RI Kekurangan Peluru, Prabowo Pesan 4 Miliar Butir ke Pindad

Monica Wareza & Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
04 September 2020 10:28
Kunjungan menteri pertahanan ke PT Pindad di Bandung.
Foto: Momen Menteri Pertahanan Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto saat mengunjungi pabrik milik PT Pindad (Persero), Bandung, Jawa Barat, beberapa waktu lalu (Screenshoot Instagram @rizky_irmansyah)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah fakta mengemuka dari pertemuan antara Menteri Pertahanan Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto dan Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin, kemarin.


Pertemuan yang berlangsung di kediaman resmi Wapres yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 2, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (3/8/2020) sore, tidak hanya membicarakan food estate dan redistribusi lahan semata, melainkan juga alat utama sistem persenjataan (alutsita).

Mengutip siaran pers Juru Bicara Wakil Presiden Masduki Baidlowi, Prabowo juga melaporkan tentang rencana perbaikan alutsista. Prabowo mengungkapkan rencana perbaikan pesawat tempur, kapal, dan tank untuk TNI AD, AL, dan AU.

"Menhan menilai apabila membeli baru terlalu mahal dan tidak bisa langsung diadakan. Oleh sebab itu, akan lebih bagus apabila ada perbaikan-perbaikan. Ia mencontohkan pesawat Hercules, Sukhoi, termasuk tank dan kapal-kapal harus diperbaiki agar Indonesia menjadi negara kuat," kata Masduki.

Namun, lanjut dia, Prabowo menyebut aspek yang lebih mendesak adalah membeli peluru. Sebab, Indonesia dinilai Prabowo kekurangan peluru.

"Banyak orang Indonesia pintar menembak, tetapi tidak punya peluru," ujar Masduki mengutip kata-kata Prabowo.



Bicara soal peluru, sejatinya sudah ada langkah yang dilakukan Prabowo. Hal itu diungkapkan oleh Direktur Utama PT Pindad (Persero) Abraham Mose dalam wawancara khusus dengan CNBC Indonesia pada Senin (13/7/2020).

Menurut Abrahan, Pindad telah mendapatkan pesanan empat miliar butir peluru dari Kemenhan. Jumlah itu disebut Abraham sebagai pesanan terbanyak yang diminta kepada Pindad sejak perusahaan pelat merah itu berdiri pada tahun 1808. Pindad lantas dikonversi menjadi BUMN pada 28 April 1983.

Menurut Abraham, dengan jumlah pesanan tersebut, nilai kontrak yang telah ditandatangani perusahaan dengan Kemenhan nilainya mencapai Rp 19 triliun. Kontrak itu harus dipenuhi hingga 2023 mendatang.

Dia mengatakan, perusahaan perlu untuk meningkatkan kapasitas produksi pabrik. Sebab saat ini, kapasitas produksi hanya mencapai 300 juta butir per tahun, sedangkan tahun ini perusahaan harus memenuhi pesanan 500 juta butir.

Saat ini, lanjut Abraham, perusahaan sedang dalam proses untuk modernisasi pabrik untuk bisa meningkatkan kapasitas produksi pabrik amunisi ini.

"Kita harus modernisasi pabrik amunisi jika pesanan sampai 4 miliar butir dalam 2023. Kapasitas produksi saat ini baru mencapai 300 juta butir per tahun, kalau 4 miliar harus modernisasi mesin. Kebutuhannya dengan investor dan bank Rp 2,5 triliun," kata dia.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Aset Terbesar Indonesia di Tangan Prabowo

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular