
Sederet Fakta Penyebab Ekonomi RI Drop 5,32% Kuartal II-2020

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2020 minus 5,32%(year on year/yoy). Dari 17 sektor lapangan usaha yang menopang perekonomian Indonesia, hanya tujuh sektor yang masih bisa tumbuh.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, dari tujuh sektor yang tumbuh itu bahkan hampir semuanya melambat kecuali sektor informasi dan komunikasi yang tumbuh signifikan 10,88% (yoy). Sedangkan 10 sektor lainnya mengalami kontraksi.
Adapun yang mengalami kontraksi terdalam adalah sektor transportasi dan pergudangan hingga minus 30,84% (yoy). Dimana pada kuartal II-2019 masih bisa tumbuh 5,88%.
"Dampak Covid-19 luar biasa besar ke sektor transportasi karena adanya pembatasan sosial dan work from home, study from home dan sebagainya. Dan Idul Fitri juga nggak ada mudik sehingga sektor ini kontraksi paling dalam 30,84%," ujarnya melalui konferensi pers virtual, Rabu (5/8/2020).
Disektor ini yang mengalami pukulan terbesar adalah moda transportasi udara hingga minus 80,23% dan angkutan rel minus 63,75%. Kemudian pergudangan dan jasa lainnya juga minus 38,69%.
"Jadi lapangan usaha transportasi dan pergudangan mengalami kontraksi di semua moda," jelasnya.
Kontraksi terdalam kedua adalah sektor akomodasi dan makan minum yang tercatat minus 22,02% (yoy) dibandingkan tahun lalu tumbuh 5,53%. Hal ini disebabkan oleh turunnya jumlah wisatawan asing maupun domestik yang berlibur di Indonesia.
"Dengan ditutup berbagai tempat rekreasi dan hiburan berimbas tadi tidak hanya sepi pengunjung hotel dan juga restoran sehingga makan minum kontraksi. Dampak Covid juga mengubah pola konsumsi masyarakat dan makan di luar jadi nggak populer," jelasnya.
Selanjutnya, kontraksi terdalam lainnya adalah sektor industri pengolahan yang minus 6,19%, perdagangan minus 7,57% dan sektor konstruksi minus 5,39% serta pertambangan minus 2,72%.
Industri pengolahan terkontraksi disebabkan oleh industri alat angkutan yang mengalami kontraksi 34,29%. Kontraksi alat angkutan ini karena penurunan produksi mobil dan sepeda motor yang cukup tajam sebagai dampak pandemi Covid-19.
Kemudian sektor perdagangan terkontraksi diakibatkan penurunan penjualan mobil dan sepeda motor yang sangat tajam di kuartal II. Selain itu, terjadi banyak penutupan gerai penjualan akibat kebijakan PSBB yang dilakukan demi meminimalisir penyebaran Covid-19.
Sektor konstruksi mengalami kontraksi juga diakibatkan kebijakan PSBB yang membuat keterlambatan dan penundaan sejumlah proyek infrastruktur. Selain itu juga menurunnya komponen bahan baku impor untuk aktivitas konstruksi.
Berikut kinerja lapangan usaha di kuartal II-2020:
- Industri pengolahan -6,19%
- Pertanian 2,19%
- Perdagangan -7,57%
- Konstruksi -5,39
- Pertambangan -2,72
- Infokom 10,88%
- Jasa Keuangan 1,03%
- Adm Pemerintahan -3,22%
- Transportasi & Pergudangan -30,84%
- Jasa Pendidikan 1,21%
- Real Estat 2,30%
- Akomodasi & Makan Minum -22,02%
- Jasa Lainnya -12,60%
- Jasa Perusahaan -12,09%
- Jasa Kesehatan 3,71%
- Pengadaan Listrik & Gas -5,46%
- Pengadaan Air 4,56%
(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hati-hati, Ekonomi RI Kuartal III Bisa Minus Lagi!