Internasional

Game of Thrones Saudi! Raja Salman Sakit, Kursi Tahta Panas

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
21 July 2020 17:35
FILE PHOTO: Saudi Arabia's King Salman bin Abdulaziz Al Saud, attends a banquet hosted by Shinzo Abe, Japan's Prime Minister, at the prime minister's official residence in Tokyo, Japan, Monday, March 13, 2017.  To match Insight SAUDI-POLITICS/KING REUTERS/Tomohiro Ohsumi/Pool/File Photo
Foto: Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud (REUTERS/Tomohiro Ohsumi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pengguna Twitter diĀ Arab Saudi memanas. Mereka menuduh mantan putra mahkota, Pangeran Muhammad bin Nayef bin Abdulaziz Al Saud melakukan korupsi.

Kasus ini terkait juga dengan kasus hukum ajudannya, Saad al-Jabri. Ia merupakan mantan pejabat intelijen.

Ribuan akun Twitter menulis tagar "Saad al Jabri yang buron" dan "korupsi Saad al Jabri" selama akhir pekan lalu. Salah satu akun profil dengan lebih dari 1,2 juta pengikut, Al Radaa al Saudi yang pro-pemerintah mencuit "Mohammed Bin Nayef memungkinkan jaringan korupsi yang dijalankan oleh al-Jabri untuk beroperasi".

Seorang diplomat mengatakan tweet itu membuka jalan bagi pemerintah Saudi untuk menuduh Muhammad bin Nayef terlibat dalam dugaan korupsi di Jabri.

Senada dengan diplomat tersebut, dua sumber Saudi yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan hal tersebut adalah kampanye untuk mendiskreditkan Muhammad bin Nayef, sebab kini Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS) sedang berusaha menyingkirkan saingan dalam menggantikan posisi Raja Salman.

Peristiwa ini terjadi setelah Raja Arab Saudi yakni Raja Salman bin Abdulaziz dirawat di rumah sakit King Faisal di ibu kota Riyadh akibat menderita peradangan pada kantung empedu atau kolesistitis.

Dua sumber Saudi tersebut juga mengatakan kampanye oleh pengguna Twitter yang merupakan pro-pemerintah jelas bertujuan menggoyang opini publik menjelang pengumuman dugaan tuduhan korupsi terhadap Muhammad bin Nayef.

"Mereka telah menyiapkan dokumen melawannya sejak Maret," kata salah satu sumber, dikutip dari Reuters, menambahkan bahwa mereka yang berada di balik kampanye Twitter ingin "mencoreng citranya di dalam negeri".

Sumber kedua Saudi mengatakan kampanye jelas mendapat dukungan pemerintah sejak warga Saudi yang dekat dengan putra mahkota MBS memperkuat tweet-tweet tersebut.

Sebelum dipecat, Muhammad bin Nayef dipandang sebagai saingan paling signifikan untuk menggantikan raja. Ia sempat mengendalikan pasukan keamanan negara, mengembangkan hubungan dekat dengan agen-agen intelijen Barat dan tetap populer di kalangan konservatif yang kini dikesampingkan oleh putra mahkota MBS.

Pemerintah Saudi menahan Muhammad bin Nayef pada Maret. Ia ditahan bersama dua bangsawan senior lainnya di lokasi yang dirahasiakan. Jabri berada di pengasingan di Kanada, sementara dua anaknya yang sudah dewasa juga ditahan oleh otoritas Saudi pada Maret.

Putra Jabri, Khalid, mengatakan dalam sebuah pesan teks kepada Reuters bahwa kampanye Twitter adalah "penyimpangan dari kisah aktual: penyanderaan saudara dan saudari saya, penganiayaan yang tidak sah dan tuduhan palsu".

Pada Juni lalu, beberapa sumber Saudi mengatakan kepada Reuters bahwa MBS sedang berupaya untuk mengajukan tuntutan terhadap Muhammad bin Nayef terkait dengan tuduhan korupsi selama ia menjabat di kementerian dalam negeri. MBS juga dikatakan menginginkan dokumen-dokumen yang dapat diakses oleh Jabri.

Penghukuman terhadap Muhammad bin Nayef adalah serangkaian tindakan yang baru untuk mengkonsolidasikan kekuatan MBS dalam keluarga Al Saud, untuk menghilangkan tantangan sebelum dapat menggantikan Raja Salman.

Pada Minggu (19/7/0202) kemarin, beberapa surat kabar Saudi yang berpengaruh membawa laporan Wall Street Journal pada Jumat (17/7/2020), mengutip pejabat Saudi dan dokumen pemerintah yang mengatakan bahwa Jabri memimpin jaringan pejabat dan menyalahgunakan US$ 11 miliar dana kementerian dalam negeri selama Muhammad bin Nayef menjabat.

Putra Jabri, Khalid, sangat membantah laporan jurnal itu, mengatakan bahwa ayahnya tidak pernah mengendalikan dana itu, menambahkan jika Muhammad bin Nayef "memiliki kebijakan tunggal dan penuh" atas hal itu "dengan mandat yang jelas dan tidak perlu dari Raja Abdullah."

Namun tidak dapat dikonfirmasi secara independen siapa yang mengendalikan dana tersebut.

Sumber Saudi pertama mengatakan para pembantu MBS "mempercepat kampanye" melawan Muhammad bin Nayef dan Jabri menjelang pemilihan presiden AS November jika Presiden Donald Trump, yang secara terbuka menyuarakan dukungan untuk MBS, kalah.

Lawan Trump, calon nominasi Demokrat Joe Biden, telah mengambil sikap lebih keras terhadap MBS. Bahkan berjanji untuk membuatnya "membayar harga" untuk pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi pada 2018 dan mengakhiri penjualan senjata ke Arab Saudi.

Twitter telah menjadi alat favorit Saud al-Qahtani, mantan pembantu MBS, yang mengelola pusat media pengadilan kerajaan dan membentuk pasukan elektronik yang bertugas melindungi citra kerajaan dan menyerang musuh-musuhnya secara online.

Qahtani dipecat pada 2018 karena diduga terlibat dalam pembunuhan Khashoggi dan diselidiki tetapi tidak didakwa. Beberapa sumber mengatakan kepada Reuters bahwa ia tetap berada di lingkaran putra mahkota.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ada Apa dengan Arab? Raja Salman Kembali Pecat Pejabat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular