Freeport Siap Operasikan Tambang Bawah Tanah Full di 2022

Yuni Astutik, CNBC Indonesia
05 September 2020 07:50
Tambang legendaris Grasberg milik PT Freeport Indonesia yang berlokasi di Papua akan habis dan ditutup pada pertengahan tahun ini. Sebagai penggantinya, produksi emas, perak, dan tembaga Freeport akan mengandalkan tambang bawah tanah.

Tambang bawah tanah ini lokasinya persis di bawah Grasberg. Penambangan bawah tanah menggunakan metode block caving, yang merupakan cara penambangan bawah tanah dengan efisiensi sumberdaya yang tinggi untuk melakukan penambangan, di mana blok-blok besar bijih di bawah tanah dipotong dari bawah sehingga bijih tersebut runtuh akibat gaya beratnya sendiri.

Tambang bawah tanah ini sudah direncakan sejak 2004 dan terus dikembangkan hingga sekarang. Ada dua blok tambang bawah tanah Freeport yang jadi andalan saat ini, yaitu Deep Ore Zone (DOZ) dan Big Gossan. Saat ini tengah dikembangkan juga blok bernama Deeep Mill Level Zone (DMLZ).

Di dalam tambang ini, terbangun jalan sepanjang 650 kilometer (km), yang berarti panjangnya lebih dari jarak Jakarta ke Yogyakarta. Jalan di dalam tambang bawah tanah ini akan terus dibangun hingga 1.000 km atau seperti Jakarta ke Surabaya.

Data terakhir produksi rata-rata dari tambang bawah tanah ini adalah 80.000 ton ore (bijih tambang) per hari.

Sampai dengan 2019, Freeport telah mengeluarkan investasi hingga US$ 16 miliar atau dengan kurs, saat ini sekitar Rp 224 triliun untuk pengembangan tambang bawah tanah yang akan menjadi andalan mereka. Ke depan, Freeport yang saat ini 51% sahamnya dimiliki oleh PT Indonesia Alumunium (Inalum) akan mengucurkan lagi investasi hingga US$ 15 miliar atau sekitar Rp 210 triliun untuk tambang bawah tanah tersebut.  (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)
Foto: Tambang Emas Bawah Tanah Terbesar Milik Freeport (CNBC Indonesia/Wahyu Daniel)

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Freeport Indonesia, anak usaha Mining Industry Indonesia (MIND ID), menargetkan bisa memproduksi bijih tembaga dari tambang bawah tanah dengan kapasitas penuh pada 2022, naik dari saat ini yang masih berada pada tingkat 60% dari kapasitas.

Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan baru beroperasinya tambang bawah tanah dengan kapasitas penuh tersebut dikarenakan kini perusahaan masih melakukan transisi pengerjaan tambang bawah tanah dari tambang terbuka yang sudah ditutup pada akhir tahun lalu.

"Tahun depan bisa 80% (dari kapasitas) dan 2022 sudah bisa beroperasi penuh 100% sampai 2041," ujarnya dalam sebuah diskusi melalui Webinar di Jakarta, Jumat (4/9/2020).

Dia mengatakan produksi tembaga pada tahun ini diperkirakan hampir mencapai 800 juta pon dan emas 820 ribu ons. Pada 2022 produksi diperkirakan naik menjadi 1,6 miliar pon tembaga dan 1,6 juta ons emas.

"Pada 2023 akan naik sedikit," imbuhnya.

Menurutnya, jika nantinya seluruh tambang sudah beroperasi, PTFI akan menjadi tambang terbesar di dunia. Ada dua hal yang menurutnya menjadi tantangan bagi beroperasi PTFI ini. Pertama adalah ore atau bijih yang sifatnya basah dan bisa terjadi luncuran lumpur basah, sehingga pengelolaan dan penanganan harus sangat hati-hati. Lalu, seismik yang sering terjadi. Sebab menurutnya ada beberapa drop point yang memang diledakkan untuk tujuan penambangan.

"Namun semua ini bisa diatasi," ujarnya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Jokowi Rebut 2 Tambang Raksasa Asing

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular