Aduh, Makin Banyak yang Ramal RI Resesi Tahun Ini...

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
09 July 2020 13:08
Jasa Service HP Turun ke Jalan (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Jasa Service HP Turun ke Jalanakibat Pusat Grosir Cililitan (PGC) Tutup (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Satu lagi lembaga internasional meramal ekonomi Indonesia akan jatuh ke teritori negatif di tahun ini akibat merebaknya wabah Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) baik di dalam maupun luar negeri.

Japan Center for Economic Research (JCER) dan Nikkei dalam survei terbarunya menyebutkan bahwa ekonomi Indonesia akan mengalami kontraksi beruntun pada kuartal kedua hingga akhir tahun. 

JCER/Nikkei Consensus Survey menyebutkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) PDB Indonesia pada kuartal kedua akan mengalami kontraksi hingga -3,2%. Masuk ke kuartal ketiga ekonomi RI masih mengalami kontraksi minus 1,2% dan di kuartal terakhir masih -0,1%. 

Di tahun ini, JCER/Nikkei Consensus Survey memperkirakan pertumbuhan ekonomi RI akan minus 0,3%. Pertumbuhan PDB Tanah Air diramal baru pulih pada 2021 di angka 4,7%.

Dengan begitu, maka ramalan versi JCER/Nikkei Consensus Survey dan Dana Moneter Internasional (IMF) sama. Kedua lembaga tersebut memproyeksi PDB RI menyusut 0,3% tahun ini. 

Sebenarnya dalam laporan tersebut, JCER/Nikkei Consensus Survey tak hanya menyorot Indonesia saja, tetapi juga negara Asia Tenggara lain serta India. Senada dengan Indonesia, negara ASEAN lain dan India juga diramal mengalami kontraksi yang dalam pada perekonomiannya. 

Ada beberapa indikator lain yang juga disorot oleh JCER, seperti inflasi yang melambat, naiknya angka pengangguran, hingga volatilitas nilai tukar rupiah. 

Pada 2020, inflasi diramal melambat ke 2,6% (yoy). Lebih rendah dari tahun lalu yang mencapai 2,8%. Inflasi tahun depan diperkirakan akan mencapai 3,2%. Melambatnya inflasi menunjukkan permintaan yang lemah dan tren disinflasi global akibat anjloknya harga komoditas energi. 

Dari sisi sektor tenaga kerja, tingkat pengangguran RI diramal naik ke 7,3% tahun ini dari sebelumnya di angka 5,3% tahun lalu. Tingkat pengangguran diperkirakan akan turun ke 6,2% tahun depan. 

Sektor yang paling terdampak oleh pandemi Covid-19 merupakan sektor yang serapan tenaga kerjanya tinggi. Berdasarkan laporan KADIN, sudah ada 6,4 juta karyawan yang dirumahkan dan kena PHK saat pandemi Covid-19 merebak di Tanah Air. 

Sementara itu nilai tukar rupiah diramal mengalami depresiasi ke level Rp 14.383/US$ tahun ini dan menguat di tahun depan ke Rp 14.301/US$. Rupiah diperkirakan masih akan mengalami volatilitas yang tinggi hingga akhir tahun mengingat nilai tukar rupiah sangat bergantung pada 'hot money'.

Rendahnya inflasi serta kebutuhan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi membuat otoritas moneter RI, Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan memangkas suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI 7-DRRR) 25 bps lagi ke 4% tahun ini. 

Untuk kembali pulih, ekonomi RI menghadapi setidaknya enam tantangan utama jika mengacu pada laporan JCER/Nikkei Consensus Survey.

Keenam risiko tersebut antara lain merebaknya wabah Covid-19, kenaikan utang pemerintah dan angka pengangguran, pelambatan ekonomi China dan AS, hingga naiknya harga komoditas. 

Risiko yang paling besar dan disorot dalam laporan tersebut adalah merebaknya wabah Covid-19, kenaikan utang pemerintah dan melonjaknya angka pengangguran. 

Maklum sampai saat ini Indonesia masih belum selesai dengan gelombang pertama pandemi. Boro-boro gelombang kedua, gelombang pertama saja belum selesai. Kemarin, kasus infeksi Covid-19 di Tanah Air kembali mencetak rekor dengan tambahan 1.800 kasus dalam sehari. 

Kenaikan kasus yang terjadi diakibatkan oleh dua faktor. Kenaikan spesimen yang diuji serta pelonggaran pembatasan sosial. 

Indonesia kini menjadi negara dengan jumlah kasus paling banyak di kawasan Asia Tenggara dengan 68.079 orang dinyatakan positif terjangkit Covid-19 dan 3.359 orang terenggut jiwanya. 

Kalau memang ingin ekonomi pulih kembali, maka pertambahan jumlah kasus Covid-19 haruslah ditekan sehingga kurva epidemiologinya dapat melengkung. Masalahnya sampai saat ini kurva epidemiologi RI belum melengkung.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Epidemiolog: Kondisi Corona di RI Sebenarnya Menyeramkan!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular