
Bukan Negara Miskin, Utang Luar Negeri RI Tak Ditangguhkan

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pekan lalu negara-negara G20 melakukan pertemuan secara virtual. Dalam pertemuan ini ada banyak hal yang dibahas dan salah satunya adalah mengenai kondisi utang negara-negara anggota.
Menurutnya, dalam pertemuan virtual tersebut, G20 sepakat untuk melanjutkan pemberian keringanan pembayaran utang luar negeri kepada negara-negara anggotanya yang terdampak Covid-19.
Adapun negara anggota yang mendapatkan keringanan ini adalah negara-negara miskin atau berpendapatan rendah (low income) yang tidak sanggup lagi membayar utangnya.
Namun, dalam hal ini Indonesia tidak termasuk. Sebab, Indonesia sekarang sudah masuk dalam negara berpendapatan menengah ke atas (upper middle income).
"Karena adanya Covid-19, maka banyak negara terutama negara low income country yang dia kemudian defisitnya harus melonjak. Sama seperti Indonesia yang defisitnya melonjak. Namun beda dengan posisi Indonesia, yang low income country ini mungkin utangnya sudah sangat tinggi dan tidak mampu membiayai lagi," ujarnya, Senin (20/7/2020).
Lanjutnya, pembahasan rencana penangguhan utang dari negara miskin ini dilakukan dengan negara maju yang biasanya memberikan pinjaman. Negara tersebut adalah Amerika Serikat (AS), Eropa hingga Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional.
"Dibahas mengenai bagaimana membantu negara miskin yang utangnya sudah sangat besar dan tertimpa Covid-19, untuk diberikan penangguhan atau moratorium terhadap utang mereka," jelasnya.
Bendahara negara ini menjelaskan, saat ini semua negara anggota G20 juga diminta untuk transparan mengenai utang dan kondisi keuangannya. Dengan demikian, bisa diketahui negara mana yang harus mendapatkan penangguhan utang
"Sehingga kalau ada satu negara mendapatkan penangguhan utang, maka semua krediturnya harus sama-sama menanggung. Ini persoalan yang dibahas lebih kepada kepentingan kreditur yang bermacam-macam. Ada negara barat, RRT, atau negara lainnya. Itu mereka harus bersama-bersama," kata dia.
"Ini sedang digodok, negara-negara ini memang bebannya sangat besar sekali dan mereka tidak pernah naik dari low income. Ini salah satu concern dunia, karena kita mengharapkan banyak negara bisa mengejar ketertinggalannya. Sehingga mereka bisa menjadi negara yang sejahtera atau middle income atau bahkan high income," tegasnya.
(dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Anggaran Pemulihan Ekonomi Sudah Disebar Rp 579 T