
Kasus Sembuh Corona di RI Membaik, Vietnam Justru Lagi Gawat

Jakarta, CNBC Indonesia - Apabila menengok perkembangan perkembangan pandemi Covid-19 di Tanah Air, ternyata ada kabar baik sekaligus kabar buruknya. Kabar baiknya adalah jumlah penderita Covid-19 yang sembuh semakin banyak, bahkan pada Sabtu (22/8) kasus sembuh melampaui tambahan kasus baru.
Data Kemenkes, pada Sabtu (22/8) total kasus 151.498 orang, sedangkan total jumlah pasien secara nasional yang sembuh menjadi 105.198 orang. Artinya tingkat kesembuhannya (recovery rate) sudah mencapai 69,4%.
Di kawasan Asia Tenggara, angka ini masih lebih baik daripada Filipina dan juga Vietnam yang masing-masing angkanya berada di 68% dan 54%. Namun jika menggunakan indikator lain berupa tingkat kematian (mortality rate), RI masih jadi yang terburuk di ASEAN.
Total kematian akibat Covid-19 di dalam negeri sudah tembus 6.594 kasus, dengan begitu tingkat kematiannya berada di 4,4%. Jauh lebih buruk dari rekan-rekan tetangganya.
Kabar buruk lainnya adalah jumlah kasus di dalam negeri masih mengalami fluktuasi cenderung naik. Indonesia mulai bertahan dengan angka 2.000 kasus per hari. Rata-rata kasus baru pekan lalu berada di 2.009 per hari. Pekan ini naik menjadi 2.056 kasus per hari.
Selain kurva epidemiologi yang belum menunjukkan tanda-tanda melengkung ke bawah, angka transmisi Covid-19 di berbagai wilayah pun masih tinggi. Berdasarkan data Bonza per hari ini Sabtu (22/8/2020), sebanyak 20 provinsi di Indonesia masih memiliki angka reproduksi efektif (Rt) di atas 1.
Artinya di wilayah-wilayah tersebut setiap satu pasien bisa menularkan Covid-19 ke satu orang lainnya. Hal yang perlu dicatat adalah, indikator-indikator di atas merupakan angka yang dinamis dan dapat berubah seiring dengan berjalannya waktu.
Kapasitas tes yang membaik serta dibarengi dengan mulai meningkatnya mobilitas publik menjadi faktor pemicu kenaikan kasus Covid-19 di dalam negeri.
Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan kompilasi aktivitas masyarakat yang diolah berdasarkan sumber Google Mobility Report. Hasilnya bisa ditebak, kegiatan di dalam rumah terus berkurang dan di luar rumah meningkat.
Di tempat belanja kebutuhan sehari-hari (groceries), misalnya, pada April jumlah pengunjung yang datang masih 21,1% di bawah normal. Pada Juli, jumlah pengunjung semakin banyak dan tingkat kepadatan tinggal 2,6% di bawah hari biasa.
"Sebelum Idul Adha, kegiatan di tempat belanja kebutuhan sehari-hari mengalami peningkatan. Fenomena ini sangat mirip dengan pola belanja masyarakat menjelang Idul Fitri," sebut laporan BPS.
Sementara di rumah, warga menghabiskan waktu 17% lebih banyak ketimbang situasi normal pada Mei. Saat itu memang merupakan puncak Work from Home (WfH). Pada Juli, angkanya turun menjadi 11,4%.
Bertambahnya jumlah pasien sembuh memang kabar baik. Namun tanpa tes dan pelacakan yang disiplin ini akan membahayakan mengingat jumlah kasus orang tanpa gejala (OTG) juga banyak dijumpai di Tanah Air.
Lagipula indikator-indikator epidemiologi yang lain juga menunjukkan bahwa Indonesia masih jauh dari kata aman. Di dunia ini, tak ada satupun negara yang bisa dibilang sudah merdeka dari Covid-19.
Tengok saja Vietnam. Negara yang sempat dipuji-puji oleh banyak pihak karena berhasil 'menjinakkan' virus corona saja kini mengalami lonjakan kasus baru. Hingga pertengahan bulan Juli lalu Vietnam masih menjadi negara dengan angka kematian nol orang dan tak ada kasus transmisi lokal yang dilaporkan.
Namun sebulan berselang, kini kasus di Vietnam sudah mencapai angka 1.000 orang lebih secara kumulatif. Sebanyak 25 orang dilaporkan meninggal akibat infeksi virus ganas yang awalnya merebak di Wuhan tersebut.
Ilmuwan dan peneliti di seluruh Vietnam kini berlomba untuk mencari tahu bagaimana bisa lonjakan kasus tersebut terjadi. Mengutip BBC, Prof Rogier van Doorn, direktur Unit Penelitian Klinis Universitas Oxford, mengatakan sumber wabah terbaru ini masih menjadi "misteri besar".
Saat ini tim Profesor Rogier tengah bekerja dengan pemerintah dan berfokus pada identifikasi materi genetik virus agar dapat membantu memberikan kejelasan seputar rantai penularan mulai dari siapa atau dari mana virus itu berasal.
Namun sejauh ini tidak ada yang tahu bagaimana kasus baru pertama di Da Nang tersebut terjadi. Berdasarkan pemberitaan media tersebut, yang diketahui hanya seorang pria berusia 57 tahun dinyatakan positif dan menjadi pasien 416. Namun bagaimana ia bisa terinfeksi masih belum diketahui dengan jelas.
Sedikitnya informasi yang ada membuat banyak spekulasi bermunculan. Media lokal telah memuat laporan yang menunjukkan wabah terbaru mungkin disebabkan oleh jenis virus yang lebih ganas.
Spekulasi lainnya menyebutkan bahwa virus tersebut kembali merebak akibat kasus penyelundupan orang baru-baru ini di sepanjang perbatasan Vietnam-China. Namun tetap saja tidak ada bukti yang menunjukkan jenis virus yang lebih mematikan atau bahwa para migran telah membawa virus ke negara itu.
Melihat fenomena ini, tentulah bukan saat yang tepat bagi Indonesia untuk lengah atau kendor apalagi berbangga hati. Selagi vaksin yang efektif serta mampu memberikan proteksi yang lama belum tersedia, maka semua negara di dunia belum merdeka dari pandemi, termasuk RI.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Epidemiolog: Kondisi Corona di RI Sebenarnya Menyeramkan!