
Efek Covid-19, Pertamina Potong Investasi US$ 1,62 M

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero), Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor minyak dan gas bumi (migas), meninjau kembali rencana belanja modal perseroan sebesar 21% atau sekitar US$ 1,62 miliar pada tahun ini dari rencana awal yang dianggarkan sebesar US$ 7,8 miliar.
Emma Sri Martini, Direktur Keuangan Pertamina, mengatakan peninjauan kembali rencana investasi ini dilakukan karena perseroan harus menghemat pengeluaran, terutama di tengah masa pandemi Covid-19 ini.
"Dari sisi capex (belanja modal), kami lakukan revisit (peninjauan kembali). Kami sangat selektif karena harus cash saving (penghematan arus kas) dan meminimalkan cash out (pengeluaran anggaran) di 2020 ini," tutur Emma dalam sebuah diskusi virtual bersama media massa akhir pekan lalu.
Selain rencana pemotongan investasi, perseroan juga akan memangkas biaya operasi sebesar 30% atau sekitar US$ 3 miliar. Sejalan dengan rencana penghematan biaya ini, perseroan pun akan melakukan renegosiasi sejumlah kontrak yang ada saat ini.
Bahkan, perseroan mencari pendanaan ulang (refinancing) hutang jangka panjang guna mendapatkan biaya bunga yang kompetitif. Untuk itu, pada kuartal I tahun ini perseroan telah melakukan refinancing sebesar US$ 0,6 miliar.
"Refinancing hutang jangka panjang dari sisi assets liability management juga kami lakukan," ujarnya.
Meski terdapat sejumlah penghematan, namun menurutnya perseroan tidak akan menghentikan sejumlah proyek besar yang tengah dibangun seperti proyek peningkatan kapasitas kilang yang menjadi bagian dari Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan maupun kilang baru Tuban.
Adapun proyek RDMP dan pembangunan kilang baru tersebut menurutnya tetap ditargetkan mengandung tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) sebesar 30% dari nilai kontrak.
"Meski di tengah Covid, tetap kami memaksimalkan proyek harus tetap berjalan karena apabila dihentikan akan berdampak berkali lipat ke yang lainnya, seperti pengangguran bisa meningkat, proyek terlambat dan lain sebagainya," tuturnya.
Seperti diketahui, Pertamina berencana menambah kapasitas kilang menjadi 1,8 juta barel per hari dari saat ini 1 juta barel per hari dengan kebutuhan investasi hingga sekitar US$ 48 miliar hingga 2027. Proyek kilang tersebut antara lain RDMP Balikpapan, Dumai, Plaju, Balongan, Cilacap, dan kilang baru Tuban. Bahkan perseroan juga berencana membangun kilang berbasis minyak sawit (CPO) atau biasa dikenal biorefinery seperti di Plaju dan Cilacap.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Intip SPKLU Komersial Pertama Pertamina di Fatmawati