
Ternyata RI Jadi Tempat Buangan Pakaian Gagal Ekspor Dunia

Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan pengusaha tekstil mengeluhkan minimnya pengawasan terhadap masuknya barang impor terutama pakaian jadi. Saat ini ada tren negara-negara produsen yang gagal ekspor 'membuang' produknya ke pasar Indonesia. Hal ini lah yang menjadi pemicu tren impor pakaian ke Indoensia selama pandemi covid-19.
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmaja bahkan mengungkapkan bahwa Indonesia menjadi negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia tanpa regulasi safeguard untuk produk garmen.
"Indonesia negara keempat penduduk terbanyak di dunia. Pertama China, kemudian India dan Amerika Serikat, semuanya meregulasi. Even Pakistan dan Brazil pun meregulasi," katanya kepada CNBC Indonesia, Kamis (13/8).
Padahal, regulasi safeguard untuk produk garmen atau pakaian dinilai menjadi proteksi ketat dari ancaman barang sisa ekspor. Jika tidak ada, maka banyak produk impor yang akhirnya masuk ke dalam negeri, bahkan dengan kondisi kualitas di bawah rata-rata.
"Rata-rata garmen ekspor di seluruh dunia pada saat pandemi Covid-19 kemarin banyak barang yang nggak diterima, out of season. Mereka Januari, Februari, Maret jahit untuk summer season. Sekarang begitu dibuka kan musim panas udah berakhir, masuk winter dan barang nggak mungkin nunggu setahun. Mau nggak mau dijual ke negara yang nggak ada proteksinya. Indonesia kan salah satu negara yang impor pakaian jadi belum di-regulate," jelas Jemmy.
Kondisi ini jelas mengkhawatirkan pelaku usaha lokal. Negara-negara yang umumnya maju dengan pendapatan domestik bruto (PDB) tinggi cenderung tidak menerima pakaian untuk musim panas. Apalagi, mereka memiliki regulasi yang memproteksi barang dalam negerinya.
"Semua negara juga kemarin membuang sisa ekspor atau ekspor cancellation. Dibuang ke negara yang cocok musimnya. Kebetulan yang cocok Indonesia," sebut Jemmy.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pakaian Impor Kena Tambahan Bea Masuk, Ini Alasan Sri Mulyani