
IDI Ungkap Biang Kerok Kasus Covid-19 di RI Melonjak

Jakarta, CNBC Indonesia - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengungkapkan terus melonjaknya kasus penularan covid-19 di Indonesia, terjadi karena banyak faktornya.
Sampai dengan Senin, 7 September 2020 sampai pukul 12.00 WIB, melalui keterangan resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ada penambahan sebanyak 2.880 kasus baru. Sehingga total, saat ini ada sebanyak 196.989 pasien positif covid-19.
Adapun untuk jumlah pasien yang telah sembuh terdapat penambahan sebanyak 2.077 pasien. Sehingga total pasien sembuh telah mencapai 140.652 orang.
Sedangkan untuk kasus meninggal pada hari ini ada penambahan sebanyak 105 kasus sehingga kasus kematian total sudah mencapai 8.130 kasus.
Juru Bicara Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (ID), Erlina Burhan menilai, bertambahnya terus jumlah kasus Covid-19, terjadi bukan hanya karena satu faktor saja.
"Kalau melihat naik berminggu-minggu, terjadi bukan hanya karena satu faktor saja. [...] Kalau melihat naik berminggu-minggu, ternyata ini tidak terkendali penularannya," kata Erlina di dalam program Profit CNBC Indonesia TV, Senin (7/9/2020).
Penularan yang tidak terkendali itu, juga menurut Erlina kemungkinan lantaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB) saat ini sudah mulai dilonggarkan, sehingga suda membuka aktivitas sehari-hari masyarakat.
"Memungkinkan orang untuk berinteraksi, membuat penularan masyarakat terjadi. Juga banyak masyarakat yang masih abai dan tidak menjalankan protokol kesehatan," jelas Erlina.
Di samping itu juga penularan terus terjadi, karena ada kaitannya dengan virus corona yang telah mengalami mutasi. Yang pada akhirnya membuat virus corona tersebut menjadi stabil, flexible, dan mudah menular.
Erlina menghimbau kepada masyarakat untuk tetap melakukan protokol kesehatan. Pasalnya dari catatannya 80% pasien positif covid-19 adalah pasien dengan gejala ringan dan cenderung orang tanpa gejala (OTG).
Kendati demikian, hal tersebut tidak bisa disepelekan begitu saja. Pasalnya apabila ada 20% pasien positif Covid-19 butuh perawatan intensif di Rumah Sakit (RS) sementara Indonesia tidak memadai kapasitasnya dalam tempat tidur di RS dam jumlah perawatnya. Hal itu akan berdampak kepada masyarakat ke depannya.
"Kalau 20% dari angka yang besar ini jumlahnya akan banyak, besar kemungkinan rumah rumah sakit akan over load dan petugas kesehatan akan kelelahan, burn out, dan tidak bagi bagi petugas kesehatan, pelayanan masyarakat, dan keseluruhan masyarakat," jelas Erlina.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 3 Tahun Pandemi, Negara & Wilayah Ini Tetap Nol Kasus Corona