
Ini Penjelasan Kemendikud Soal Sekolah Tatap Muka, Simak!

Jakarta, CNBC Indonesia - Wabah virus corona (COVID-19) yang sudah menginfeksi sekitar 17,5 juta orang di seluruh dunia per Jumat (31/7/2020) ini, telah mengubah cara hidup orang-orang. Salah satunya adalah dalam bidang pendidikan.
Semenjak corona mewabah, kegiatan belajar mengajar tidak lagi dilakukan dengan tatap muka atau secara langsung di ruang kelas. Tapi, dialihkan secara online atau dari jarak jauh.
Aturan belajar jarak jauh utamanya diberlakukan di zona merah COVID-19. Sayangnya, sistem belajar jarak jauh telah membuat banyak orang mengalami kesusahan, hingga kesulitan untuk beradaptasi.
Namun, kini ada kabar baik. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dikabarkan akan segera mengizinkan sekolah di luar zona hijau untuk menggelar kegiatan belajar mengajar secara tatap muka. Meski demikian, tetap akan ada batasan-batasan tertentu.
Hal tersebut dikemukakan Ketua Satgas COVID-19 Doni Monardo dalam konferensi pers melalui video conference usai rapat terbatas, Selasa (28/7/2020).
"Untuk pembelajaran jarak jauh, Mendikbud [Nadiem Makarim] sudah melakukan langkah-langkah dan mungkin tak lama lagi akan diumumkan selain zona hijau, daerah bisa belajar tatap muka terbatas," kata Doni.
Sebagai informasi, kegiatan sekolah secara tatap muka saat ini hanya berlaku bagi sekolah yang berada di zona hijau dan merupakan siswa sekolah menengah (SMA). Kegiatan ini pun masih dilakukan secara terbatas.
"Beberapa daerah yang berinisiatif melakukan radio panggil oleh guru, tidak ada rotan akar pun jadi. Ini kreativitas di masyarakat, apresiasi setiap pihak sehingga kegiatan belajar mengajar tetap berlangsung," jelasnya.
Sebelum ini, kegiatan belajar dari jarak jauh telah dilakukan selama beberapa bulan terakhir. Sayangnya, banyak orang tua siswa yang mengeluh di media sosial soal soal skema pembelajaran jarak jauh atau sekolah online yang diterapkan Kemendikbud tersebut.
Menurut sebagian orang tua, melakukan sekolah online cukup merepotkan, apalagi sebagian tugas sekolah yang diberikan terlalu berat dan guru tidak bisa memberikan bimbingan ke siswa.
Dari sisi pengajar, mereka juga ternyata punya keluhan. Sebagaimana disampaikan Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Supardi, mereka menyadari tidak semua orang tua siswa bisa menyediakan perlengkapan belajar jarak jauh yang memadai bagi anak-anak mereka.
Selain itu, di era normal baru (new normal) saat ini, banyak orang tua yang sudah kembali bekerja dan tidak bisa memantau pelajaran anaknya.
"Pembelajaran jarak jauh daring baik dari sekolah yang belum terjangkau maupun yang sudah terjangkau tidak semua orang tua peserta didik punya fasilitas pembelajaran daring," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (28/7/2020).
"Apalagi sekarang orang tua sudah mulai kerja, anak tidak ada yang mengawasi sehingga kadang ada juga anak yang mereka di pasar, di mal, bukan belajar. Kalau memungkinkan memang daerah hijau (bebas corona), tapi apa semua tinggal di daerah hijau?" lanjutnya.
Ia pun menyarankan agar sekolah yang akan menggelar tatap muka, untuk tetap menerapkan protokol kesehatan, memantau kebersihan toilet, air bersih, dan menyediakan masker cadangan. Selain itu, ia juga mengimbau agar sekolah-sekolah menyiap siagakan unit kesehatan yang bekerja sama dengan Puskesmas, dan pemerintah harus membantu memastikannya, katanya.
"Tidak semua sekolah siap, apalagi yang kecil-kecil. Maka pemda perlu turun tangan mengecek kelengkapannya. Kami sepakat efektivitas pembelajaran jarak jauh daring harus diperbaiki," terangnya.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Surat Edaran! Guru Diminta Tak Libur-Cuti, Rapor Diundur