Jakarta, CNBC Indonesia - Bos induk perusahaan holding tambang BUMN memperkirakan cadangan emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam) terus menurun, menyusul belum adanya tambahan eksplorasi baru yang signifikan. Belum bisakah PT Freeport Indonesia dilibatkan mengatasi persoalan ini?
Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak mengungkapkan Holding Industri Pertambangan BUMN memiliki target laba sebesar Rp 2,1 triliun di 2020, yang salah satu penyumbangnya adalah Antam, dari produk unggulan emas.
Namun ada tantangan yang harus diwaspadai, yaitu soal cadangan.
"Antam untuk emas dalam dua-tiga tahun ini akan semakin berkurang reserve-nya," ujarnya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR RI di Komisi VII DPR RI, Selasa (30/6/2020).
Orias tidak menyebutkan besaran penurunan cadangan emas. Namun, dia mengingatkan perlunya eksplorasi serius antara Antam dengan perusahaan lainnya untuk mendongkrak cadangan emas tersebut.
Mengutip data CEIC, cadangan tambang emas nasional memang cenderung menurun dalam 10 tahun terakhir, yakni dari posisi 3.000 metrik ton pada tahun 2010, menjadi 2.600 metrik ton pada tahun lalu. Artinya, terjadi penurunan sebesar 13%.
Penurunan terutama terjadi dalam tiga tahun terakhir, sejak tahun 2017. Dengan berkurang sebesar 500 metrik ton pada tahun tersebut menyusul kenaikan permintaan emas di tengah tingginya harga logam mulia tersebut.
Pada tahun 2017, Antam mencatatkan penjualan emas sebesar Rp 7,4 triliun, atau meroket 33%. Emas menyumbang 59% dari total penjualan perseroan pada tahun tersebut senilai Rp 12,6 triliun.
Mengacu pada laporan tahunan perseroan per 31 Desember 2017, volume penjualan emas Antam saat itu menjadi 13.202 kilogram, naik dari volume penjualan setahun sebelumnya sebesar 10.227 kilogram.
Produksi emas Antam pada periode tersebut mencapai 1.967 kilogram yang berasal dari tambang Pongkor (Jawa Barat) dan Cibaliung (Banten), atau relatif tak berubah dari produksi 2016 sebesar 2.209 kilogram.
Setahun kemudian, kontribusi emas terhadap penjualan Antam meningkat menjadi 66%, menyusul lonjakan penjualan komoditas tersebut hingga 126% menjadi Rp 16,7 triliun, dan tahun lalu melesat lagi menjadi Rp 22,5 triliun.
Namun, impor emas Antam juga tercatat melonjak, yakni dari Rp 8,62 triliun pada tahun 2018 menjadi Rp 13,2 triliun. Nilai impor emas Antam setara dengan 58,7% dari penjualan emas Antam.
Dengan kata lain, lebih dari separuh emas yang dijual Antam di Tanah Air adalah emas impor dari YLG Bullion Singapore Pte Ltd, sebuah perusahaan di Singapura, negara yang tak memiliki bukit atau tambang emas.s
Jika MIND ID pusing memikirkan soal cadangan emas, maka ada baiknya manajemen menengok tambang bukit-yang sekarang telah menjadi jurang-emas di Papua, yang dikelola PT Freeport Indonesia. Tahun lalu, perseroan memproduksi 863.000 ounce emas, setara 24.465 kilogram, atau nyaris dua kali lipat dari volume penjualan emas Antam.
Tanpa ada temuan cadangan emas baru, dan tanpa kontribusi dari Freeport yang kini 51,2% sahamnya telah dimiliki MIND ID, maka besar peluang Antam masih harus mengimpor 80% komoditas emas dari Singapura, sehingga berujung pada nilai impor emas sekitar US$ 900 juta.
Harap dicatat, emas merupakan salah satu produk impor utama Indonesia yang menduduki posisi 15 besar dengan nilai sekitar US$ 1 miliar. Sebagai perbandingan, defisit perdagangan pada 2019 saja nilainya mencapai US$ 3,2 miliar.
Mengutip laman resmi Freeport McMorran, situs tambang yang dinamai Grasberg ini memproduksi 53 juta troy ounce emas, atau sekitar 1.656 ton emas sejak awal operasinya sampai dengan sekarang alias 30 tahun terakhir.
Sebanyak 87% dari itu diekstraksi dari tambang terbuka (open pit) yang biaya operasinya jauh lebih murah ketimbang tambang emas besar umumnya yang cadangannya jauh di perut bumi. Kita tentu berharap, MIND ID bisa mensinergikan bisnis Freeport dengan Antam terkait emas ini agar defisit neraca perdagangan terbantu.
Seandainya Antam bisa menyerap emas produksi Freeport dan berkolaborasi dengan perseroan menggarap emas, maka tak ada cerita negeri ini impor emas dari Singapura, atau berkeluh-kesah mengenai cadangan emas yang terus menurun.
TIM RISET CNBC INDONESIA