
Kasus Corona DKI Masih Tinggi, Ini Kata Wagub DKI soal Vaksin

Jakarta, CNBC Indonesia - Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19, Achmad Yurianto mengungkapkan perkembangan data per Sabtu, 4 Juli 2020 tentang penanganan Covid-19. Ada tambahan 1.447 kasus baru sehingga total positif Covid-19 mencapai 62.142 orang.
Data per 4 Juli total kumulatif kasus positif mencapai 62.142 dengan pertambahan pasien sembuh 651 orang sehingga total sembuh 28.219 orang. Adapun pertambahan meninggal 53 orang sehingga total pasien meninggal 3.089 kasus.
"Penambahan 1.400 kasus ini ga dimaknai seluruhnya masuk RS, karena sebagian besar ini didapatkan dari kontak tracing yang dirawat dan ditemukan dan dilakukan pemeriksaan spesimen yang lebih masif," katanya dalam konferensi pers, Sabtu ini (4/7/2020).
Provinsi DKI Jakarta ternyata masih mencatatkan kasus tinggi, berada nomor dua setelah Provinsi Jawa Timur. Jawa Timur (Jatim) masih melaporkan kasus cukup tinggi hari ini yakni 413 kasus baru, 100 sembuh, lalu disusul DKI 223 kasus baru, Sulawesi Selatan 195 kasus baru, Jawa Tengah 110 kasus baru, dan Bali 91 kasus baru.
"Ada 6 provinsi yang melaporkan ga ada penambahan kasus baru hari ini dan ada 20 provinsi yang melaporkan kasus baru di bawah 10," katanya.
"Kasus baru dalam beberapa hari terakhir sebagian besar ditemukan dengan keluhan klinis minimalis. Yang ga ada indikasi dirawat di RS sehingga kami berikan instruksi isolasi mandiri. Kepatuhan dan kedisiplinan akan sangat berpengaruh pada kasus yang baru."
5 Provinsi dengan Pertambahan Terbanyak Sehari, 4 Juli 2020
1. Jawa Timur (tambah 413, total 13.461)
2. DKI Jakarta (tambah 223, total 12.183)
3. Sulawesi Selatan (tambah 195, total 5.754)
4. Jawa Tengah (tambah 110, total 4.403)
5. Bali (tambah 91, total 1797)
Dalam kesempatan terpisah, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria buka suara terkait dengan vaksin corona. Dia menilai Indonesia akan membutuhkan waktu yang lama untuk mendapatkan vaksin, setidaknyaaksin dapat diproduksi massal 2-3 tahun ke depan.
"Saya tidak ingin berlebihan, rasanya perlu waktu 1 sampai 2, bahkan 3, tahun kita baru bisa mendapatkan vaksin yang dapat disuntikkan ke warga di berbagai negara dalam jumlah yang besar," ujar Riza dalam diskusi 'Jelang Usai PSBB Transisi', Sabtu (4/7/2020), dilansir Detik.com.
Ia mencontohkan, jika vaksin sudah ditemukan dan pemerintah dapat melakukan vaksinasi 1 juta orang dalam sehari, akan dibutuhkan waktu kurang-lebih 1 tahun agar 270 juta penduduk Indonesia dapat divaksin.
"Pertanyaan juga apakah juga [Indonesia] mampu 1 juta [vaksinasi] per 1 hari, itu kan kalau vaksinnya sudah ada," imbuh Riza.
Menurut Riza, vaksin butuh proses yang panjang mengingat otoritas suatu negara akan melakukan uji coba terlebih dahuu ke sejumlah orang dan itu sangat membutuhkan waktu yang panjang.
"Dan uji coba (sampel) 100 ribu orang itu memakan waktu yang panjang, setelah ditemukan (suatu) negara, itu harus buat pabrik, memerlukan waktu," tegasnya.
"Setelah membuat pabrik, harus produksi massal, memerlukan waktu. Setelah produksi massal, melakukan penyuntikan vaksin tentu di negara yang bersangkutan dulu, memerlukan waktu. Terus memproduksi lagi, memerlukan waktu, lalu baru bisa diekspor ke negara-negara lain," jelasnya.
Sebagai informasi, peneliti di banyak negara masih terus berlomba-lomba untuk menemukan vaksin yang akan menumpas penyebaran virus Covid-19. Kabar terbaru, terdapat tiga kandidat vaksin yang dinilai paling menjanjikan.
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) melalui chief scientist-nya Soumya Swaninathan mengungkapkan dua kandidat vaksin terdepan saat ini adalah milik farmasi asal Inggris, AstraZeneca yang berkolaborasi dengan Universitas Oxford dan Moderna.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tahun Baru, Kasus Covid-19 di Australia Cetak Rekor Baru
