
Kala Erdogan 'Lawan' AS-Yunani, Ubah Museum Jadi Masjid

Jakarta, CNBC Indonesia - Hagia Sophia memang hanya sebuah bangunan, namun salah satu monumen yang paling banyak dikunjungi di Istanbul ini ternyata merupakan jantung dari pertempuran ideologis dan politik di Turki selama berabad-abad.
Pada Kamis (2/7/2020), Pengadilan tertinggi Turki menggelar sidang guna memutuskan status bangunan Hagia Sophia dan akan mengumumkan keputusannya dalam waktu 15 hari mendatang.
Sidang ini muncul setelah petisi asosiasi swasta hadir untuk memeriksa validitas dekrit Ataturk pada tahun 1934 yang mengubah Hagia Sophia menjadi museum. Sebelumnya juga sudah ada tuntutan hukum yang ingin mengubah status museum, namun hal tersebut gagal dilakukan.
Melihat hal tersebut, tak sedikit anggota parlemen di Turki yang mengatakan putusan pengadilan itu hanya sekadar simbolis.
![]() People visit the Byzantine-era Hagia Sophia, one of Istanbul's main tourist attractions in the historic Sultanahmet district of Istanbul on Thursday, June 25, 2020. The 6th-century building is now at the center of a heated debate between conservative groups who want it to be reconverted into a mosque and those who believe the World Heritage site should remain a museum. (AP Photo/Emrah Gurel) |
"Keputusan pengadilan yang menguntungkan dapat memberikan aura legitimasi untuk konversi museum menjadi masjid, tetapi itu bukan prasyarat," kata Aykan Erdemir, mantan anggota parlemen, dikutip dari Al Jazeera.
Erdemir yang kini merupakan direktur senior Program Turki di Yayasan Pertahanan Demokrasi menambahkan bahwa pendapat Presiden Recep Tayyip Erdogan tentang masalah ini, di sisi lain, adalah kunci untuk menetapkan status terakhir bangunan tersebut.
Mantan duta besar yang kini menjadi anggota independen parlemen Turki, Ozturk Yilmaz setuju dengan pendapat Erdemir.
"Ini bukan masalah hukum. Jika pemerintah ingin mengubah museum menjadi masjid, itu hanya memerlukan dekrit presiden. Putusan pengadilan tinggi hanya menambah legitimasi," ujarnya.
![]() People visit the Byzantine-era Hagia Sophia, one of Istanbul's main tourist attractions in the historic Sultanahmet district of Istanbul on Thursday, June 25, 2020. The 6th-century building is now at the center of a heated debate between conservative groups who want it to be reconverted into a mosque and those who believe the World Heritage site should remain a museum. (AP Photo/Emrah Gurel) |
Di sisi lain, beberapa kelompok muslim Turki ingin kembali mengubah status Hagia Sophia menjadi masjid. Mereka berpendapat jika ini akan lebih mencerminkan status Turki sebagai negara yang sangat Muslim.
Erdogan, yang terkenal sebagai seorang muslim taat, mendukung kampanye tersebut menjelang pemilihan lokal tahun 2019 lalu. Selain itu, presiden Turki ini juga telah mengusulkan untuk memulihkan status masjid dari Situs Warisan Dunia UNESCO.
Tetapi beberapa negara rupanya tak sepakat dengan hal tersebut. Sekretaris Negara AS Mike Pompeo dan pihak Yunani mendesak Turki untuk mempertahankan status bangunan itu sebagai museum.
Bagunan Hagia Sophia yang dibangun pada tahun 537 M ini adalah bekas katedral patriarki Kristen Ortodoks Yunani, didirikan oleh kaisar Byzantine Justinian I pada abad keenam.
Terkenal dengan kubahnya yang besar, bangunan Hagia Sophia bahkan dianggap sebagai lambang Arsitektur Romawi Timur yang mengubah sejarah arsitektur.
Namun setelah Fatih Sultan Mehmed II menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453 dan membawa kota Istanbul ke dalam jajaran Islam, ia mengubah Hagia Sophia dari katedral ke masjid.
Hagia Sophia resmi beralih fungsi menjadi masjid kekaisaran Ottoman sejak tahun 1453 hingga 1935. Diketahui bahwa selama ratusan tahun, umat Muslim dari seluruh dunia berbondong-bondong ke Hagia Sophia untuk berdoa dan beribadah di bangunan yang memiliki menara tinggi.
Namun mulai tahun 1935 hingga kini, Hagia Sophia ditetapkan menjadi museum yang diberi nama Ayasofya Müzesi.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Erdogan Abaikan Barat, Hagia Sophia Jadi Masjid Lagi