Penjualan Mobil Meroket 244%, Jangan Girang Dulu Ya!

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
16 July 2020 15:37
Sales marketing menawarkan produk mobil di Tunas Daihatsu Tebet, Jakarta, Selasa (16/6). Pandemi corona membuat angka penjualan mobil di Indonesia mengalami penurunan drastis. Penjualan mobil bulan lalu anjlok hingga 95 persen bila periode yang sama tahun 2019.
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang diperoleh detikOto dari PT Astra International Tbk, pada bulan kelima tahun 2020, industri otomotif hanya mampu mengirim 3.551 unit mobil baru. Angka ini merosot 95 % dibanding bulan Mei 2019, di mana saat itu mencapai 84.109 unit. Angka ini merupakan penjualan berupa wholesales atau distribusi dari pabrik ke dealer. Seperti diketahui, banyak pabrik otomotif di Indonesia yang berhenti produksi sementara di tengah pandemi COVID-19. Wajar jika distribusinya pada Mei 2020 anjlok drastis. Adapun mengatasi penurunan banyak pabrikan otomotif  menawarkan paket penjualan khusus demi mendongkrak penjualan. Rendi selaku supervisor di Tunas Daihatsu Tebet mengatakan
Foto: Penjualan Kendaraan (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada bulan Juni penjualan mobil (passenger car) di dalam negeri sangat membaik dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Namun risiko tinggi yang datang dari belum berakhirnya pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) masih menjadi ancaman bagi penjualan mobil domestik ke depan.

Data GAIKINDO mencatat penjualan mobil penumpang Juni 2020 mengalami kenaikan sampai hampir 3  kali lipat dibandingkan Mei 2020. Penjualan Juni tercatat 7.452 unit, naik dari Mei 2020 yang hanya 2.165 unit, atau naik 244%.

Penjualan mobil mulai anjlok sejak bulan April. Maklum di bulan tersebut, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mulai diterapkan di berbagai wilayah Tanah Air. Penurunan mobilitas yang signifikan membuat permintaan terhadap kendaraan bermotor terutama roda empat mengalami penurunan.

Meski membaik di bulan lalu, pertumbuhan volume penjualan mobil masih mengalami kontraksi sebesar -83% (yoy). Secara kumulatif GAIKINDO mencatat penjualan mobil di semester I-2020 mencapai 199.145 unit, atau turun 46% dibanding periode yang sama tahun lalu di angka 371.293 unit.

Jenis mobil yang mengalami penurunan paling signifikan di sepanjang paruh pertama tahun ini adalah tipe 4x2 dan kendaraan bermotor hemat energi (low cost green car/LCGC) dengan kontraksi hampir mencapai 50% dari periode yang sama tahun lalu.

Namun kedua jenis mobil tersebut juga menjadi tipe mobil yang mengalami kenaikan penjualan paling signifikan di bulan Juni. Untuk jenis mobil LCGC saja peningkatan secara month on month (mom) bahkan mencapai 845%. 

Harga yang relatif miring dan fungsionalitas yang ditawarkan kepada pelanggan menjadi daya tarik mobil ini. Apalagi di kala pandemi seperti sekarang, ketika pendapatan 4 dari 10 orang Indonesia mengalami penurunan. 

Membaiknya penjualan mobil di bulan Juni sejalan dengan terjadinya peningkatan mobilitas publik yang menggerakkan roda perekonomian. Peningkatan penjualan mengindikasikan bahwa ekonomi RI berangsur membaik. 

Mobil tergolong barang tahan lama (durable goods) yang mulai banyak dimiliki oleh orang Indonesia. Bertambahnya jumlah populasi penduduk kalangan menengah dan diperkenalkannya produk mobil LCGC yang terjangkau membuat penetrasi mobil di kalangan masyarakat RI mengalami peningkatan. 

Bagaimanapun juga mobil tetaplah bukan barang murah yang bisa dibeli dengan uang tunai (cash) begitu saja. Institusi keuangan seperti bank dan perusahaan pembiayaan memiliki peran besar dalam penyaluran kredit kendaraan bermotor untuk masyarakat. 

Masalahnya, di kala pandemi seperti sekarang institusi tersebut cenderung mengerem penyaluran kredit dan lebih hati-hati, dapat dilihat ada pengetatan uang muka, dengan menaikkan DP kredit sampai 40%, padahal saat tak ada pandemi uang muka hanya 20%, bahkan di lapangan bisa di bawah itu.

Selain itu, penurunan pendapatan masyarakat dan peningkatan pengangguran, ditambah dengan likuiditas yang ketat dan peningkatan rasio kredit bermasalah penyaluran untuk kredit konsumsi bisa kurang digeber. 

Bank Indonesia (BI) selaku otoritas moneter memang telah menurunkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps) sepanjang paruh pertama tahun ini, ditambah dengan hari ini, maka total BI telah memangkas suku bunga acuan sebesar 100 bps dengan harapan untuk mendorong penyaluran kredit guna mendongkrak konsumsi. 

Dari sisi mikroprudensial, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga telah menginstruksikan lembaga keuangan untuk melakukan restrukturisasi utang para debiturnya. 

Membaiknya mobilitas publik serta kebijakan otoritas terkait memang membuat outlook penyaluran kredit pada kuartal ketiga membaik, jika mengacu pada survei perbankan BI. Namun kredit yang akan disalurkan lebih kepada kredit modal kerja dan kredit UMKM.

Selain itu, meski BI sudah memangkas suku bunga acuan secara agresif, suku bunga kredit perbankan masih belum turun dengan kecepatan yang sama. Menurut survei BI, bank memperkirakan suku bunga kredit kendaraan bermotor pada kuartal III akan turun sebesar 6 bps saja dari 11,1% menjadi 10,94%.

Suku bunga kredit yang masih tinggi tentunya akan mengurangi minat beli pelanggan apalagi ketika daya belinya masih lemah. Ini menjadi tantangan pertama untuk penjualan kendaraan bermotor terutama mobil ke depannya. 

Risiko yang datang dari belum berakhirnya pandemi Covid-19 juga menjadi ancaman serius bagi perusahaan manufaktur mobil maupun dealer untuk saat ini. 

Setiap harinya gugus tugas penanganan Covid-19 melaporkan tambahan kasus baru. Bukannya menurun, jumlah kasus per harinya justru bertambah dengan signifikan. Kapasitas pengujian yang membaik dibarengi dengan peningkatan mobilitas publik menjadi pemicunya.

Jumlah kasus baru di Tanah Air per harinya bertambah lebih dari 1.500 orang. Bahkan pekan lalu sempat menyentuh angka lebih dari 2.500 dalam sehari ketika ditemukan klaster baru di SECAPA AD Bandung.

Kasus di dalam negeri masih berfluktuasi cenderung meningkat. Kurva epidemiologi RI masih melengkung ke atas. Puncak wabah masih belum terlihat. Tentu ini jadi ancaman besar karena jika kasus makin bertambah banyak dengan signifikan, pembatasan sosial berskala besar (PSBB) bisa sewaktu-waktu diterapkan kembali. Penjualan mobil pun bisa terkontraksi lagi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sisa 4 Bulan Lagi, Gimana Nasib Target Jual 750 Ribu Mobil?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular