Ekonomi RI Boleh Minus, Tapi Negara Lain Lebih Parah!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
20 July 2020 16:23
Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam acara Peluncuran Penjaminan Kredit Modal Kerja UMKM Dalam Rangka Pemulihan Ekonomi Nasional (Tangkapan Layar Youtue Kemenkeu)
Foto: Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam acara Peluncuran Penjaminan Kredit Modal Kerja UMKM Dalam Rangka Pemulihan Ekonomi Nasional (Tangkapan Layar Youtue Kemenkeu)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia memang kemungkinan besar bakal mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif. Namun kontraksi ekonomi Tanah Air jauh lebih landai ketimbang negara-negara lain.

"Beberapa negara yang sudah membuka kembali menutup seperti di Australia, Inggris, dan Eropa termasuk Barcelona. Negara bagian di Amerika Serikat (AS) mengalami hal yang sama. Struggle atau upaya mengendalikan Covid-19 agar tidak terjadi second wave menyebabkan ekonomi yang dalam," papar Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan, dalam konferensi pers Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020, Senin (20/7/2020).

Sri Mulyani memaparkan ekonomi Indonesia diramal terkontraksi -3,4% year-on-year (YoY) pada kuartal II-2020 berdasarkan proyeksi Bloomberg per 1 Juli. Kecuali China yang mampu tumbuh 3,2% YoY, berbagai negara-negara Asia lainnya diperkirakan mengalami kontraksi lebih parah.

Malaysia, misalnya, diperkirakan mengalami kontraksi sampai -8,4%. Singapura lebih parah, kontraksinya mencapai -12,6% YoY.

Demikian pula di negara-negara maju. Ekonomi AS diperkirakan terkontraksi sampai -10,4% YoY sementara Prancis bisa mengkerut hingga -19,6% YoY.

growthKementerian Keuangan

Sri Mulyani mengungkapkan proyeksi terbaru pemerintah untuk ekonomi kuartal II-2020 adalah -5,08% hingga -3,54% dengan titik tengah 4,3%. Namun periode ini diperkirakan menjadi titik nadir, karena pada Juni sudah ada sinyal pemulihan.

"Juni ada pembaikan karena berbagai negara terjadi pemulihan aktivitas ekonomi. PMI (Purchasing Managers' Index) ada perbaikan, beberapa negara sudah di atas 50. Harga komoditas perbaikan, minyak stabil di atas US$ 40/barel, CPO (minyak sawit mentah) dan batu bara ada perbaikan," papar Sri Mulyani.

Demikian pula di pasar keuangan. Sri Mulyani menyebut imbal hasil (yield) obligasi turun dan nilai tukar rupiah semakin stabil, bahkan ada apresiasi.

Oleh karena itu, ekonomi Indonesia pada 2020 masih berpeluang untuk tumbuh positif. Sri Mulyani menyebut perkiraan pemerintah untuk ekonomi sepanjang 2020 berada di kisaran -0,4% sampai 1% YoY.


(aji/aji)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Masih Resesi, Ekonomi RI Q1 Diramal Tumbuh -1% Hingga -0,1%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular