
Di China, Bayar Rp 3 Jutaan Bebas Terbang ke Mana Saja Lho

Jakarta, CNBC Indonesia - Para stakeholder diĀ China melakukan apa saja agar dapat menghidupkan kembali industri pascadihantam gelombang pandemi Covid-19. Belum lama ini, beberapa maskapai penerbangan Negeri Tirai Bambu menawarkan penerbangan dengan tawaran yang menggiurkan.
Pada Selasa (28/7/2020), China Southern Airlines menambah daftar maskapai penerbangan yang menawarkan penerbangan murah atau all-you-can-fly yang bertujuan menghidupkan kembali industri ini.
China Southern Airlines membanderol paket all-you-can-fly seharga 3.699 yuan atau setara dengan Rp 7,7 juta (asumsi Rp 2.081/yuan) yang dapat digunakan hingga Januari mendatang.
Laporan AFP menyatakan jika setidaknya ada delapan maskapai penerbangan China yang meluncurkan skema serupa.
Dua hari setelah meluncurkan penawaran untuk penerbangan domestik tidak terbatas pada 13 Juli, maskapai Lucky Air mengumumkan mereka telah mencapai kapasitas untuk tiket bulanan dan musiman untuk individu.
Kesepakatan yang berlaku per bulan dan tahunan dibanderol mulai dari 1.588 yuan atau setara dengan Rp 3,3 juta untuk penerbangan tanpa batas selama 31 hari per orang.
Lucky Air mengatakan memiliki rencana untuk menjual lebih banyak paket seperti itu di masa depan.
Senada dengan Lucky Air, maskapai seperti Spring Airlines membuat paket untuk anak-anak yang bepergian dengan orang tua mereka, serta China Eastern menghadirkan paket penerbangan akhir pekan tanpa batas.
Bahkan beberapa operator bekerja sama, seperti Qingdao Airlines, Okay Airways, dan Ruili Airlines berkolaborasi untuk paket penerbangan akhir pekan tanpa batas.
Maskapai lain, seperti Juneyao Air meluncurkan paket 888 yuan atau Rp 1,8 juta untuk perjalanan tanpa batas, dan memungkinkan penumpang untuk menaikkan tiket kelas ekonomi mereka tanpa biaya tambahan.
Ekonomi China telah pulih secara bertahap sejak munculnya pandemi Covid-19. Administrasi Penerbangan Sipil China (CAAC) pada Jumat (24/7/2020) lalu mengatakan penerbangan harian telah kembali ke sekitar 80 persen. Padahal pada April lalu, perjalanan penumpang turun 68,5%.
Sebelumnya, industri penerbangan negara itu kehilangan 34,25 miliar yuan pada kuartal kedua tahun ini, menurut laporan CAAC. Ini setelah Beijing mengambil langkah drastis untuk mengendalikan penyebaran virus corona.
Ketika virus mulai bergerak secara global, pemerintah di seluruh dunia mulai membatasi perjalanan dari negara-negara berisiko tinggi. Pada Maret, China secara dramatis memotong rute penerbangan dan menutup pintu negara pada sebagian besar orang asing yang ingin kembali.
China, yang awalnya merupakan episentrum awal penularan dengan kasus terjangkit paling tinggi di dunia, kini berada di posisi ke-27 dengan 83.959 kasus positif, 4.634 kematian, dan 78.934 pasien berhasil sembuh, menurut data Worldometers.
(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kasus Covid-19 di RI Bertambah 802 Hari ini, DKI Terbanyak!
