rumah Sakit Kemayoran (RS Darurat di Wisma Atlet) basisnya akibat transportasi umum. Sehingga beberapa kebijakan yang perlu dievaluasi, termasuk terkait ganjil-genap," katanya.

Pernyataan Airlangga masuk akal. Pembatasan kendaraan pribadi melalui ganjil-genap membuat masyarakat memilih naik kendaraan umum.

Dalam situasi normal, ini adalah hal yang sangat baik. Namun dalam kondisi pandemi, ini justru bahaya.

Di kendaraan umum, menjaga jarak adalah hal yang agak sulit diterapkan. Begitu pula di lokasi transit seperti stasiun, terminal, atau halte. Ini membuat virus corona lebih mudah menyebar.

Namun pertanyaannya, apakah betul penggunaan kendaraan pribadi turun setelah penerapan ganjil-genap? Apakah kemudian terjadi peningkatan pengguna angkutan umum sehingga virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini lebih mudah menyebar?

Apple Mobility Index punya datanya. Benchmark atau acuan kondisi normal data ini adalah pada 13 Januari 2020, saat situasi masih happy-happy saja. Jadi 13 Januari adalah 100.

Dalam 35 hari terakhir (selama pemberlakuan ganjil-genap), rata-rata mobilitas masyarakat dengan mengemudi adalah 107,01. Malah lebih tinggi dari kondisi normal.

Artinya pemberlakuan ganjil-genap tidak membuat masyarakat mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. Ganjil-genap masih bisa 'diakali' misalnya dengan menempuh rute yang bebas dari aturan tersebut.

Kemudian, apakah pengguna transportasi umum meningkat begitu ganjil-genap berlaku? Sepertinya tidak.

Mengutip data Google Mobility Report, kunjungan masyarakat ke lokasi transit kendaraan umum masih saja rendah. Saat kunjungan ke tempat kerja dan pusat perbelanjaan mulai mendekati normal, tidak demikian dengan lokasi transit transportasi publik.

Per 6 September, kunjungan warga Jakarta ke tempat transit kendaraan umum masih 38% di bawah kondisi normal. Jauh lebih sepi ketimbang pertokoan (-23%), penjualan kebutuhan sehari-hari/groceries (-8%), atau tempat kerja (-16%).

coronaGoogle Mobility Report

Kalau melihat dua data ini, sepertinya kebijakan ganjil-genap bukan penyebab melonjaknya kasus corona di Jakarta. Namun untuk amannya, lebih baik aktivitas publik 'dikunci' dulu saja dengan PSBB.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PSBB DKI Dikabulkan Sampai 7 Mei & Bisa Diperpanjang!

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular