Sri Mulyani Beberkan Negara dengan Defisit Parah Akibat Covid

Lidya Julita S, CNBC Indonesia
02 September 2020 14:07
Menteri Keuangan Sri Mulyani menghadiri Rapat Paripurna DPR dengan agenda tanggapan Pemerintah terhadap Pandangan Fraksi atas RUU tentang P2 APBN TA 2019. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pandemi Covid-19 tidak hanya menyebabkan krisis Kesehatan tapi juga krisis utang di berbagai negara di dunia. Hal ini disebabkan karena semua negara membutuhkan banyak anggaran dalam penanganan dampak Covid-19.

Menurutnya, kebutuhan anggaran yang besar ini membuat banyak negara melakukan penarikan utang karena penerimaan negaranya yang terkontraksi.

"Tekanan Covid sebabkan kontraksi ekonomi di semua negara di kuartal II. Kita berikan gambaran menarik. Kontraksi ekonomi dibandingkan defisit fiskal yang jadi proxy stimulus negara," ujarnya di Komisi XI DPR RI, Rabu (2/9/2020).

Lanjutnya, pada tahun ini Pemerintah telah menyiapkan anggaran Rp 695,2 triliun untuk program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Program ini diperlukan untuk mendorong perekonomian yang pada triwulan II terkontraksi hingga minus 5,34%.

Anggaran pemulihan ini membuat pemerintah harus melakukan penarikan utang untuk membiayainya karena penerimaan negara yang terkontraksi. Kondisi ini mengharuskan defisit anggaran diperlebar hingga 6,3% di tahun ini.

Bendahara negara ini menjelaskan bahwa pelebaran defisit karena ekonomi yang terkontraksi ini tidak hanya terjadi di Indonesia dan negara berkembang lainnya, tapi juga negara maju terdampak.

Ia pun merinci, negara-negara yang kontraksinya cukup dalam sehingga proyeksi defisitnya melebar di tahun 2020 karena mengatasi dampak Covid-19.

1. India

Perekonomian India pada triwulan (tw) I minus 4,1 dan tw-II minus 23,9%. Kondisi ini membuat defisit APBN nya di proyeksi capai 7,2% di tahun ini.

2. Spanyol

Spanyol mencatatkan perekonomian di tw-I minus 1,7% dan tw-II minus 22,1%. Defisit anggarannya di proyeksi capai 11,5%.

3. Inggris

Perekonomian Inggris pada tw-I masih tumbuh 3,1% dan pada tw-II terkontraksi tajam hingga minus 21,7%. Dengan kondisi ini, defisit anggarannya di proyeksi melebar hingga 13,8%

4. Perancis

Perekonomian Perancis pada tahun ini telah terkontraksi selama dua triwulan berturut-turut. Tw-I kontraksi 5,7% dan tw-II minus 19%. Defisit fiskalnya pun di proyeksi melebar hingga 11,4%.

5. Meksiko

Perekonomian Meksiko juga terkontraksi selama semester I-2020. Pada tw-I tercatat minus 1,4% dan di tw-II anjlok tajam hingga minus 18,9%. Dengan kondisi ini, defisit anggaran pun di proyeksi melebar 5%. Ini meningkat dari tahun lalu yang hanya 1,65% dari PDB.

6. Italia

Italia juga negara yang perekonomiannya telah terkontraksi dari tw-I sebesar 5,5% dan pada tw-II terkontraksi lebih dalam lagi yakni 17,3%. Defisit anggaran pun diproyeksi melebar 11,7%.

7. Malaysia

Perekonomian Malaysia terkontraksi dalam pada tw-II setelah tw-I tumbuh sangat tipis di zona positif. Tw-I tercatat 0,7% dan tw-II minus 17,1%. Defisit anggarannya melebar 6,5%.

8. Filipina

Filipina mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang negatif sejak tw-I. Di tw-I perekonomiannya kontraksi tipis minus 0,7%, namun pada tw-II kontraksinya dalam hingga minus 16,5%. Defisit anggaran pun melebar hingga 7,6%.

9. Singapura

Singapura adalah salah satu negara maju yang perekonomiannya kontraksi dalam akibat Covid-19. pada tw-I perekonomian minus 0,3% dan pada tw-II kontraksi semakin tajam hingga minus 13,2%. Ini membuat proyeksi defisitnya tahun ini juga melebar hingga 13,5%.

10. Thailand

Ekonomi Thailand pada tw-I tercatat minus 2% dan pada tw-II minus 12,2%. Defisit anggarannya tahun ini melebar hingga 6%.

11. Jerman

Negara Eropa lainnya yang juga terkontraksi dalam adalah Jerman. Perekonomian Jerman pada tw-I minus 2,3% dan pada tw-II minus 11,7% yang menyebabkan defisit anggaran melebar hingga minus 8,4%.

12. Jepang

Jepang memproyeksi defisit anggarannya pada tahun ini melebar hingga 11%. Ini disebabkan karena pembiayaan yang dibutuhkan untuk memulihkan ekonominya yang terkontraksi dalam pada tw-I minus 1,7% dan pada tw-II minus 9,9%.

13. Amerika Serikat

Negara besar seperti AS pun tidak lepas dari ancaman Covid-19 yang terlihat dari perekonomiannya terkontraksi dalam pada tw-II. Pada tw-II perekonomian AS tercatat minus hingga 9,5% dan pada tw-I masih tumbuh tipis 0,3%.

Kondisi ini membuat proyeksi defisit anggaran melebar hingga 17,9%.

14. Hong Kong

Defisit anggaran Hong Kong melebar hingga 9,6%. Ini dilakukan dalam rangka pemulihan perekonomian yang terkontraksi pada tw-I minus 9,1% dan tw-II minus 9%.

15. Rusia

Perekonomian Rusia terkontraksi pada kuartal II sebesar 8,5%, sedangkan pada tw-I masih tumbuh positif 1,6%. Meski kontraksi tak sampai double digit, defisit anggarannya tetap diperlebar hingga 4,5%.

16. Korea Selatan

Sama seperti Indonesia, perekonomian Korsel terkontraksi terjadi pada tw-II yang tercatat minus 2,9%. Kontraksi ini tak begitu dalam dibandingkan dengan negara lainnya sehingga defisit anggarannya melebar hanya ke 4,3%.

17. Taiwan

Taiwan adalah salah satu negara yang cukup baik bertahan di tengah tekanan Covid-19. Terlihat dari perekonomiannya pada tw-I masih tumbuh positif 0,7% dan pada tw-II hanya terkontraksi 1,9%. Meski demikian defisit anggarannya tetap melebar 1,9% dibandingkan dengan tahun lalu hanya 0,5%.

18. Vietnam

Vietnam adalah satu-satunya negara di Asean yang perekonomiannya tidak terkontraksi dalam atau tidak sampai ke level negatif. Di mana perekonomian pada tw-I tercatat 3,8% dan pada tw-II tumbuh tipis 0,4%. Namun defisit anggarannya diperlebar hingga 6,6%.

19. China

China merupakan negara awal yang terkena Covid-19 sehingga perekonomiannya turun sangat tajam di tw-I yang tercatat minus 6,8%. Namun pada tw-II kembali pulih dan tumbuh positif sebesar 3,2%. Defisit anggarannya pun melebar sedikit dari 4,9% di tahun 2019 menjadi 6,5% di 2020.

"Semua negara gunakan fiskal sebagai tools untuk countercyclical tapi dari sisi pengaruh Covid begitu dalam dan melumpuhkan ekonomi apalagi dalam langkah-langkah hadapi Covid adalah drastis seperti lockdown total sebabkan kelumpuhan demand dan supply," jelasnya.


(dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kasus Baru Covid-19 di RI Tiba-tiba Naik, Nyaris Tembus 1.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular