Muncul Perusahaan 'Zombie' Saat Corona, Ternyata Ini Sebabnya

Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
09 September 2020 16:17
Maskapai Penerbangan Lion Air. Ist
Foto: Maskapai Penerbangan Lion Air. Ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 kian terasa efeknya bagi perusahaan-perusahaan. Sektor transportasi jadi salah satu yang terdampak dan mulai jadi perusahaan 'zombie'.

Sekjen Indonesia National Air Carriers Association (INACA), Bayu Sutanto, menyebut bahwa kondisi ini tak bisa terhindarkan. Pasalnya, krisis kesehatan yang jadi persoalan utama, belum tertangani dengan baik.

"Kembali semua orang menunggu kesehatannya gimana. Kemarin kan pak presiden sudah ngomong. Kesehatan kan nomor satu harusnya. Tanpa sehat ya gimana mau orang pergi," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (9/9).

Alhasil, orang-orang memiliki mengurangi intensitas bepergian. Ketakutan terhadap COVID-19 masih jadi momok bagi berjalannya roda ekonomi.

"Transportasi mau airline, mau darat, kita lihat di kereta api pun sampai berhenti juga kan karena nggak ada penumpang. KAI sudah memberhentikan kereta jarak jauhnya lagi," katanya.

Dia mengaku, kondisi inilah yang juga membuat maskapai TransNusa memilih berhenti operasi sementara. Sebagai Direktur Utama TransNusa, Bayu terhimpit dengan keadaan sepinya penumpang.

"Kalau penuh kan terbang kita. Karena ini juga sesuai dengan prediksi ICAO dan IATA. Pertumbuhan penumpangnya masih jauh dari kondisi normal tahun 2018 dan sebelumnya," urainya.

Dengan tidak beroperasi, maka sejumlah biaya bisa ditekan seperti biaya sewa pesawat dan biaya perawatan. Kendati demikian masih ada biaya tetap yang tak bisa dihindari.

"Cost variabel-nya kan berhenti karena enggak terbang. Tapi kan ada fixed cost yang tetap berjalan, gaji pegawai sewa perkantoran dan sebagainya," katanya.

"Kita minta keringanan ke yang bisa, misalnya lessor aircraft itu kita minta keringanan, dimungkinkan nggak, karena ini kan kondisi luar biasa sebenarnya belum pernah terjadi. Kalau anda lihat semua repot yah, Australia nggak ada yang terbang," urainya.

Sebelumnya, Ekonom Senior Chatib Basri yang juga mantan menteri keuangan sempat memaparkan fenomena aktivitas ekonomi selama masa 'new normal'.

Dalam akun Twitter-nya akhir Agustus lalu, Chatib menjelaskan dengan data google mobility, bahwa setelah ada pelonggaran aktivitas ekonomi, mobilitas warga naik tajam, lalu setelah itu ada tren datar dan melambat. Ia bilang data menunjukkan bulan Juni-Agustus 2020 terjadi perlambatan.

Mengapa?

Chatib menjelaskan ada beberapa kemungkinan penyebab dari fenomena di atas. Ia mengatakan bisa jadi penyebabnya karena daya beli yang lemah. Lalu ada perilaku kelas menengah atas yang berhati-hati karena mengutamakan kesehatan.

Selain itu ada perubahan perilaku, antara lain belanja online dan lainnya. Juga masalah protokol kesehatan membuat ekonomi tak bisa beroperasi 100%, akibatnya skala ekonomis tak tercapai.

"Jika ekonomi hanya beroperasi 50%, maka untuk banyak sektor break even point tak tercapai. Perusahaan bisa tetap survive selama msh bisa bayar biaya variable spt gaji dsb, tapi tak untung. Perusahaan bisa jadi zombie companies," kata Chatib dikutip, Rabu (9/9).


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tahun Baru, Kasus Covid-19 di Australia Cetak Rekor Baru

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular