
D-100: Inovasi Pertamina untuk 75 Tahun Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) mencatat dua hal keberhasilannya dalam pengembangan bahan bakar nabati (BBN) yaitu yang pertama berhasil melakukan uji coba produksi Green Diesel D-100 dan kedua adalah persiapan uji coba memproduksi green avtur di Kilang Cilacap akhir 2020.
Dua hal ini seolah menjadi hadiah dari Pertamina untuk HUT RI ke-75 tahun ini. Di mana untuk produksi D-100 tercatat sebanyak 1.000 barel per hari di Kilang Dumai. Kemudian untuk uji coba green avtur ini merupakan bagian dari roadmap pengembangan biorefinery Pertamina dalam rangka mewujudkan green energi di Indonesia.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan dalam uji coba performa melalui road test 200 km, D100 ini dijadikan bahan bakar yang dicampur dengan Solar serta FAME dan terbukti menghasilkan bahan bakar diesel yang lebih berkualitas dengan angka cetane number yang lebih tinggi, lebih ramah lingkungan dengan angka emisi gas buang yang lebih rendah, serta lebih hemat penggunaan bahan bakarnya.
"Terima kasih kepada Pemerintah dan seluruh pihak terkait atas dukungan penuhnya kepada Pertamina. Dari uji coba ini menunjukkan bahwa dari sisi teknis produksi Pertamina sudah siap, selanjutnya kita perlu memikirkan agar sisi keekonomiannya juga dapat tercapai," ujar Nike di Jakarta, mengutip keterangan resmi Pertamina, Jumat (7/8/2020).
Keunggulan D-100 sebagai bahan bakar pertama di Indonesia yang terbuat dari 100% bahan nabati bukan lagi angan-angan. D-100 yang diproduksi Pertamina memiliki spesifikasi Cetane Number yang sangat tinggi, yaitu hingga 79 sehingga diyakini dapat menghasilkan performa kendaraan yang lebih baik sebagai campuran bahan bakar.
Deputy CEO PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Budi Santoso Syarif menjelaskan, dalam uji performa tersebut, bahan bakar yang digunakan adalah campuran D-100 sebanyak 20%, Dexlite sebanyak 50% dan FAME sebanyak 30%.
"Menurut hasil uji lab kami, terukur bahwa angka Cetane Number bahan bakar campuran D-100 pada Dexlite dan FAME yang digunakan tersebut mencapai angka minimal 60 atau lebih tinggi dari bahan bakar diesel yang ada saat ini. Demikian juga hasil uji emisi kendaraan menunjukkan Opacity (kepekatan asap gas buang) turun menjadi 1,7% dari sebelumnya 2,6% saat tidak dicampur dengan D-100," ujarnya.
Budi menambahkan, hasil Uji Performa yang bagus ini juga membuktikan bahwa D-100 yang diproduksi Perdana di Kilang Dumai Pertamina dapat menjawab kebutuhan green energy di Indonesia. Hal ini karena D-100 dibuat dari 100% bahan nabati turunan dari CPO atau kelapa sawit yang banyak terdapat di Indonesia.
Dengan demikian, hal ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo, maka Indonesia dapat mengoptimalkan sumber daya alamnya untuk menciptakan kedaulatan energinya sendiri.
"Ini adalah yang pertama di Indonesia dan hanya sedikit perusahaan yang dapat melakukannya. Kami membuktikan bahwa Pertamina berhasil melakukannya di Kilang Dumai, dengan dibantu oleh Katalis Merah Putih yang merupakan kerjasama Research & Technology Center Pertamina dan Institut Teknologi Bandung (ITB)," imbuhnya.
Saat kunjungan ke Kilang Dumai, dirinya mengatakan bahwa selain Green Diesel saat ini, Pertamina juga tengah mengembangkan bahan bakar nabati (BBN) lain berbahan sawit yaitu Green Gasoline dan Green Avtur.
"Untuk Green Gasoline, Pertamina sudah melakukan uji coba sejak 2018, 2019 dan 2020 di Kilang Plaju dan Cilacap. Namun uji coba tersebut baru mampu mengolah minyak sawit RBDPO sebesar 20%. Sedangkan uji coba mengolah minyak sawit menjadi Green Avtur akan dilakukan di akhir tahun 2020 juga di Kilang Cilacap" ungkapnya.
Menurut Budi, walaupun ujicoba Green Gasoline yang dilakukan Pertamina baru mampu mengolah minyak sawit sebesar 20% namun hal ini adalah yang pertama di dunia mengingat mengolah minyak sawit menjadi Green Gasoline belum pernah dilakukan dalam skala operasional.
Mengolah minyak sawit menjadi green diesel sudah dilakukan juga oleh beberapa perusahaan lain di dunia, namun mengolah minyak sawit menjadi green gasoline belum pernah dilakukan di dunia dan Pertamina adalah yang pertama. Menurutnya karena selama ini hal tersebut masih sebatas skala laboratorium untuk riset.
Seperti yang telah disinggung di atas, Pertamina memang akan membangun Standalone Biorefinery di Cilacap dengan kapasitas 6.000 barel per hari dan Standalone Biorefinery di Plaju dengan kapasitas 20.000 barel per hari. Kedua standalone Biorefinery ini kelak akan mampu memproduksi Green Diesel maupun Green Avtur dengan berbahan baku 100% minyak nabati.
Informasi saja, Pertamina mencatat capaian positif dan memperkuat komitmen inovasi berkelanjutan dengan sukses mengolah Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil (RBDPO) 100% yang menghasilkan produk Green Diesel (D-100) mencapai 1.000 barel per hari di fasilitas existing Kilang Dumai.
Keberhasilan tersebut mendapat dukungan penuh Pemerintah melalui kunjungan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita ke Unit DHDT Refinery Unit (RU) II Dumai Rabu (15/7/2020) sekaligus menerima contoh produk D-100 dari Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati.
Dalam kunjungannya, Menteri Perindustrian RI, Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan bahwa hal ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo untuk mengawal implementasi Program Bahan Bakar Nabati (BBN) dalam rangka mengoptimalkan sumber daya alam yang berlimpah di Indonesia, khususnya kelapa sawit, sehingga akan meningkatkan kesejahteraan para petani.
"Saya mengucapkan selamat kepada rekan-rekan di Pertamina, khususnya di Kilang Dumai yang telah membuktikan bahwa kita mampu. Keberanian yang diambil Pertamina ini luar biasa, prosesnya sejak tahun 2019 sampai hari ini juga sangat cepat. Kita sama-sama bekerja keras untuk meningkatkan kemampuan anak negeri dan Pemerintah akan selalu mengawal Pertamina," pungkasnya.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pertamina Siap Produksi Green Diesel D-100 Pertama di RI