
Biang Kerok Banjir Bandang Masamba Hingga Luwu Utara, Simak!

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimoeljono sempat mengungkit penyebab terjadinya banjir bandang yang tahun ini terjadi di beberapa daerah. Menurutnya, mayoritas banjir bandang yang melanda merupakan akibat dari ulah manusia.
Basuki mengungkit persoalan ini ketika berbicara mengenai daerah aliran sungai (DAS) yang pengelolaannya di bawah tupoksinya. Basuki juga merespons kerusakan yang terjadi pada DAS Mahakam.
"Tentang kerusakan DAS Mahakam, ini saya kira penting sekali. Tahun ini banyak daerah yang terjadi banjir bandang, dimulai dari Masamba, Gorontalo, Luwu Utara, Banten," kata Basuki di sela rapat kerja bersama Komisi V DPR RI, Rabu (2/9/2020).
Dikatakan, semua kejadian yang mengorbankan nyawa banyak korban ini terjadi karena rusaknya DAS. Kerusakan DAS inilah yang sebenarnya disebabkan oleh ulah manusia.
"Itu semua karena DAS yang rusak, Banten karena penambangan liar. Gorontalo karena penanaman jagung yang tidak mengikuti kaidah agriculture practice yang benar. Jadi tidak ada terasering sama sekali, dari bukit langsung ditanam, jadi ya kalau hujan air itu mengalir jadi erosi sekali," kata Basuki.
'Di Luwu Utara, itu bukan longsoran, itu pasir-pasir segar yang dari gunung. Kalau kita ke sana itu yang meluap sekota itu keras, nggak kayak lumpur yang jeblok," lanjutnya.
Basuki menyusulkan agar Komisi V DPR RI membahas persoalan ini dengan komisi lainnya. Menurutnya, perlu duduk bersama melalui rapat gabungan komisi dengan melibatkan pemerintah yang diwakili Kementerian ESDM, KLHK dan Pertanian.
"Sekarang ini (DAS) Masamba tiap hari dinormalisasi tapi kalau hujan turun penuh lagi. Saya kira kita balapan sama erosi lagi. [...] Maka kalau bisa gabung dengan komisi lainnya mungkin bisa undang rapat gabungan itu akan jauh menghasilkan," imbuhnya.
Supaya tahu, banjir menjadi bencana alam paling mematikan dari awal Januari 2020 hingga Agustus 2020. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat lebih dari 100 jiwa meninggal akibat banjir dan 17 lainnya hilang.
Raditya Jati, Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB mengatakan tak hanya mematikan, banjir merupakan bencana alam yang dominan selama 2020. BNPB mencatat 726 kejadian banjir yang mengakibatkan lebih dari 2,8 juta mengungsi sampai dengan 30 Agustus 2020.
Banjir masih melanda wilayah di Tanah Air meskipun sudah memasuki bulan kedelapan, seperti banjir di Kabupaten Agam, Sumatera Barat pada Minggu (30/8).
"Banjir mengakibatkan kerugian pada sektor perumahan rumah hingga ratusan ribu unit, dengan rincian rusak berat 4.581 unit, rusak sedang 2.784, rusak ringan 9.833 dan terendam 540.739. Sedangkan infrastuktur fasilitas umum, kerusakan fasilitas pendidikan 496 unit, peribadatan 581, kesehatan 112, perkantoran 109 dan jembatan 299," ujarnya dalam siaran pers, Senin (31/8/2020).
Dalam kurun Januari hingga Agustus 2020, BNPB mengidentifikasi 1.927 kejadian bencana alam. Dari jumlah itu, 99 persen merupakan bencana hidrometerologi, seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, angin puting beliung dan kekeringan. Jumlah kejadian bencana tersebut mengakibatkan 290 orang meninggal dunia dan hilang, 421 mengalami luka-luka dan 3,8 juta mengungsi.
Berikut jumlah kejadian berdasarkan jenis bencana alam hingga bulan kedelapan, banjir 726 kejadian, puting beliung 521, tanah longsor 367, kebakaran hutan dan lahan 256, gelombang pasang dan abrasi 24, kekeringan 16, gempa bumi 12 dan erupsi gunung api 5.
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Instruksi Jokowi dalam Penanganan Banjir Kalsel, Simak!