
'Jakob Oetama Tokoh dengan Pribadi yang Luar Biasa Kuat'

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonom senior yang juga pendiri INDEF Didik Rachbini turut berduka atas kepergian tokoh pers nasional Jakob Oetama. Jakob meninggal pada hari ini di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta.
Menurut Didik, Jakob merupakan tokoh dengan pribadi yang luar biasa kuat. Ia menjalani perjuangan dengan sabar dalam periode yang sangat panjang.
"Sadar akan kekuatan negara sangat besar, maka jalan yang dipilih adalah perjuangan marathon, yang terkesan lamban tetapi efektif mengubah keadaan dengan gagasan-gagasan besar melalui kompas. Pak Jacob adalah sang penjaga keseimbangan, harmoni. Dalam hidupnya beliautidak hanya berjuang menjaga keseimbangan perahu Kompas, tetapi juga sistem yang lebih besar, yakni bahtera bangsa," kata Didik di Jakarta, Rabu (9/9/2020).
Khusus untuk Kompas, Didik menilai media itu sebagai naungan bagi suara civil society yang lemah di kala negara sangat kuat dan cenderung otoriter. Saat itu, Jakob menjadi pilar di sisi masyarakat dan berdampingan bersamaan untuk terus menjagas uara nurani rakyat didengar oleh negara.
"Inilah esensi menjaga keseimbangan bahtera bangsa dalam masa yang panjang dan masa depan rezim yang tidak pasti," ujar Didik.
Selain itu, lanjut dia, Jakob adalah tokoh kolektif kolegial yang selalu lebih bersamaan rasa dan pikiran dengan tokoh-tokoh masyarakat, bukan tokoh negara. Pemikiran para tokoh seperti Gus Ddur, Dorodjatun, hingga Nurcholish Madjid diberi ruang, dijaga, dan diasuh ruang-ruang Kompas sehingga suara publik tetap terdengar di dalam kawah kekuasaan negara.
"Dengan demikian bahtera bangsa dengan keseimbangan yang timpang tetap terjaga, meski sedikit tidak berimbang, dan berat sebelah. Tetapi suara rakyat, pemimpin dari civil society terdengar juga secara lamat-lamat," kata Didik.
Jakob, menurut dia, juga menjadi tokoh yang menjaga kseimbangan plural bangsa ini. Di kalangan muda, ruang-ruang Kompas diberikan kepada kalangan muda yang plural. Kompas juga mendirikan Forum Indonesia Muda (FIM) untuk anak muda calon pemimpin pada tahun 1990-an.
"Saya adalah pendiri Forum Indonesia Muda FIM yang didirikan oleh Kompas di bawah asuhan pak Jakob. Di situ ada tokoh-tokoh muda Denny JA, Haedar Bagir, Rizal Malarangeng, Romo Mudji Sutrisno, Romo Sandiawan, dan lain-lain," ujar Didik.
"Anak muda ini diberi ruang yang sangat besar di halaman-halaman Kompas untuk menyarakan suara hati nurani dan pikirannya. Mereka berasal dari berbagai kalangan dan latar belakang yang plural. Jasa Pak Jakob untuk bangsa sangat besar. Kita beri salam penghormatan terakhir dengan doa untuk beliau," lanjutnya.
Sebelumnya, manajemen Kompas Gramedia mengonfirmasi Jakob telah wafat pada Rabu (9/9/2020). Jakob meninggal di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading pada pukul 13:05 WIB dalam usia 88 tahun.
"Jakob Oetama adalah legenda, jurnalis sejati yang tidak hanya meninggalkan nama baik, tetapi juga kebanggaan serta nilai-nilai kehidupan bagi Kompas Gramedia. Beliau sekaligus teladan dalam profesi wartawan yang turut mengukir sejarah jurnalistik bangsa Indonesia. Walaupun kini beliau telah tiada, nilai dan idealismenya akan tetap hidup dan abadi selamanya," kata Corporate Communication Director Kompas Gramedia Rusdi Amral dalam rilis yang diterima CNBC Indonesia.
Jakob Oetama adalah jurnalis senior dan tokoh pers nasional. Ia lahir pada 27 September 1931 di Desa Jowahan, Borobudur, Jawa Tengah. Saat belia cita-citanya adalah menjadi guru seperti ayahnya. Ia sempat mengajar di SMP Mardi Yuwana Cipanas, Sekolah Guru Bagian B (SGB) Lenteng Agung Jagakarsa, dan SMP Van Lith Jakarta. Minatnya menulis tumbuh berkat belajar Ilmu Sejarah.
Karier Jakob Oetama di dunia jurnalistik bermula dari pekerjaan barunya sebagai redaktur majalah Penabur Jakarta. Pada 1963, bersama rekan terbaiknya, Almarhum Petrus Kanisius Ojong (P.K. Ojong), Jakob Oetama menerbitkan majalah Intisari yang menjadi cikal-bakal Kompas Gramedia.
Kepekaannya pada masalah manusia dan kemanusiaanlah yang kemudian menjadi spiritualitas Harian Kompas, yang terbit pertama kali pada 1965 .Hingga lebih dari setengah abad kemudian Kompas Gramedia berkembang menjadi bisnis multi-industri, Jakob Oetama tidak pernah melepas identitas dirinya sebagai seorang wartawan. Baginya, "Wartawan adalah Profesi, tetapi Pengusaha karena Keberuntungan."
Semasa hidup, Jakob Oetama dikenal sebagai sosok sederhana yang selalu mengutamakan kejujuran, integritas, rasa syukur, dan humanisme. Di mata karyawan, ia dipandang sebagai pimpinan yang 'nguwongke' dan tidak pernah menonjolkan status atau kedudukannya.
Almarhum berpegang teguh pada nilai Humanisme Transendental yang ditanamkannya sebagai fondasi Kompas Gramedia. Idealisme dan falsafah hidupnya telah diterapkan dalam setiap sayap bisnis Kompas Gramedia yang mengarah pada satu tujuan utama, yaitu mencerdaskan kehidupan Bangsa Indonesia.
Almarhum disemayamkan di Kantor Kompas Gramedia Palmerah Selatan dan akan dihantarkan menuju tempat peristirahatan terakhir di Taman Makam Pahlawan Kalibata pada Kamis (10/9/2020).
Presiden Joko Widodo (Jokowi) turut berduka cita atas meninggalnya Jakob. Ucapan duka disampaikan Jokowi via akun Twitter resmi @jokowi hari ini.
"Turut berduka cita atas kepergian Bapak Jakob Oetama, tokoh pers, pendiri dan pemimpin Harian Kompas, hari ini di usia 88 tahun. Almarhum seorang jurnalis sejati, punya daya kritis tinggi, yang disampaikan dengan bahasa halus dan santun. Selamat jalan Bapak Jakob Oetama," tulis Jokowi.
(miq/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Duka: Pendiri Kompas Gramedia Jakob Oetama Wafat