Ternyata RI Jadi Tempat Buangan Pakaian Gagal Ekspor Dunia

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
13 August 2020 17:57
Pasar CSuasana Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Ibu Kota berdampak pada aktivitas di pasar Jaya salah satunya, di kawasan Pasar Cijantung, Jakarta Timur. 16/6/20, CNBC Indonesia/Tri Susilo

Pantauan CNBC Indonesia dilapangan pada Selasa (16/6/20) mencoba menelusuri seluruh isi pasar, tampak sepi  pembeli.  Salah satu pasar di kawasan Jakarta Timur itu sangat berbeda dibanding hari-hari biasanya yang padat dan ramai. Kali ini tampak sepi. Bahkan kendaraan yang terparkir sangat minim.  

Salah satu pedagang pakaian anak mengatakan, kondisi pasar mulai sepi saat terjadi virus corona. “Ini sangat berimbas pada pendapatan kami. Repot kalau begini terus,”ujarnya.

Menurutnya,  setelah lewat pukul 11.00 WIB, siang hari, sudah sangat kurang orang yang berbelanja di pasar. Dagangan pun tentu aja banyak yang tak laku. Karena itu ia berharap wabah COVID-19  ini bisa cepat selesai.

Yanto, pedagang daging ayam juga merasakan demikian. “ Jam 10 masih numpuk dagangan ini. kami sangat khawatir pak kalau begini terus.,”ujarnya sambal geleng geleng kepala.

Pedagang sayur pun demikian. Munawar seorang  tukang sayur mengatakan, untuk mendapatkan sayur juga sulit. “Kita dapat juga sulit. Jualnya juga sudah sepi pembeli. Aturan jaga jarak dan tidak berpergian ke pasar sangat berdampak. “Jadi kalau enggak laku ya udah jadi risiko,” ungkapnya.  

Penjagaan juga diperketat oleh anggota TNI dan securty pasar untuk, setiap pengunjung yang ingin masuk ke pasar akan dicek suhu dan cuci tangan. 

Untuk kepasar basah (pasar ikan) dipastikan pengunjung memakai masker, peraturan tersebut sudah pasang sebelum masuk pasar basar.

Sebelumnya Seorang pedagang di Pasar Obor Cijantung dinyatakan positif Covid-19 usai jalani rapid test dan swab test Covid-19 pada Jumat (29/5/2020) lalu.

Informasi itu berdasarkan data dari Perumda Pasar Jaya pada Kamis (11/6/2020).

Adapun rapid test dan swab test di Pasar Obor Cijantung pada 29 Mei 2020 lalu diikuti 75 peserta yang terdiri dari pengunjung dan pedagang pasar.

Hasilnya, empat orang reaktif Covid-19 berdasarkan hasil rapid test. Kemudian, dari empat orang itu, seorang pedagang dinyatakan positif Covid-19.

 (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)ijantung (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Pasar Cijantung (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan pengusaha tekstil mengeluhkan minimnya pengawasan terhadap masuknya barang impor terutama pakaian jadi. Saat ini ada tren negara-negara produsen yang gagal ekspor 'membuang' produknya ke pasar Indonesia. Hal ini lah yang menjadi pemicu tren impor pakaian ke Indoensia selama pandemi covid-19.

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmaja bahkan mengungkapkan bahwa Indonesia menjadi negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia tanpa regulasi safeguard untuk produk garmen.

"Indonesia negara keempat penduduk terbanyak di dunia. Pertama China, kemudian India dan Amerika Serikat, semuanya meregulasi. Even Pakistan dan Brazil pun meregulasi," katanya kepada CNBC Indonesia, Kamis (13/8).

Padahal, regulasi safeguard untuk produk garmen atau pakaian dinilai menjadi proteksi ketat dari ancaman barang sisa ekspor. Jika tidak ada, maka banyak produk impor yang akhirnya masuk ke dalam negeri, bahkan dengan kondisi kualitas di bawah rata-rata.

"Rata-rata garmen ekspor di seluruh dunia pada saat pandemi Covid-19 kemarin banyak barang yang nggak diterima, out of season. Mereka Januari, Februari, Maret jahit untuk summer season. Sekarang begitu dibuka kan musim panas udah berakhir, masuk winter dan barang nggak mungkin nunggu setahun. Mau nggak mau dijual ke negara yang nggak ada proteksinya. Indonesia kan salah satu negara yang impor pakaian jadi belum di-regulate," jelas Jemmy.

Kondisi ini jelas mengkhawatirkan pelaku usaha lokal. Negara-negara yang umumnya maju dengan pendapatan domestik bruto (PDB) tinggi cenderung tidak menerima pakaian untuk musim panas. Apalagi, mereka memiliki regulasi yang memproteksi barang dalam negerinya.

"Semua negara juga kemarin membuang sisa ekspor atau ekspor cancellation. Dibuang ke negara yang cocok musimnya. Kebetulan yang cocok Indonesia," sebut Jemmy.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pakaian Impor Kena Tambahan Bea Masuk, Ini Alasan Sri Mulyani

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular