
DPR, MIND ID & Drama Gebrak Meja Sang Wakil Rakyat

Jakarta, CNBC Indonesia - Komisi VII DPR RI menggelar rapat dengar pendapat (RDP) dengan semua Bos BUMN Tambang. Rapat yang dipimpin Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Alex Noerdin diwarnai ketegangan.
Antara Direktur Utama MIND ID Orias Petrus Moedak dengan Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat Muhammad Nasir. Saat Orias memaparkan soal utang PT Freeport, Nasir tiba-tiba menyela.
"Saya minta pak Dirut utang pembelian 41% kapan selesai dibayar? Interaktif pimpinan," tegasnya dalam RPD, Selasa (30/06/2020).
Nasir menyebut utang dengan tenor 3,5,10 dan 30 tahun ini, sampai 30 tahun kalau perusahaan lancar baru selesai.
"Kalau kita mati tak selesai nih barang nanti, ganti Dirut lain, lain lagi polanya. Makanya itu yang saya pertanyakan kepentingan mengalihkan Freeport sebenarnya kepentingan politik," paparnya dengan nada tinggi.
Ia kesal ada utang lagi dan menurutnya utang hanya ada dua kunci, jika barang lancar akan bagus, kalau barang tidak lancar disita barang ini.
"Yang saya khawatir tiga perusahaan yang gabung Inalum apakah untuk nopang utang ini. Karena udah holding," ungkapnya.
Kemudian ia meminta agar data disampaikan dengan detail lalu disaut Orias dengan mengatakan jika nanti akan disampaikan. Tak puas dengan jawaban Orias ia malah mengatakan kalau Orias mengulangi hal yang sama lagi agar keluar ruangan.
"Kalau bapak suruh keluar izin pimpinan saya keluar," saut Orias.
"Bapak bagus keluar, karena nggak ada gunanya bapak rapat di sini. Anda bukan buat main-main dengan DPR ini," saut Nasir sambil menggebrak meja.
Nasir kembali menegaskan jika dirinya tidak main-main, dan meminta agar bahan rapat harus disajikan lengkap. "Enak betul anda di sini," tegasnya.
"Saya diundang saya datang," saut Orias lagi.
Tanggapan ini disaut lagi oleh Nasir dengan menanyakan siapa yang akan bayar utang ini. "Kamu, enak betul kamu ngomongnya. Saya pimpinan kalau orang begini lagi nggak usah ikut rapat, kita suruh wakilnya, bila perlu suruh menterinya yang datang kemari. Saya akan menyurati Pak Erick Thohir untuk mengganti orang ini,".
MIND ID mengungkapkan sumber pendanaan perusahaan untuk mengakuisisi 51% saham PT Freeport Indonesia senilai US$ 3,85 miliar atau Rp 55,8 triliun (asumsi kurs Rp 14.500) dilakukan dengan kombinasi penerbitan obligasi serta pinjaman.
Saat beli Freeport 3,85 miliar dolar, kami terbitkan obligasi 4 miliar dolar, bunga 6%, rata-rata harus bayar 250 dolar AS setiap tahun. Kami melihat situasi ini, dan utang kami [obligasi] ada beberapa term, ada yang 3, 5, 10 dan 30 tahun," kata Orias.
Orias mengatakan dengan penerbitan pada 2018, artinya ada utang jatuh tempo sebesar US$ 1 miliar jatuh tempo tahun depan. "Tenor 3 tahun, 5 tahun kami perkirakan apabila ada negatif pada operasi, maka kami akan kesulitan pendanaan untuk 1 miliar jatuh tempo tahun depan."
Perseroan juga melakukan refinancing dengan menarik dana US$ 2,5 miliar untuk kebutuhan 2021-2023. Setengahnya dipakai untuk membayar utang 2021 dan 2023, setengahnya lagi untuk membayar utang anak usaha dan akuisisi PT Vale Indonesia Tbk (INCO).
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Di Balik Debat Bos Inalum Orias Petrus Moedak dengan DPR
