Internasional

Arab Saudi, Raja Minyak yang Kini Harus Berutang & Jual Aset

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
23 July 2020 08:13
Residence of Saudi Arabia's Consul General Mohammad al-Otaibi is pictured in Istanbul, Turkey October 10, 2018. REUTERS/Murad Sezer
Foto: Suasana tempat tinggal Konsul Jenderal Arab Saudi Mohammad al-Otaibi di Istanbul, Turki 10 Oktober 2018. (REUTERS / Murad Sezer)

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Arab Saudi Mohammed al-Jadaan dilansir menyanpaikan Pemerintah Arab Saudi bakal menjual aset yang dimilikinya di sektor-sektor yang sebelumnya tidak dipertimbangkan untuk di-privatisasi.

Sektor tersebut di antaranya kesehatan dan pendidikan. Ia menyebut privatisasi setidaknya bakal meraup US$ 50 miliar dalam 5 tahun ke depan, dilansir Reuters, Rabu (22/7/2020).


Arab Saudi tengah mengalami resesi yang tajam tahun ini, dampak pandemi virus Covid-19. Anjloknya harga minyak juga membuat pendapatan minyak jeblok.

International Monetary Fund (IMF) memperkirakan terjadinya kontraksi hingga 6,8% tahun 2020 ini. Namun Jadaan mengatakan kontraksinya bisa lebih rendah dari angka tersebut.

Arab Saudi telah melipatgandakan pajak pertambahan nilai menjadi 15% bulan ini karena berupaya meningkatkan kas negara.

Arab Saudi telah mengumpulkan US$ 12 miliar melalui obligasi internasional sejauh ini. "Dan akan meningkatkan penerbitan utang lokal dibandingkan dengan rencana aslinya," kata Jadaan.



IMF pernah menyebut wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara bakal turun ke titik terendahnya selama 50 tahun, karena Covid-19 dan rendahnya harga minyak.

Pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut diperkirakan minus 5,7% bahkan bisa minus 13% apabila ada konflik yang muncul di negara tersebut. Angka ini lebih rendah 2,4% dibanding prediksi IMF sebelumnya pada April 2020.

Hancurnya ekonomi dua wilayah ini akan membuat tingkat kemiskinan dan pengangguran meningkat. Sementara dari sisi fiskal, bakal membuat defisit dan utang membengkak.

"Wilayah ini menghadapi krisis lebih, tidak seperti wilayah lain. Ada dua tekanan yang menghantam ekonomi wilayah ini," ujar Direktur IMF untuk Timur Tengah dan Asia Tengah, Jiad Azour, dilansir dari AFP, Senin (13/7/2020).

Sejumlah negara di Timur Tengah memberlakukan aturan lockdown untuk menekan penyebaran virus corona, kebijakan ini makin menekan aktivitas ekonomi.

Sebagaimana diketahui, harga minyak jatuh hingga duapertiga, karena pergerakan ekonomi dunia yang terhambat penyebaran virus corona. Saat ini harga minyak pulih ke kisaran US$ 40/barel.

Negara eksportir minyak di wilayah ini memprediksi adanya kerugian pendapatan mencapai US$ 270 miliar karena penurunan harga minyak


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waduh! Raja Salman Masuk Rumah Sakit, Ada Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular