
Hilmi Panigoro: Blok Masela Tak Tepat untuk Medco!

Jakarta, CNBC Indonesia - Royal Dutch Shell Plc (Shell) akan cabut dari Lapangan Abadi, Blok Masela, yang merupakan investasi terbesar semenjak Indonesia merdeka yaitu US$ 22 miliar atau sekitar Rp 288 triliun sampai 2027. Saat ini sudah ada 32 calon yang berminat untuk menggantikan Shell di Blok Masela.
Apakah perusahaan energi lokal berminat, seperti Medco?
Menanggapi hal ini Direktur Utama Medco Energi Hilmi Panigoro menyebut Blok Masela tidak tepat untuk Medco. Hal ini dikarenakan produksinya masih lama, dan masih banyak kesempatan lain yang jauh lebih menarik daripada proyek ini.
"Menurut saya Blok Masela tidak tepat untuk Medco. Karena laut dalam dan monetisasinya masih lama. Masih banyak opportunity lain yang jauh lebih menarik," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Jumat, (07/08/2020).
Plt. Direktur Jenderal Migas Ego Syahrial mengatakan saat ini sedang proses open data, sudah ada 32 calon yang berminat untuk mengganti Shell di Blok Masela.
"Lagi proses open data, ada 32 calon yang sedang dalam proses open data. Tentunya pemerintah kita cari yang kompeten ya terbaik aja," kata Ego di Kantor Kementerian ESDM, Rabu, (05/08/2020).
Ego menyebut perusahaan yang akan masuk dipastikan adalah perusahaan besar. Namun sayangnya ia tidak mau menyebut apakah perusahaan tersebut dari dalam atau luar negeri dan siapa saja perusahaan yang berpotensi menggantikan.
"Kita nggak tahu apakah dalam dan luar negeri cuma kalau kita bicara 32 mengerti lah. Artinya kalaupun ada yang dalam negeri mungkin berapa biji. Siapa yang besar-besar Pertamina, Medco," jelasnya.
Ia memastikan meskipun Shell tidak ada di dalam proyek Abadi ini, proyek ini akan tetap berjalan. "Ya tentunya tujuan pemerintah bagaimana tetap jalan 2027 gas ini, gitu saja deh," ucapnya.
Shell melalui Shell Upstream Overseas memiliki saham partisipasi Lapangan Abadi, Blok Masela, Laut Arafuru, Maluku, sebesar 35%. Sedangkan sisanya dimiliki oleh Inpex via Inpex Masela sebanyak 65%. Dari blok itu ditargetkan produksi LNG 9,5 juta ton.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Benarkah Shell Hengkang dari Investasi Migas Terbesar RI?