Waduh! Media Asing Sorot Kegagalan Penanganan Covid Indonesia

Sandi Ferry, CNBC Indonesia
20 August 2020 14:14
Replika peti mati jenazah pasien virus Corona (COVID-19)  di Kemang Jakarta Selatan (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Replika peti mati jenazah pasien virus Corona (COVID-19) di Kemang Jakarta Selatan (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia terus disorot oleh berbagai media asing. Teranyar, Channel News Asia melaporkan sejumlah aspek yang membuat penanganan pandemi di negeri ini sangat lemah.

Salah satu yang menjadi perhatian adalah terkait lambannya Pemerintah Indonesia mengungkapkan apa yang diketahui mengenai virus ini kepada publik saat awal muncul. Begitu pun langkah yang diambil setelah virus ini menyebar. Pengetesan pun dirasa masih terlalu sedikit.

Channel News Asia menilai jumlah kasus positif di Indonesia sebenarnya mungkin masih tersembunyi karena India dan Filipina menguji empat kali lebih banyak per kapita, sementara Amerika Serikat menguji 30 kali lebih banyak.

Meskipun secara jumlah, negara seperti Amerika Serikat, Brazil dan India sudah melaporkan jutaan kasus, namun itu tidak menggambarkan bahwa Indonesia lebih sedikit meski hanya melaporkan sekitar 145 ribu kasus.

Statistik dari Our World in Data, sebuah proyek penelitian nirlaba yang berbasis di Universitas Oxford, menunjukkan Indonesia berada di peringkat ke-83 dari 86 negara yang disurvei untuk keseluruhan tes per kapita.

"Kekhawatiran kami belum mencapai puncak, puncaknya bisa datang sekitar Oktober dan mungkin belum selesai tahun ini," kata Iwan Ariawan, ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia.

"Saat ini kami tidak dapat mengatakan bahwa itu terkendali," lanjutnya.

Masalah pengetesan juga tidak luput dari sorotan. Kasus positif yang diklaim oleh pemerintah bertambah setiap harinya, belum tentu menggambarkan bahwa itu ternyata memang kasus positif Covid-19.

Petugas kesehatan di Banjarmasin, Rahmat Januar Nor, mengatakan informasi tentang kasus baru virus corona sering masuk ke kantornya. Namun sayangnya, nama yang diberikan tidak lengkap, nomor telepon tidak aktif atau alamat yang sudah kadaluwarsa, sehingga sulit ditelusuri.

"Kami meminta bantuan para pemimpin desa, tapi pada akhirnya kami tidak menemukan mereka (kontak) hampir sepanjang waktu," kata Nor kepada Reuters.

Ketika mereka mencapai kontak, banyak yang menolak untuk diuji, karena takut mereka akan kehilangan pekerjaan atau dikucilkan di masyarakat.

Masalah di akar rumput itu bisa terus bertambah akibat pemerintah tidak menerapkan lockdown secara menyeluruh. Alasannya ingin menyelamatkan ekonomi.

Sejumlah pejabat seperti Presiden Joko Widodo dan Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan terlihat bangga ketika mengetahui Perekonomian Indonesia menyusut hanya 5,3 persen pada triwulan kedua tahun 2020, jauh lebih sedikit dibandingkan perekonomian di sejumlah negara lainnya.

Tetapi ahli epidemiologi mengatakan mereka khawatir keputusan itu akan merugikan Indonesia dalam jangka panjang, terutama karena sistem kesehatannya tidak memadai untuk mengatasi jika kasus positif terus meningkat.

Kondisi ini diperparah ungkapan pejabat yang mengatakan bahwa pengobatan bisa dilakukan dengan hal-hal yang belum terbukti ilmiah. Misalnya kalung anti-Covid, arak hingga nasi kucing.

Solusi tersebut mencerminkan pendekatan yang tidak ilmiah untuk memerangi virus corona di negara terpadat keempat di dunia, di mana tingkat pengujiannya termasuk yang terendah di dunia.

Namun, Luhut Pandjaitan enggan mempermasalahkan solusi itu. Ia menilai itu adalah kearifan lokal yang jarang dipertimbangkan oleh masyarakat asing.

"Kita bersyukur setelah dua minggu, angka Covid-19 menurun. Gubernur bilang ada herbal daerah, minum arak dari mereka, entah benar, entah tidak yang penting kelihatan turun, saya dukung saja lah," katanya pada Rakerkonas Apindo, Kamis (13/8).

Sebaliknya, dia menilai banyaknya hambatan bukan berarti membuat penanganan Covid-19 diabaikan. Kini, dia mengklaim hasil upaya pemerintah mulai terlihat.

"Saya ingin sampaikan dalam kurun waktu yang singkat setelah tiga bulan kami mengalami tekanan yang begitu besar di dalam Covid-19, sekarang mulai kelihatan kami juga bisa mengendalikan Covid-19 walaupun kami masih sangat berhati-hati untuk menangani ini," katanya.


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kasus Baru Covid-19 di RI Tiba-tiba Naik, Nyaris Tembus 1.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular