Kata Pengusaha, Ini Biang Kerok PDB Q2 DKI Jakarta -8,22%

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
10 August 2020 11:33
Polisi lalu lintas dan Dishub melaksanakan pengawasan dalam penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jalan Lebak Bulus, Jakarta Selatan (10/4/2020). Polantas dan Dishub menyetop bagi pengendara motor atau mobil yang tidak menggunakan masker dan mengingatkan kewajiban warga untuk memakai masker dan aturan penumpang dalam satu kendaraan. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi PSBB di Jakarta, beberapa waktu lalu (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan pengusaha menilai pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta yang minus 8,22% pada kuartal II-2020 tak lepas dari karakteristik ibu kota yang mengandalkan sektor jasa dalam menopang perekonomian. Demikian disampaikan Ketua Umum DPP Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) DKI Jakarta Sarman Simanjorang kepada CNBC Indonesia, Senin (10/8/2020).

"Kota jasa sangat dipengaruhi pergerakan manusia. Semakin banyak pergerakan manusia di Jakarta, maka terbuka terjadi transaksi ekonomi dan bisnis. Semakin disempitkan, maka ekonomi stagnan," kata Sarman.

Menurut dia, pergerakan manusia adalah bagian yang tidak bisa terpisahkan dari pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta. Jika ada pembatasan, maka secara otomatis transaksi yang terjadi pun kian menyempit.

Hal itu bisa terlihat jelas dari data yang dirilis secara resmi oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Ketimpangan terjadi antara kuartal I dan II. Pada kuartal II konstraksi sangat dalam, yakni -8,22%, padahal di kuartal sebelumnya pertumbuhan ekonomi tumbuh 5,06%.

"Pertumbuhan kuartal I, walau plus, tapi itu ditopang ekonomi tahun sebelumnya. Namun ketika kita masuki Maret itu kan mulai WFH (work from home), pembatasan, kemudian dampak pariwisata paling awal langsung kena misal penerbangan dibatasi untuk turis-turis, hotel kena. Berlanjut terus sampai PSBB (pembatasan sosial berskala besar), perusahaan tutup kecuali 11 sektor. Jadi sangat memukul ekonomi Jakarta," ujar Sarman.

Pekan lalu, BPS merilis tingkat pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020. Perekonomian Indonesia di kuartal II minus 5,32% dibandingkan tahun lalu. Sedangkan PDB Jakarta tumbuh 8,22% alias lebih dalam. Lantas, apa tanggapan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan?



"Sejak awal memang diperkirakan ekonomi Jakarta akan turun lebih dalam daripada nasional di saat krisis, namun juga diperkirakan bahwa saat wabah terkendali maka ekonomi Jakarta termasuk yang akan rebound paling cepat, insyaAllah," tulis Anies di akun Facebook seperti dikutip CNBC Indonesia, Rabu (5/8/2020).

"Kita memang sedang menghadapi tantangan besar, insyaAllah, tidak jadi berat. Sebabnya adalah krisis kesehatan, dampaknya adalah krisis ekonomi. Maka, kita harus disiplin membereskan sumber masalahnya, yaitu pandemi Covid-19."

Oleh karena itu, Anies mengajak masyarakat ibu kota berbagi tugas. 

Rakyat diminta Anies menjalankan 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak) kapan pun, saling mengingatkan untuk disiplin.

Sedangkan Pemprov DKI Jakarta mengerjakan 3T (testing, tracing, treatment), serta peningkatan kapasitas RS dan penegakan aturan pembatasan sosial, juga perlindungan sosial bagi mereka yang paling rentan.

"Ayo kita disiplin. Kita sama-sama berjuang bereskan penyebabnya supaya dampaknya bisa dikendalikan. Jangan salah fokus, bereskan dulu akarnya dengan serius hingga tuntas!," tulis Anies.

"InsyaAllah kita akan bisa melewati ujian ini. Semoga Allah rahmati kota Jakarta dan lindungi kita semua."


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada DKI, Ini 10 Daerah dengan Pertumbuhan Ekonomi Tertinggi!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular