Corona RI Hampir 130.000, Maaf Itu Baru Ketahuan Sebagian

Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
12 August 2020 12:47
A soldier of 14th Regional Military Command/Hasanuddin manning a backhoe takes a break at a cemetery prepared for people who presumably died of COVID-19, in Makassar, South Sulawesi, Indonesia Saturday, June 20, 2020. As Indonesia’s virus death toll rises, the world’s most populous Muslim country finds itself at odds with protocols put in place by the government to handle the bodies of victims of the pandemic. This has led to increasing incidents of bodies being taken from hospitals, rejection of COVID-19 health and safety procedures, and what some experts say is a lack of communication from the government. (AP Photo/Masyudi Syachban Firmansyah)
Foto: AP/Masyudi Syachban Firmansyah

Jakarta, CNBC Indonesia- Kasus corona di Indonesia hampir menembus 130 ribu orang, jumlah tersebut bertambah 1.693 orang dibandingkan dengan kemarin. Angka penyebaran ini bisa dibilang menjadi lampu merah bagi Indonesia, apalagi testing yang dilakukan di Indonesia baru 1/3 dari populasi.

Tim Kajian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair Surabaya Windhu Purnomo mengatakan kasus yang ada di bawah permukaan masih cukup besar. Jika populasi Indonesia mencapai 260 juta orang, maka jumlah tes yang harus dilakukan minimal 1% atau 2,6 juta test. Sehingga jika bisa berhasil menggali semua kasus, kemungkinan kasus yang muncul bisa dua kali lipat dibandingkan angka yang sekarang.

"Tidak usah khawatir dengan besarnya kasus yang akan muncul karena testing yang masif ini, yang penting angka kematian bisa ditekan," kata Windhu kepada CNBC Indonesia, Rabu (12/08/2020).

Dia menilai total kasus yang ada saat yakni hampir 130 ribu orang, tidak menggambarkan kondisi yag sesungguhnya karena jumlah tes yang belum ideal. Jika jumlah tes sudah mencapai 1% dari populasi, barulah angka yang diumumkan bisa menjadi cerminan kondisi sebenarnya penyebaran Covid-19 di Indonesia.

"Karena testing kita masih sepertiga dari yang ideal, ini seperti gunung es. Masih banyak di bawah permukaan yang di bawah permukaan laut masih banyak, dan bisa jadi nanti kita menabrak gunung es itu," katanya.

Sebagai informasi, hingga kemarin Indonesia telah melakukan tes terhadap 998.406 orang. Bila dibandingkan dengan jumlah populasi, jumlah yang dites masih di bawah 0,38%.

Windhu menambahkan Indonesia masih belum mencapai titik puncak atau melewati gelombang pertama jika dilihat dari kurva kasus yang masih fluktuatif. Namun dari kecenderungan kasus di Indonesia masih akan naik, terutama dengan peningkatan tes.

"Kalau dari kasus harian kita belum turun masih naik, kita masih fluktuatif dan cenderung masih naik. Sampai hari ini kita belum mencapai puncak. Jadi belum relevan membicarakan gelombang baru," katanya.

Meski banyak lembaga yang menyampaikan angka prediksi, lonjakan kasus Covid-19 sukar diprediksi dan akan selalu berubah. Windhu mengatakan dari tanda-tanda yang ada sekarang masih ada harapan karena angka kematian semakin menurun, pasien sembuh semakin meningkat, dan lonjakan kasus tidak seperti sebelumnya.

"Artinya kira-kira tidak terlalu jauh kita bisa mencapai puncak asal kita tidak ngegas terus. Saat ini kan kasus masih naik terutama di kota besar. ini harus dijaga," kata Windhu.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Setahun Pandemi Covid-19 RI Dalam Bidikan Lensa

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular