
Covid-19 RI Pecah Rekor Lagi, Waspadai Sindrom 'Ilusi Solusi'

Jakarta, CNBC Indonesia - Kasus baru virus corona (Covid-19) terus meningkat menyentuh rekor tertinggi baru. Kendornya kewaspadaan masyarakat dan aparat mengindikasikan bahwa sindrom 'ilusi solusi' sedang menerpa.
Jumlah kasus Covid-19 di Indonesia hampir menembus 170.000 orang pada Sabtu (29/08/2020), dengan rekor tambahan kasus sebanyak 3.308 orang dalam sehari itu, sehingga total kasus di Indonesia mencapai 169.195 orang.
Penambahan kasus ini masih didominasi oleh tiga daerah yang menjadi episentrum corona di Indonesia yakni DKI Jakarta dan Jawa Timur, serta Jawa Barat. Ketiganya masuk dalam daftar enam besar provinsi dengan tingkat kepadatan populasi tertinggi di Indonesia.
Kementerian Kesehatan mencatat DKI Jakarta menjadi provinsi dengan penambahan tertinggi yakni 8.612 orang, sehingga total pengidap Covid-19 mencapai 37.943 orang-tertinggi di Indonesia. Sebanyak 599 orang baru sembuh, sehingga total pasien sembuh sebanyak 29.768 orang, sedangkan kasus meninggal bertambah 18 orang menjadi total 1.174 orang.
Jawa Timur menjadi provinsi terburuk kedua dalam hal pandemi dengan penambahan 641 orang sehingga totalnya menjadi 32.754 orang. Pasien sembuh bertambah 305 orang menjadi 25.533 orang, dan kasus meninggal bertambah 21 orang, sehingga total korban 2.329 orang.
Meski total kasus di Jawa Timur masih lebih sedikit dibandingkan Jakarta, angka kematian atau rasio fatalitas Covd-19 di provinsi ini dua kali lipat dibandingkan Jakarta dan menjadi yang tertinggi di Indonesia.
Lonjakan pasien terkonfirmasi Covid-19 ini terjadi di tengah kabar positif mengenai pengembangan vaksin yang kini digarap BUMN farmasi PT Bio Farma dan perusahaan China Sinovac.
Bagi pelaku pasar dan investor di pasar modal, kabar pengembangan vaksin memang ditunggu-tunggu karena bakal menjadi solusi atas pandemi yang telah menekan perekonomian nasional dalam lima hari terakhir.
Optimisme pun bermunculan, sehingga pemerintah berencana melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), salah satunya Pemerintah DKI Jakarta yang berencana mengizinkan pembukaan bioskop.
Berbagai kalangan, terutama akademisi, mengritik kebijakan tersebut karena pembukaan bioskop justru menciptakan kumpulan massa dalam ruangan tertutup dalam waktu lama. Sulit memastikan bahwa semua pengunjung tak mengidap Covid, karena riset menunjukkan bahwa banyak dari pengidap virus corona ini tak menunjukkan gejala (asimtomatik).
Belum lama ini, beredar juga foto suasana Liquid Bar and Café, Yogyakarta, yang menunjukkan aktivitas konser di mana massa berjubel tanpa mengenakan masker, tanpa protokol kesehatan era pandemi. Semuanya berjalan seperti biasa.
Ini menunjukkan bahwa tidak sedikit masyarakat menganggap situasi normal baru yang sedang berjalan tak lain adalah situasi normal lama. Tak ada yang berubah. Kehidupan berjalan dengan sangat normal dengan protokol kesehatan yang mulai mengendor atau ditinggalkan.
Vaksin Belum 'Resmi' Ditemukan
Optimisme temuan vaksin bisa jadi menjadi salah satu pembentuk sikap mental demikian, karena menganggap bahwa semuanya akan segera usai dengan vaksin, bahwa dalam dua-tiga bulan vaksin akan ditemukan dan semuanya berjalan normal.
Secara psikologi, pola pikir demikian bisa dibilang sebagai sindrom ilusi atas solusi. Vaksin dianggap sebagai solusi akhir yang sudah pasti ada. Padahal faktanya, vaksin tersebut masih dikembangkan dan sampai saat ini belum ada di tangan. Sementara itu, belum ada obat yang mengatasi Covid-19, meski beberapa produk membantu "meringankan gejala".
Hingga detik ini, Corona masih terus menyebar dan bisa membunuh dalam hitungan minggu, tidak cukup untuk memberi waktu menunggu kehadiran vaksin. Bahkan, vaksin Rusia yang telah dilegalkan pemerintah hingga kini memicu pertanyaan di kalangan akademisi.
Sekalipun vaksin itu benar efektif, perlu setidaknya satu bulan untuk menunggu produksi masal dan mengimpornya. Selama sebulan itu, yakinkah anda bahwa anda tidak akan tertular virus ketika gegabah berada di kerumunan tanpa masker dan protokol kesehatan?
Optimisme jelas diperlukan dalam menghadapi situasi yang berat. Namun, jangan sampai kebablasan dengan menganggap bahwa solusi sudah ada di tangan, lalu menggampangkan keadaan seperti menggelar konser tanpa protokol kesehatan, atau menciptakan kerumunan.
Sikap optimistis para pelaku pasar di bursa saham sejauh ini sukses membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat dalam sebulan terakhir sebesar 4,5%. Namun di sektor riil kita harus tetap waspada bahwa virus masih mengintai, menyebar, dan membunuh.
Jangan sampai optimisme membuat kita terjebak pada ilusi bahwa sudah ada solusi, bahwa pandemi corona segera selesai dan kita tak perlu berdisiplin menjaga diri dan keluarga.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article WNI dari Luar Negeri Sumbang Setengah Kasus Harian Covid RI