Selain AS & China, RI Cari Negara Lain Kembangkan Rare Earth

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
27 July 2020 14:53
Rare earth element atau yang juga dikenal dengan sebutan logam tanah jarang (LTJ) . (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Rare earth element atau yang juga dikenal dengan sebutan logam tanah jarang (LTJ) (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC IndonesiaLogam tanah jarang (LTJ) atau rare earth element (RRE) menjadi topik perbincangan beberapa waktu belakangan. Salah satu pemicu adalah pertemuan antara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jenderal TNI (Purn) Luhut Pandjaitan dan Menteri Pertahanan Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto.

Salah satu poin dalam perbincangan itu adalah pengembangan LTJ untuk kepentingan produksi alat utama sistem persenjataan (alutsista).

Dalam sebuah webinar yang digelar Kemenko Marves, Sabtu (25/7/2020), Luhut mengungkapkan sejumlah negara sudah siap berinvestasi untuk mengembangkan LTJ. Negara-negara itu antara lain Amerika Serikat (AS) dan China.

"Ini kita juga memang dilematis, karena rare earth kan paling banyak diproduksi di Tiongkok, Amerika sendiri begitu di-banned oleh Tiongkok itu kelabakan juga. Nah investor yang paling cepet sekarang itu Tiongkok. Nah kalau kita semua kasih Tiongkok nanti semua mental," kata Luhut.

"Jadi kita ya memelihara ekuilibrium kita cari investor, apakah Amerika mau, kita coba atau yang lain," lanjutnya.

Mencari investor, imbuh Luhut, tidak sesederhana seperti yang orang lain pikirkan. Sebab, investor yang dipilih juga harus sesuai dengan kepentingan nasional.



"Jadi kita harus melihat national interest kita, tidak sekadar hanya terima orang datang investasi, tidak begitu ceritanya. Ada perhitungan strategi kita, pertimbangan geopolitik, sebelum memutuskan itu dan seberapa banyak yang akan kita berikan, nggak akan kita berikan semua," kata Luhut.

Sejumlah pihak di Tanah Air pun sedang mengkaji potensi kekayaan LTJ. Direktur Utama PT Timah Riza Pahlevi mengatakan pihaknya saat ini sedang mengevaluasi dan akan menghitung besaran jumlah cadangan.

"Lagi kita evaluasi kita siapkan, kita punya pilot project plan, nanti kita lagi mulai lihat mau hitung jumlah cadangannya berapa. Nanti kita akan kembangkan ke skala komersial," ungkapnya saat ditemui selepas rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Selasa, (30/06/2020).

Tanah jarang ini banyak di temukan di daerah yang menghasilkan timah, seperti di Bangka Belitung. Saat dikonformasi ke Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosma Djohan, ia mengaku sudah bertemu dengan Prabowo perihal potensi besar tanah jarang ini.

"Ini adalah mineral-mineral yang sangat memiliki potensi untuk ketahanan negara kita," ujar Erzaldi ditemui di gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta, Jumat (10/7/2020).

"Alhamdulillah dengan Pak Prabowo sudah menindaklanjuti ke Pak Presiden dan kita tunggu nanti kebijakan dari pemerintah," lanjutnya.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Luhut, Prabowo & Mineral Berharga Bernama Rare Earth

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular